Tips Membeli Hape Android Ketika Dompet Cekak dan Beli Beras Lebih Penting

Tips Membeli Hape Android Ketika Dompet Cekak dan Beli Beras Lebih Penting MOKOK.CO

Tips Membeli Hape Android Ketika Dompet Cekak dan Beli Beras Lebih Penting MOKOK.CO

MOJOK.COBeli beras lebih penting di tengah pandemi corona seperti ini. Namun, kalau kamu memang mau ganti hape, simak tips membeli hape Android berikut ini.

Apakah membeli hape baru di tengah masa pandemi masih bisa dipertimbangkan? Ya tentu saja boleh, kalau keuangan kamu sehat. Kebutuhan sehari-hari bisa terpenuhi dan uang cadangan aman.

Nah, berikut 5 tips membeli hape Android kalau kamu yakin pengin ganti hape tahun ini.

Pertimbangan dapur pacu dan memori

Jika tidak berurusan dengan game dan video editing, kualitas grafis tidak penting dan fokus bisa sepenuhnya pada prosesor. Prosesor kelas bawah sudah cukup asal fabrikasinya kecil agar ponsel hemat daya dan tidak cepat panas.

Tips membeli hape Android dari saya terkair dapur pacu, gunakan chipset berfabrikasi 12nm ke bawah. Snapdragon 439 dan Helio P22 juga sudah cukup. RAM 3GB cukup dan bisa 4GB tentu lebih baik. Memori internal 32GB cukup asal masih bisa diekspansi dengan microSD dan slot yang digunakan adalah triple slot.

Jika kamu termasuk penggunaan menengah, gunakan chipset yang prosesornya lebih canggih. Kamu bisa mempertimbangkan membei hape Android dengan kartu grafis untuk main game yang lebih berat.

Prosesor yang saya sarankan adalah Exynos 9610 dan 9611 (sudah teroptimasi untuk smooth-extreme di PUBG), Snapdragon seri 7 (Realme 3 Pro sudah cukup), atau MediaTek Helio G90T (milik Redmi Note 8 Pro dan Realme 6). Snapdragon 675 milik Vivo V15 Pro, V17 Pro, dan V19 menawarkan skor AnTuTu setara, tetapi performa antara prosesor dan kartu grafisnya sangat tidak seimbang.

MediaTek Helio P95 milik Oppo Reno3 Pro bukannya tidak bagus, melainkan harga ponselnya yang terlewat mahal dan efisiensi dayanya kurang baik akibat penggunaan teknologi jadul. RAM naik ke 6GB dengan memori internal minimal 64GB. Mulai di segmen ini, penggunaan memori berjenis eMMC tidak menarik dan memerlukan UFS.

Jika penggunaannya semakin berat, misalnya edit video, main game kompetitif dengan setting tinggi tanpa penurunan frame rate, serta performa stabil alias tanpa throttle, beberapa referensi menyarankan iPhone 8 Plus. Tips membeli hape Android dari saya, tak ada jalan lain selain melirik Kirin 980 (ponsel resmi termurah: Huawei Nova 5T), Exynos 9820 (milik keluarga Galaxy S10 selain S10e), dan Snapdragon 855. Untuk penggunaan seperti ini, RAM 8GB dan memori internal 128GB berjenis UFS adalah mutlak.

Tips membeli hape Android: soal kamera

Zaman sekarang, rasanya tidak afdal kalau tidak punya lebih dari satu kamera di bodi belakang ponsel dengan resolusi besar.

Akan tetapi, apakah resolusinya asli? Sebagian besar sensor kamera ini menggunakan mekanisme tetra-binning atau bahkan nona-binning. Misalnya, dalam kondisi default, sensor 48MP di Realme 5i hanya menghasilkan foto beresolusi 12MP dan sensor 108MP di Mi Note 10 hanya menghasilkan foto beresolusi 27MP. Kualitas fotonya pun belum tentu lebih baik dari sensor beresolusi rendah.

Bagaimana dengan sensor kamera lainnya? Jika mendambakan lensa makro untuk foto jarak dekat, resolusinya yang rendah tidak optimal untuk menghasilkan foto yang bagus. Jika mendambakan lensa depth sensor atau 3D ToF, sesering itukah Anda memproduksi foto bokeh? Saya sendiri lebih merekomendasikan lensa ultrawide untuk foto yang lebar dan lensa telephoto untuk optical zoom yang besar tanpa pecah, cocok dipakai untuk foto dari jarak jauh maupun foto bersama.

Berapa sih resolusi yang diperlukan? Jika pekerjaan kita sebatas membutuhkan CamScanner dari kertas berukuran folio, kamera beresolusi 9.7 MP sudah cukup asalkan sensornya bagus. Jika membutuhkan ukuran yang lebih besar lagi, misalnya A3, itu pun hanya meningkatkan kebutuhan ke 17.4 MP. 25? 32? 48? 64? Apalagi 108 MP? Tidak butuh. iPhone SE 2020 dan keluarga iPhone 11 saja masih setia dengan 12 MP, kamu butuh lebih?

Untuk kamera depan, jika sering berfoto bersama dan hanya berniat mencetaknya seukuran kapasitas album foto (memangnya masih zaman?), cukuplah 4.4 MP. Apalagi kalau fotonya hanya untuk dicetak seukuran pas foto 4×6, hanya butuh 2 MP.

Tips membeli hape Android terkait resolusi: semakin besar resolusi hanya akan membuat memori ponsel cepat penuh. Lebih celakanya lagi, kini banyak ponsel tidak memberikan keleluasaan mengatur resolusi foto tersimpan. Bahkan, fitur pengaturannya yang dulu fleksibel di ponsel Samsung kini sudah tak ada sejak keluaran 2019, misalnya pada Samsung Galaxy A80 dan S10.

Layar

Banyak orang menghindari penggunaan layar LCD karena tingkat kecerahannya dianggap kurang tinggi dan kurang nyaman untuk mata. AMOLED selalu menjadi daya tarik mumpuni bagi kaum ini meski harga ponsel yang ditawarkan tinggi dan spesifikasinya tidak mumpuni, “kentang” kalau kata adik saya. Seberapa penting sih layar AMOLED yang awalnya digunakan oleh ponsel Samsung ini?

AMOLED menawarkan tingkat kecerahan yang lebih tinggi, tampilan layar yang lebih putih, akurasi warna yang lebih baik, dan lebih hemat daya. Oleh karena itu, ada fitur Always On Display di AMOLED tetapi tidak di LCD.

Permasalahannya, jika Anda menyetel pengaturan kecerahan terus di batas maksimum, lama-lama layar Anda akan berubah warna dan muncul bayangan akibat proses burn-in alias terbakarnya sebagian layar. Jika Anda banyak berada dalam ruangan dan tidak gelap, LCD saja sudah cukup.

Saya adalah mantan pengguna AMOLED yang kini lebih nyaman dengan LCD. Itu saja saya nyalakan mode bacanya untuk mengurangi tingkat kecerahan dan menyayangi mata.

Resolusi layar pun cukup HD dan refresh rate cukup 60Hz jika menonton video YouTube masih suka menghemat kuota dengan resolusi 720p ke bawah dan spesifikasi ponsel tidak canggih-canggih amat.

Tips membeli hape Android flagship: cukup resolusi Full HD untuk memaksimalkan ketajaman tampilan dan meminimalkan scrolling. Resolusi dan refresh rate yang lebih tinggi tak terasa mata dan menghabiskan baterai lebih cepat.

Baterai dan fast charging

Zaman sekarang, baterai 4000mAh itu bukan sesuatu yang mewah seperti ketika Redmi 4X dan Redmi Note 4 diluncurkan dulu. Ponsel-ponsel tipis zaman sekarang, mulai dari kategori low-end sampai flagship rata-rata sudah membekali dengan kapasitas di atasnya. Kecuali Anda sedang mencari ponsel setara iPhone 8 Plus dan kepincut pada Huawei Nova 5T, saran saya jangan beli ponsel dengan kapasitas baterai di bawah 4000mAh.

Hal yang tak kalah penting adalah kemampuan fast charging. Tips membeli hape Android terkait fast charging: pertimbangkan ponsel dengan daya pengecasan lebih besar, terlebih lagi daya 18W itu bukan barang mewah dan sudah tersedia di ponsel sejutaan, yaitu Redmi 8A Pro.

Terus terang, saya kurang sreg membeli ponsel fast charging dengan daya yang tidak tinggi-tinggi amat dan kabel serta adaptornya harus kabel dari merek itu sendiri, misalnya Samsung Adaptive Fast Charging 15W, Oppo VOOC 3.0 20W, atau Huawei 22.5W. Ketiganya tidak signifikan dibandingkan terhadap daya 18W dari Qualcomm Quick Charge yang kabel dan adaptornya bisa dibeli dari sembarang produsen aftermarket dengan biaya yang tentu lebih terjangkau dan fleksibilitas di pasar. Itu juga yang melandasi saya merekomendasikan Redmi Note 8 Pro dari Realme 6 pada artikel terdahulu.

Konektivitas

Mungkin sebagian dari Anda akan membandingkan kecepatan maksimum dari konektivitas 4G yang ada pada ponsel. Tetapi, bagi saya, itu tidak perlu. Yang penting, kedua slot bisa mendukung konektivitas 4G dan mendukung triple slot sehingga penggunaan kartu microSD tidak memakan jatah satu kartu. Ya, kalau harga mahal atau koneksi lambat, tinggal ganti.

Sebagus-bagusnya teknologi Bluetooth dan ada headset nirkabel, saya tetap lebih percaya earphone kabel terkait keandalan dan kualitas suaranya. Jadi, jack 3.5mm itu sebuah keharusan bagi saya. Jangan lupa NFC untuk bisa cek dan isi saldo kartu e-money sendiri setelah pandemi berakhir.

Tips membeli hape Android paling bontot

Untuk ponsel low-end, saya merekomendasikan Redmi 8 varian 4GB/64GB seharga Rp1,85 juta, performanya setara dengan iPhone 5S yang masih dijual baru Rp2 jutaan di pasar, dan jangan lupa beli adaptor Quick Charge karena yang disediakan hanya berdaya 10W standar.

Untuk ponsel menengah, saya merekomendasikan Redmi Note 8 Pro 6GB/64GB seharga Rp3,1 juta dan performanya unggul dari iPhone 7 Plus. Untuk ponsel flagship kere-hore, Huawei Nova 5T seharga Rp5 juta, performanya lebih unggul dari iPhone X, dan jangan lupakan penghematannya dibelikan powerbank yang mendukung Huawei SuperCharge.

Kecuali kalian membutuhkan ponsel yang setara iPhone SE (2020), saya belum punya solusi. Melihat perbandingan harga iPhone 11 di USA saat artikel ditulis dan Indonesia, bisa jadi iPhone SE (2020) melenggang dengan harga di bawah Rp10 juta jika masuk Indonesia.

Kalau sampai iya, bubar semua cerita. Soal performa keseluruhan, dia baru bisa ditandingi oleh Samsung Galaxy S20 Ultra yang jauh lebih mahal. Khusus untuk grafis gaming, ASUS ROG Phone II masih bisa bersaing di harga yang setara (tetapi, lihat lagi brand-nya). Lupakan dulu anganmu, lihat yang pasti dan resmi saja.

Tips membeli hape Android paling ultimate: lupakan smartphone flagship bekas yang tak lagi sempurna dan panas, lupakan iPhone bekas atau black market. Sayangi dompetmu, beli Android saja…atau beras 25 kg. Cia you!

BACA JUGA Tren Hape 2020 Akan Diwakili 3 Fitur Ini atau tips gadget lainnya di rubrik KONTER.

Exit mobile version