MOJOK.CO – Udah berapa ratus jam kamu main game sepak bola selama karantina mandiri? Kalau udah mulai bosan, kamu perlu mencoba Apex Legends.
Penjualan game meningkat pesat selama masa-masa karantina mandiri. Salah satu produk yang penjualannya mengalami peningkatan adalah game sepak bola. Memang, tak bisa dimungkiri, game sepak bola punya penggemar fanatiknya.
Enaknya game zaman sekarang adalah bisa main dengan banyak orang. Tinggal online saja, kamu bisa main dengan teman tongkrongan tanpa perlu keluar rumah. Namun, memang, “Internet cepat buat apa?” di Indonesia ini bikin main online jadi ribet. Makasih, Pak Mantan Menteri.
Tapi, yang namanya main game dengan durasi panjang selama beberapa hari jelas bikin bosan. Nah, buat kamu yang suka main game sepak bola dan mulai bosan, game FPS yang namanya Apex Legends perlu dicoba.
Apex Legends dirilis pada 4 Februari 2019. Artinya, game ini baru saja melewati ulang tahun pertamanya. Game FPS dengan mode battle royale ini dibuat oleh Respawn dan bisa disebut sebagai “anak” dari Titanfall. Dirilis “secara senyap”, Apex Legends justru meledak dengan rekor 50 juta unduhan dalam satu bulan semenjak rilis.
Apex menawarkan pengalaman battle royale yang tidak biasa. Kita bisa memilih satu karakter dari beberapa karakter yang tersedia, dan tiap karakter punya skill set dan kegunaan yang berbeda. Jadi, ada sedikit perbedaan dengan kebanyakan game FPS lainnya.
Kombinasi karakter yang tepat berkontribusi besar dalam permainan. Selain itu, Apex Legends menawarkan intensitas permainan yang begitu tinggi, bahkan paling tinggi dibanding game battle royale yang lain. Dengan luas map yang lebih kecil dan hanya ada 60 pemain dalam satu game, Apex Legends tidak memberi waktu untuk bernafas.
Apex Legends adalah salah satu game yang cocok dimainkan oleh para penikmat game sepak bola. Logika sepak bola pun bisa dipakai di game ini. Akan saya jelaskan di bawah.
Ketika kalian menonton pertandingan sepak bola, kalian pasti melihat komposisi pemain tiap tim. Katakanlah kalian ini fans Arsenal, pasti kalian punya pikiran tersendiri saat melihat nama Gabriel Martinelli di daftar pemain. Atau jika kalian fans Real Madrid, kalian tahu kenapa Lucas Vasquez masuk ketika Real Madrid tengah unggul, karena kalian tahu bahwa Real Madrid harus bermain lebih bertahan.
Logika tersebut juga berlaku di Apex Legends. Ketika skuat kalian ada yang menggunakan Wraith, berarti kalian harus bermain agresif karena kalian punya karakter yang unggul dalam menyerang musuh. Ketika skuat kalian berisi Gibraltar, Wattson, dan Wraith/Pathfinder, berarti kalian punya keunggulan dalam bertahan maupun menyerang. Skuat yang seimbang bikin kalian punya peluang menang lebih besar.
Penjelasan tiap karakter Apex Legends bisa kamu baca di sini.
Dalam game sepak bola, kerja sama tim itu asas utama. Sebuah tim tidak bisa menggantungkan nasib pada satu pemain. Kecuali kamu jago main FIFA Street ngelawan adikmu, tapi kabel stik adikmu nggak kamu colokin.
Buat kamu yang level main PES-nya standar, pemain-pemain kayak Lionel Messi atau Cristiano Ronaldo nggak banyak berguna. Levelmu jadi agak mendingan ketika bisa main “secara tim”. Nggak mengandalkan satu atau dua pemain saja.
Apex Legends juga sama, dalam permainannya, kemampuan individu bukan faktor terbesar, tapi kerja sama tim. Intensitas permainan yang benar-benar tinggi tentu memerlukan eksekusi tanpa cacat. Tanpa kerja sama dan komunikasi yang baik, sehebat apapun “aim” yang kamu punya, kekalahan adalah hal pasti. Ketika sebuah tim bekerja dengan baik dan saling membantu, maka kemenangan tinggal menunggu waktu.
Agak berbeda, misalnya, ketika kamu main PUGB secara tim. Satu tim berisi empat orang. Kalau levelmu udah “imba”, kamu bisa nge-carry satu tim dan tetap bisa “makan ayam” di akhir permainan. Apex Legend tidak bisa begitu. Selain main secara kolektif, tim kalian juga harus sepakat soal taktik.
FYI aja, popularitas Apex Legends ini udah menyaingi Fortnite. Bahkan bisa dibilang udah unggul.
Inilah salah satu kesamaan Apex Legends dan game sepak bola, terutama ketika main online lebih dari satu player di setiap tim. Sehebat apapun pemainnya, tanpa taktik yang jelas, sebuah tim tidak akan meraih hasil memuaskan.
Kamu bisa main pakai Barcelona atau Juventus, dua tim yang sering dipakai oleh atlet PES ketika kompetisi. Selain kemampuan mengendalikan pemain yang memang kelas dunia, para atlet ini juga jago bikin taktik. Baik ketika main solo atau satu tim dengan player lainnya.
Apex Legends juga mengaplikasikan logika yang sama. Tanpa taktik yang jelas, yang kalian lakukan di dalam game hanyalah terjun di medan pertempuran dan mati dalam 10 detik. Kalian harus menentukan kenapa kalian harus turun di tempat tertentu, mau main agresif dengan mencari total kill atau main aman tanpa menyerang musuh sama sekali tapi all out ketika hanya tersisa beberapa tim. Semua itu harus ditentukan sebelum bermain karena game ini benar-benar tidak memberi celah untuk orang yang bingungan.
Tidak ada waktu yang lebih baik untuk bermain Apex Legends selain sekarang. Respawn sudah memperbaiki beberapa kekurangan setelah merilisnya dalam keadaan “seadanya”.
Per Maret, NVIDIA meluncurkan pembaruan perangkat lunak yang kompatibel untuk Apex Legends. Artinya, perangkat NVIDIA akan bekerja secara maksimal ketika menjalankan game ini.
Apex Legends ini bisa dimainkan di PC, Xbox, dan PS4. Game ini begitu cocok dimainkan di masa-masa kekosongan tanpa pertandingan sepak bola atau ketika kamu udah bosan main game sepak bola dan butuh suntikan adrenalin.
Satu hal yang menyenangkan dari Apex Legends adalah meski dimainkan dalam waktu lama, game ini tidak terasa monoton. Selalu ada hal baru ketika kamu berani mencoba taktik berbeda. Durasi pertandingan yang tidak terlalu lama tidak akan membuat kalian bosan.
Tertarik mencoba? Siapin internet kenceng dan ruang yang gede ya. Kalian butuh paling nggak 35 GB untuk mengunduh game ini. Selamat mencoba, saya tunggu di World’s Edge!
BACA JUGA 11 Pemain yang Kariernya Terkubur di Real Madrid dan artikel menarik lainnya dari Rizky Prasetya.