Wisuda Itu Mahal, Saya Menabung Sejak Semester 5 Demi Bisa Mengikutinya

Wisuda Itu Mahal, Saya Menabung Sejak Semester 5 Demi Bisa Mengikutinya (Mojok.co)

Wisuda Itu Mahal, Saya Menabung Sejak Semester 5 Demi Bisa Mengikutinya (unsplash.com)

Wisuda merupakan momen yang penting di perkuliahan. Hampir tiap mahasiswa menantikannya sehingga momen ini sering disambut dengan penuh suka cita, bahkan euforia. Namun, satu hal yang seringkali luput dari perhatian, bisa merasakan momen yang berharga itu ternyata perlu merogoh kocek yang lumayan. 

Sudah menjadi rahasia umum, masa-masa akhir kuliah menelan biaya yang tidak sedikit. Mengingat, di masa akhir kuliah ada seminar proposal (sempro), seminar hasil (semhas), hingga wisuda. Wisuda sendiri banyak keperluannya mulai dari melunasi kewajiban administrasi kampus, akomodasi keluarga (kalau keluarga tinggal di luar kota), menyewa fotografer atau studio foto, hingga perayaan syukuran wisuda. 

Dengan kata lain, wisuda jelas memerlukan biaya yang besar. Memang semua itu tergantung pilihan masing-masing, tapi kemungkinan besar orang-orang akan melakukan berbagai upaya supaya bisa mewujudkannya. Mengingat, wisuda adalah momen penting. 

Keperluan wisuda mahasiswa perempuan lebih boros dan ribet

Sebagai perempuan, persiapan wisuda terbilang sangat ribet dan lebih banyak mengeluarkan biaya dibandingkan laki-laki. Cukup banyak hal yang perlu dipersiapkan, seperti model dan warna kebaya yang sesuai dengan keinginan, baju seragam keluarga, riasan yang tahan seharian, high heels, bahkan nail art yang harus senada.

Sejauh pengamatan saya, momen wisuda bagi perempuan memiliki tekanan sosial tersendiri. Bagaimana tidak, momen ini seringkali dijadikan ajang foto bersama keluarga dan teman-teman, serta tidak dapat dipungkiri tentunya keperluan untuk dibagikan di sosial media. Riasan wajah harus cantik, busana yang disesuaikan dengan tone kulit, foto keluarga harus seragam, fotographer yang estetik menjadi kemauan yang seringkali tidak disadari berubah menjadi sebuah tuntutan. Oleh karena itu, sebagian besar perempuan menghabiskan lebih banyak biaya dibandingkan dengan laki-laki yang pada umumnya cukup dengan kemeja, celana bahan, dan sepatu formal.

Biaya yang jadi beban untuk sebagian orang

Seperti yang sudah saya singgung sebelumnya, wisuda memerlukan biaya yang lumayan, apalagi untuk mahasiswa perempuan. Saya sendiri merasakannya karena belum lama ini jadi diwisuda dan resmi jadi alumni salah satu kampus swasta di Jawa Tengah. Untung saja saya banyak belajar dari teman kos yang terlebih dahulu diwisuda. Melihat biaya yang dikeluarkan, saya jadi sadar persiapan dana wisuda sangatlah penting. 

Itu mengapa, sejak semester 5 saya menabung khusus untuk persiapan wisuda.  Sebenarnya, saya masih bisa mendapat bantuan finansial dari orang tua. Namun, pada saat itu saya merasa tidak bijak kalau saya sepenuhnya bergantung pada mereka untuk kebutuhan wisuda. Lagi pula saya merasa malu kalau harus meminta tambahan uang di masa akhir kuliah. Itu mengapa, demi wisuda, saya beberapa kali menerima pekerjaan sampingan di samping kuliah. 

Ternyata keputusan saya sangat tepat. Setiap kali mendapat uang bulanan atau pemasukan tambahan saya langsung menyisihkan sebagian. Selain itu, saya jadi lebih selektif dalam memilih vendor yang dibutuhkan karena semua mengacu pada dana yang sudah disiapkan sebelumnya. Hasilnya, ketika dana tersebut akhirnya dibutuhkan, saya tidak merasa panik atau terbebani. Semua kebutuhan terpenuhi, dan yang terpenting sedikit membantu meringankan pengeluaran orang tua

Bagi sebagian orang, wisuda merupakan momen sekali seumur hidup. Namun, menyikapinya tetap harus bijak. Jangan sampai momen ini menjadi beban bagi diri sendiri maupun orang tua dengan tuntutan maupun kebutuhan yang berlebihan. Sederhana dan apa adanya pun tidak mengurangi kesan dan makna dari prosesi wisuda itu sendiri. Sebab, momen sehari itu akan cepat berlalu. Namun, yang lebih penting adalah bagaimana kita bisa melangkah setelahnya.

Penulis: Latifah Elfrida Sari
Editor: Kenia Intan 

BACA JUGA Kuliah di Mana pun Itu Sama Saja Adalah Omong Kosong yang Terus Dipertahankan

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version