Kroasia Sebaiknya Belajar Tawakal karena Ceko yang Bakal Lolos Dampingi Inggris

Kroasia Sebaiknya Belajar Tawakal karena Ceko yang Bakal Lolos Dampingi Inggris MOJOK.CO

Kroasia Sebaiknya Belajar Tawakal karena Ceko yang Bakal Lolos Dampingi Inggris MOJOK.CO

MOJOK.COEuro 2020 Grup D | Kroasia vs Ceko | Kroasia harus menang untuk memelihara asa lolos, sementara Ceko perlu menang supaya posisinya aman.

Gilang Dejan “Kroasia patut waspadai Barbora Krejcikova.”

Matchday 1 Grup D Euro 2020: Kroasia kalah tipis, sementara Ceko menang. Namun, fakta tersebut nggak mengubah bursa taruhan dan peta unggulan. Kroasai masih unggu.

Kroasia, yang dilatih Zlatko Dalic itu kalah dari tim unggulan, Inggris. Sementara Ceko menang dari Skotlandia yang notabene lolos ke Euro 2020 pun mesti melewati jerih payah di playoff kejar paket C.

Selain itu, Ceko tanpa Slovakia bukanlah Cekoslovakia yang pernah mengukir prestasi terbaik di sepak bola Eropa dan Dunia, di antaranya dua kali runner-up Piala Dunia edisi 1934 dan 1962 serta sekali menjadi kampiun Piala Eropa 1976.

Setelah Cekoslovakia pecah menjadi Ceko dan Slovakia, faktanya Ceko jadi seret prestasi. Publik sepak bola dunia mungkin lebih gampang mengenang Ceko lewat beberapa pemain bintangnya seperti Petr Cech yang identik dengan helm pelindungnya, Pavel Nedved yang begitu digandrungi di era Winning Eleven PS1, atau Jan Koller yang melekat diingatan hanya karena badan raksasanya.

Sementara prestasi kolektif mereka hanya lolos Piala Dunia 2006 lalu mentok di fase grup. Sementara di Piala Eropa, Ceko rajin berpartisipasi, meskipun hanya sebagai tim hore.

Jika kita menggunakan parameter yang lebih dekat, terkait persebaran pemain Ceko di Indonesia rasanya cukup miris melihat pemain asal Ceko tidak laku di Liga Indonesia. Berbeda dengan pemain dari Kroasia  yang banyak disukai berkat daya juangnya yang tinggi.

Dinukil dari data terakhir Liga 1 2020 misalnya, yang diberhentikan di pekan ketiga akibat darurat Covid-19, dari total 72 pemain asing yang tersebar di 18 klub kontestan, tak ada satu pun pemain berpaspor Ceko.

Justru peredaran pemain berakhiran “ic” yang menandakan marga Balkan selalu presisten setiap musimnya. Terakhir total ada enam pemain berdarah Balkan, tiga dari Serbia, dua dari Bosnia, dan siapa yang tak kenal Marko Simic yang pernah satu tim bersama Ivan Rakitic, Mario Mandzukic, dan Ivan Perisic di Timnas Kroasia U-21.

Rasanya tak ada prestasi yang patut diwaspadai, bahkan ditilik dari peringkat FIFA terkini pun mereka duduk di peringkat 40 bandingkan dengan Kroasia sebagai finalis Piala Dunia 2018 di peringkat 14. Belum lagi bicara sejarah pertemuan kedua klub, Ceko sulit menang saat meladeni Kroasia.

Hasil remis dalam tiga pertemuan terakhir keduanya merupakan prestasi terbaik bagi The Locomotive. Sungguh bukan lawan sepadan sekalipun Patrick Shick berhasil mencetak brace lawan Skotlandia. Rasa-rasanya Shick akan menderita tak ubahnya Harry Kane yang merupakan penyerang Grade A tapi tak berdaya dihadapan barikade pertahanan Kroasia.

Jadi alangkah baiknya bila Mas Haris Firmansyah menulis tentang Barbora Krejcikova saja, petenis putri berpaspor Ceko itu baru saja memenangkan gelar ganda French Open 2021.

Haris Firmansyah: “Selama ada Patrik Schick, predikat Kroasia sebagai runner up Piala Dunia 2018 bukan momok.”

Kroasia baru kalah dari timnas Inggris yang notabene kuda hitam. Jadi, Luka Modric cs mesti mengumpulkan kepingan-kepingan semangat sebelum menantang Ceko. Satu-satunya yang menjadi pelecut kesebelasan asal negara Balkan ini adalah rekor pernah nyaris juara dunia di gelaran Piala Dunia 2018.

Kalau dipikir-pikir, sebenarnya menjadi runner up Piala Dunia bukan murni prestasi, melainkan patah hati terhebat. Luka untuk Luka Modric dkk.

Sebab dunia hanya peduli dengan yang pertama. Neil Armstrong menjadi orang pertama yang mendarat di bulan. Orang kedua? Tidak ada yang peduli. Begitu juga dengan juara kedua piala dunia. Ingat, ini bukan ajang pencarian bakat Indonesian Idol yang punya tradisi runner up lebih terkenal daripada juara pertamanya.

Menjadi juara kedua justru menunjukkan betapa lapangnya hati para pemain Kroasia. Sebelumnya tak diunggulkan, ternyata melesak sampai final. Lantas digadang-gadang menjadi inspirasi untuk cerminan tim medioker bisa beprestasi. Namun, sedikit lagi ngangkat tropi, eh, ternyata disuruh pelatihnya untuk menguasai ilmu ikhlas.

Predikat runner up Piala Dunia 2018 yang disandang Kroasia seharusnya tak membuat Ceko gentar. Timnas Ceko punya Patrik Schick yang disebut-sebut sebagai titisan Lord Ibrahimovic karena sama-sama bergaya akrobatik dan pelafalan namanya berakhiran ‘ik’.

Sewaktu bertamu ke Skotlandia, Schick mencetak dua skor sekaligus mencatat rekor gol terjauh. Pasalnya, salah satu gol dihasikan dari tengah lapangan.

Sebenarnya, ini gelaran Euro atau salah satu adegan di film Shaolin Soccer sih? Mengingat, ketika meladeni tendangan Schick saja kiper Skotlandia sampai nyangkut di jaring gawang.

Dengan skill tendangan jarak jauh Schick, timnas Ceko tidak perlu capek-capek saling oper antar pemain, pakai strategi tiki-taka, apalagi tiki-jne-sicepat-anteraja. Cukup biarkan Schick menendang bola sejak kick-off. Paling-paling bolanya langsung bersarang di gawang Kroasia.

Terus pelatih Kroasia mengarahkan para pemainnya untuk belajar tawakal.

BACA JUGA Swedia vs Slovakia, Teror Hantu Pocong Mumun dan Petuah Rhoma Irama dan ulasan Euro 2020 lainnya.

Exit mobile version