Wonosobo Bukan Destinasi Wisata Ramah buat Kaum Mendang-Mending, Turunkan Ekspektasi dan Perbanyak Isi Dompet sebelum ke Sini

Wonosobo Bukan Destinasi Wisata Ramah buat Kaum Mendang-Mending, Turunkan Ekspektasi dan Perbanyak Isi Dompet sebelum ke Sini

Wonosobo Bukan Destinasi Wisata Ramah buat Kaum Mendang-Mending, Turunkan Ekspektasi dan Perbanyak Isi Dompet sebelum ke Sini (unsplash.com)

Jika dibandingkan dengan Puncak Bogor, Dieng memiliki pesona yang tak kalah. Dari udaranya yang sejuk, pemandangannya yang serba hijau, dan suasananya yang menenangkan menjadi daya tarik tersendiri. Banyak wisatawan yang datang ke Wonosobo dan berkunjung ke Dieng saat libur panjang.

Ada berbagai wisata menarik di Wonosobo selain Dieng, misalnya Telaga Menjer, Kawah Sikidang, Curug Sikarim, sampai perkebunan teh yang ada di Desa Tambi. Bagi wisatawan yang sudah pernah ke Dieng tentu sudah familier dengan kondisi jalan dan medan yang harus dilalui ke sana. Tak tanggung-tanggung, jalan yang berliku dan sempit menjadi anomali bagi para wisatawan.

Selain masalah jalan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan wisatawan yang hendak berwisata di Wonosobo. Saran saya, turunkan ekspektasi dan perbanyak isi dompet kalian sebelum ke sini.

Menyewa Jeep hanya untuk terjebak kemacetan 

Sebagai warga asli Wonosobo, sejujurnya saya merasa kasihan ketika melihat wisatawan yang naik Jeep adventure. Sudah sewa jeep mahal-mahal dengan harga Rp600 ribu-Rp1 jutaan, eh, yang didapat lebih banyak macetnya daripada mampir ke destinasi wisata.

Rute Jeep di sini biasanya dimulai dari kawasan Dieng dan turun menuju Curug Sikarim. Medannyaa sangat ekstrem dan curam. Jeep kemudian kembali lagi ke Dieng melalui jalur utama atau jalan provinsi. Nah, di jalur utama inilah macet tak dapat dihindari. Saya yakin jamaah Mojok yang pernah berlibur ke sini pasti pernah mengalami hal ini. Wisatawan menyewa Jeep dengan harga tak murah dapat bonus pemandangan macet dari dekat.

Baca halaman selanjutnya: Jalanan minim perbaikan…

Selain UMR yang minim, jalanan di Wonosobo juga minim perbaikan dan pelebaran

Jika kalian pernah datang ke Wonosobo, mungkin kalian bertanya-tanya dalam hati. “Jalannya sempit, nggak halus, tapi kenapa nggak diperbaiki?” Hal itulah yang kerap kami pertanyakan sebagai warga lokal. Jika dibandingkan dengan Kabupaten Banjarnegara yang menjadi tetangga Wonosobo, saya masih melihat kesenjangan jalan di sini. Yang saya maksud jalan provinsi, ya.

Kalau kalian datang dari arah Temanggung, kalian akan menikmati jalanan dengan turunan panjang begitu memasuki Kabupaten Wonosobo sampai Pasar Kertek. Di jalan ini sering sekali terjadi kecelakaan. Selanjutnya sepanjang jalan dari Pasar Kertek sampai Alun-Alun Wonosobo kalian akan menemui jalan provinsi yang sempit dan banyak tambalan aspal. Jika tambalannya halus sih nggak jadi masalah. Masalahnya tambalan ini kayak bantal di tengah jalan.

Tentu masih banyak jalan di Wonosobo yang kualitasnya sama atau bahkan lebih jelek lagi. Sekali lagi, yang saya maksud jalan provinsi, ya. Termasuk jalan menuju Dieng. Jalan sempit ini yang menjadi salah satu penyebab Wonosobo macet, khususnya di musim liburan.

Ayolah Pemkab, realisasikan pengembangan dan perbaikan kualitas jalan yang ada. Selain bisa meningkatkan pendapatan daerah secara tak langsung, pelebaran dan perbaikan jalan menjadi bentuk pelayanan bagi para wisatawan yang berkunjung ke sini.

Penginapan yang mahal bagi kaum mendang-mending

Selayaknya tempat wisata lain, warga lokal yang berada di daerah wisata turut menawarkan berbagai fasilitas yang mereka miliki untuk menyambut wisatawan yang datang. Misalnya dengan membuka hotel, homestay, hingga sewa Jeep.

Jika kalian scrolling media sosial dan melihat konten soal harga penginapan yang ada di Wonosobo, banyak netizen mengeluhkan harga penginapan yang terlalu mahal. Katanya sih harganya nggak sebanding dengan fasilitas yang mereka dapatkan, terutama dalam hal luas kamar dan fasilitasnya. Apalagi di musim liburan panjang, harga penginapan bisa melonjak dua sampai tiga kali lipat.

Harga makanan di Wonosobo tak cocok buat wisatawan mendang-mending

Kebanyakan pelancong biasanya memilih makanan dari warung yang sudah familier untuk mengisi perut. Misalnya beli nasi Padang karena dianggap harganya masih ramah di kantong. Apalagi sekarang ini banyak RM Padang yang menawarkan nasi Padang dengan harga terjangkau, yakni Rp10 ribu.

Akan tetapi kalian nggak akan menemukan RM Padang yang menjual nasi Padang seharga Rp10 ribu di Wonosobo. Saya sudah berkeliling Wonosobo dan belum menemukannya. Beda jika kita melakukan perjalanan dari Banjarnegara sampai Purwokerto, di sepanjang jalan kita bakal menemukan RM Padang dengan tulisan “Nasi Padang Rp10 ribu”.

Tak hanya nasi Padang, makanan khas Wonosobo dan oleh-olehnya juga tak murah. Kalau kalian pernah makan mie ongklok Longkrang, apakah murah? Silakan jawab berdasarkan kondisi dompet masing-masing.

Jadi saya tegaskan sekali lagi, berwisata ke Wonosobo artinya kalian harus menurunkan ekspektasi karena ada beberapa hal yang tak sesuai dengan yang beredar di media sosial. Selain itu, kalian juga harus memperbanyak isi dompet. Soalnya meski Wonosobo kota kecil, tempat ini nggak kalah mahal dari kota besar. 

Penulis: Ahmad Soleh
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA 3 Aturan Tidak Tertulis di Unpad, Jangan Dilanggar biar Nggak Menyesal!

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version