Review HP Probook x360 435 G7 yang Konon Lebih Tangguh dari Cowok Berseragam

HP ProBook x360 435 G7 asus ideapad laptop bisnis laptop untuk berdagang laptop lipat mode tenda ram ryzen 4000 rekomendasi laptop untuk bekerja mojok.co

HP ProBook x360 435 G7 asus ideapad laptop bisnis laptop untuk berdagang laptop lipat mode tenda ram ryzen 4000 rekomendasi laptop untuk bekerja mojok.co

MOJOK.CO Laptop HP ProBook x360 435 G7 yang konon berstandar militer ini emang nggak ada lawan. Tapi kalau dibandingkan IdeaPad worthy nggak sih?

Bulan Juli ini, kita kedatangan HP ProBook x360 435 G7 di Tanah Air. Saat sebagian pekerja dan seluruh mahasiswa masih beraktivitas dari rumah, tentunya laptop yang bisa dilipat ke mode tenda dan mendukung layar sentuh itu sangat menarik. Khususnya untuk membaca dan menulis, apalagi dengan fitur pena tambahan. Kali ini laptop HP ProBook 435 G7 dibekali dengan prosesor terbaru yaitu AMD Ryzen seri 4000 versi hemat daya yang katanya sih, canggih.

Sebenarnya si ProBook ini ditujukan bagi mereka yang bergerak di usaha kecil dan menengah (UKM) dan biasa disebut laptop bisnis. Body-nya saja sudah melewati 19 pengujian berstandar militer. Bahkan, informasi menyebutkan bahwa laptop ini memang bersertifikasi MIL-STD810G. Mantappp! Lumayan melindungi ketika tak sengaja jatuh.

Harga dan Spesifikasi Prosesor

Varian terendah dari ProBook ini dihargai Rp11 juta di Tanah Air. Informasi yang diperoleh dari rilis resmi masih tergolong minim sehingga diperlukan penggabungan dengan spesifikasi varian serupa di luar negeri.

Sumber menyebutkan bahwa varian ini akan dibekali dengan prosesor AMD Ryzen 3 4300U berfrekuensi standar 2.7GHz dan maksimal bisa ditingkatkan hingga 3.7GHz, sesuatu yang selalu menyenangkan dari prosesor AMD dibandingkan Intel yang gemar memasang clock speed standar 2GHz ke bawah alias kestabilan kecepatan.

Intinya juga sudah empat buah, tetapi sayangnya belum mendukung hyperthreading alias menjadi prosesor 4 core 4 thread. Meskipun kalah banyaknya thread dari prosesor Intel Core i5 generasi 8 ke atas, dia masih unggul dari prosesor Intel Core i3-10110U yang punya 4 thread tetapi hanya 2 core. Pengalaman penggunaan menunjukkan bahwa jumlah core murni tetap paling penting.

Resolusi dan Layar

Layarnya berkuran 13.3 inch, sedikit lebih kecil dari laptop pada umumnya dan memang lebih banyak ditujukan untuk laptop premium. Resolusinya sudah Full HD dan panelnya menggunakan teknologi IPS dengan kecerahan mencapai 250 nits, bukan lagi TN.

Yang menakjubkan, kaca yang digunakan adalah Corning Gorilla Glass 5 untuk proteksi yang lebih baik. Saingan terdekatnya, Lenovo IdeaPad C340 varian Intel Core i5-8265U dengan GPU GeForce MX230, masih memiliki seri tertentu yang menggunakan layar berpanel TN (untuk varian beresolusi Full HD) atau berpanel IPS tetapi dengan resolusi turun ke HD.

RAM dan SSD

RAM bawaan HP ProBook x360 435 G7 adalah 8GB dan bisa di-upgrade ke 16GB dual channel dengan frekuensi keping DDR4 mencapai 3200MHz. Ini tergolong tinggi, bahkan jika dibandingkan dengan PC sehari-hari. Lawannya, IdeaPad C340, hanya dipasangkan DDR4 2400MHz. Meski besarnya sama, frekuensi lebih tinggi tentu meningkatkan performa secara keseluruhan.

Namanya juga laptop bisnis, booting cepat itu mutlak. Penyimpanan sudah mengandalkan SSD M.2 PCIe NVMe, meskipun spesifikasinya kemungkinan besar hanya 256GB. Di segmen harganya, kebanyakan laptop sudah mengandalkan SSD 512GB. Akan tetapi, sekali lagi ini wajar karena material yang lebih tahan banting dan berstandar militer. Laptop militer hanya Rp11 juta? Wow.

Baterai dan Fitur Lainnya

Webcam HP ProBook 435 G7 digadang-gadang memiliki resolusi yang mumpuni, antara kemampuan foto dan video sama-sama Full HD atau kemampuan foto beresolusi 5MP tetapi video mentok di HD. Hal ini tentu positif untuk video call dengan tampilan yang lebih jernih. Berbeda dengan VivoBook saya saat ini yang masih stay di VGA, foto pecah, video call berkabut, dan verifikasi tanda pengenal di edX berkali-kali gagal ya karena tulisan namanya buram.

Sebagai laptop bisnis, fitur keamanannya lebih unggul. Tersedia sensor sidik jari dan kunci pengaman laptop secara fisik. Konektivitasnya lengkap dengan dua port USB 3.1 biasa, satu port USB 3.1 Type-C dengan kemampuan Power Delivery dan DisplayPort, combo audio jack 3.5mm, HDMI, WiFi, Bluetooth 5, dan card reader. Adaptor casan berdaya 65W dengan kemampuan pengisian cepat hingga 50% dalam setengah jam, tentunya ketika laptop tidak digunakan alias dalam kondisi mati atau standby.

Baterai laptop ini memang hanya tiga sel dengan kapasitas 45Wh. Terlihat kecil namun diklaim bisa bertahan hingga 17 jam 15 menit. Klaim ini mungkin terasa spektakuler, karena laptop dengan prosesor yang lebih hemat daya lagi seperti Intel Core m dan Snapdragon 8xx pun tak mudah untuk mencapainya. Baterai tanam menjaga HP ProBook 435 G7 tetap tipis dan bobotnya hanya 1.45 kg. Sebagai referensi, IdeaPad C340 memiliki bobot lebih berat yaitu 1.65 kg.

Plus Minus

Akan tetapi, ada harga yang harus dibayar. Pertama, kinerja Ryzen 3 4300U secara umum tetap sedikit tertinggal dari Core i5-8265U dalam skenario multicore menurut serangkaian prosedur oleh NotebookCheck. Meski sama-sama menggunakan empat core, kalah dalam urusan banyaknya thread masih sedikit memainkan peran.

Kedua, oh iya, Ryzen di ProBook benar-benar hanya mengandalkan kartu grafis Vega 5 bawaan. Meski memang jauh lebih baik dibandingkan UHD Graphics di prosesor Intel sebelum era Comet Lake, performanya sedikit kalah jika si Intel sudah dikawinkan dengan GeForce, bahkan MX230 sekalipun. Rendering masih bisa bersaing, tetapi untuk gaming bakal keteteran. Pengaturan low dan medium masih setara, ketika naik ke high, NotebookCheck menemukan hasil bahwa si Vega mulai kalah cukup signifikan. Kok bisa?

Hal ini cukup wajar mengingat jika RAM-nya sama, RAM 8GB di laptop dengan Intel+NVIDIA itu utuh tetap memori pemrosesan. Kartu grafisnya punya memori sendiri, yaitu 2GB GDDR5. Sedangkan, RAM 8GB di Vega ya harus dibagi alias sharing untuk urusan pemrosesan dan grafis. Solusinya, tentu mengaktifkan dual-channel di ProBook dengan membeli sekeping lagi RAM 8GB DDR4-3200. Modalnya lumayan mahal, sekitar Rp700 ribuan.

Toh, RAM 8GB itu sudah standar dan seringkali tidak cukup bahkan jika hanya digunakan untuk browsing sambil mengerjakan pekerjaan berbasis Microsoft Excel.

Jika ingin persis jadi 8GB untuk pemrosesan dan 2GB untuk grafis kamu bisa membeli sekeping RAM 2GB DDR4, tetapi tentu agak berisiko. Modal memang rendah seharga Rp150 ribu, tetapi ketimpangan kapasitas dan mungkin frekuensinya luar biasa.

Ketiga, ketika IdeaPad sudah ada stylus, kamu harus membelinya secara terpisah untuk ProBook. Melihat-lihat di toko online, harga pena stylus resmi sekitar Rp400 ribuan. Microsoft Office, sekalipun Home and Student pun harus dibeli secara terpisah, ketika IdeaPad sudah termasuk. Berapa harganya? Rp1,8 juta. SSD yang lebih kecil juga perlu dipertimbangkan. IdeaPad punya 512GB, ProBook hanya 256GB saja. Andaikan SSD-nya bisa di-upgrade dengan trade in, modal di atas Rp600 ribu pastilah dibutuhkan.

Ujung-ujungnya, demi segala sesuatu yang bisa disamakan, ProBook perlu menambahkan uang mencapai Rp3 juta alias total menjadi Rp14 juta. Punya stylus, punya lisensi Office asli dan permanen, RAM 10GB, serta SSD 512GB. Jika tidak memedulikan standar militernya, saya sudah bisa bawa pulang Lenovo IdeaPad C340 dengan prosesor Intel Core i7-10510U, RAM 16GB, SSD 1TB, dan garansi resmi lebih panjang. Lenovo memberikan dua tahun, sedangkan informasinya HP hanya setahun. Tidak perlu repot upgrade, beli aksesoris, instal Office, semuanya bawa pulang langsung beres.

Kalau butuh tahan banting dan spesifikasi bisa sedikit ditoleransi, HP ProBook 435 G7 tidak punya lawan. Kalau hanya butuh layar sentuh dan bisa dijadikan mode tenda, IdeaPad bisa memberikan performa setara dan lebih murah. Silakan pilih, Mylov~

Exit mobile version