Wisata Sumatera Barat Jarang Dilirik padahal Nggak Kalah Cantik dari Bali dan Jogja

Wisata Sumatera Barat Jarang Dilirik padahal Nggak Kalah Cantik

Wisata Sumatera Barat Jarang Dilirik padahal Nggak Kalah Cantik dari Bali dan Jogja (Unsplash.com)

Sebenernya Provinsi Sumatera Barat menawarkan berbagai wisata yang nggak kalah lho dari Bali, Jogja, dan yang lainnya.

Sebentar lagi pergantian tahun. Biasanya, pergantian tahun menjadi momen yang dimanfaatkan oleh banyak orang untuk berlibur ke berbagai destinasi wisata di Indonesia. Maklum, setelah setahun penuh hidup diisi dengan overthinking soal pekerjaan dan tuntutan keluarga, orang butuh healing sekadar untuk merilis emosi negatif yang sudah bertumpuk-tumpuk. Pilihannya tentu dengan berwisata ke tempat-tempat yang indah. Beberapa provinsi atau wilayah yang sering dipilih orang-orang untuk berlibur antara lain ada Bali, NTB, NTT, atau bahkan Papua yang menawarkan keindahan alam, baik laut maupun pegunungan.

Akan tetapi, kalian pernah kepikiran nggak sih liburan di wilayah Sumatera Barat? Provinsi Sumatera Barat acapkali disisihkan dari list destinasi wisata populer yang jadi favorit banyak orang. Padahal di sini, wisatawan bisa mengunjungi destinasi wisata alam yang menawarkan panorama indah dan destinasi wisata sejarah yang bisa menambah wawasan, lho.

Mulai dari Danau Maninjau yang letaknya di Kabupaten Agam (36 kilometer dari Bukittinggi), kemudian wisata sejarah sejarah seperti Jam Gadang, Benteng Fort De Kock, Lubang Jepang, dan Rumah Bung Hatta di Bukittinggi. Selain itu di Bukittinggi juga ada Taman Panorama yang menyuguhkan pemandangan sebuah ngarai yang disebut Ngarai Sianok.

Lanjut ke Payakumbuh, di sana wisatawan bisa menghabiskan waktu bersantai dan bercengkrama dengan alam di Lembah Harau. Wisatawan berada di tengah-tengah himpitan beberapa lembah dengan pemandangan tebing-tebing cadas yang menjulang tinggi. Di kawasan tersebut, terdapat spot foto seperti Kampung Korea-Jepang, Taman Kelinci, dan Kampung Eropa. Di tebing-tebing itu juga terdapat beberapa air terjun alami yang masih sangat jernih.

Saya akan coba berikan ilustrasi perjalanan beserta rute yang pas agar bisa menjadi tur wisata Sumatera Barat yang menyenangkan bagi kalian.

Danau Maninjau, destinasi wisata Sumatera Barat pertama yang wajib dikunjungi

Moda transportasi yang paling mudah digunakan untuk ke Sumatera Barat adalah dengan menggunakan pesawat. Tujuannya adalah Bandara Internasional Minangkabau yang terletak di Padang Pariaman. Saran saya, ambil penerbangan pagi sekitar pukul 06.00 atau 07.00 WIB supaya diba di sana sekitar pukul 09.00 WIB.

Begitu tiba di Bandara Minangkabau, destinasi wisata Sumatera Barat pertama yang bisa kalian kunjungi adalah Danau Maninjau. Perjalanan dari bandara ke Danau Maninjau memang agak lama, sekitar 3 jam lebih. Kalau datang rombongan, kalian bisa menyewa bus. Tarifnya biasanya sekitar 700 ribu hingga 1 juta per hari, tergantung jenis bus yang disewa.

Danau Maninjau merupakan danau vulkanik yang terbentuk dari letusan besar gunung api yang menghamburkan kurang lebih 220-250 kilometer kubik material piroklastik. Danau ini mulanya adalah sebuah gunung yang disebut Gunung Tinjau. Konon, Gunung Tinjau memiliki kawah yang sangat luas, namun dalam waktu singkat berubah menjadi sebuah danau.

Kejadian tersebut tak lepas dari kisah Bujang Sembilan. Singkat cerita, salah satu dari bujang sembilan yang bernama Giran jatuh cinta dengan Siti Rasani. Namun, cinta mereka ditentang dan bahkan difitnah oleh keluarga mereka. Keduanya lalu dilemparkan ke dalam kawah Gunung Tinjau.

Sebelum dilemparkan, Giran berdoa meminta keadilan kepada Tuhan. Apabila ia tak melakukan kesalahan, ia meminta agar Gunung Tinjau meletus dan Bujang Sembilan mendapat kutukan. Setelah keduanya dilemparkan ke dalam kawah, gunung pun meletus dan membentuk cekungan yang terisi air dan menjadi sebuah danau indah yang disebut Danau Maninjau.

Sempatkan berkunjung ke monumen Jam Gadang di Bukittinggi

Masih di Sumatera Barat, dari Danau maninjau, kalian bisa melanjutkan wisata sore hari ke pusat Kota Bukittinggi dengan mengunjungi monumen Jam Gadang. Menara jam setinggi 26 meter ini merupakan salah satu monumen peninggalan Pemerintah Hindia Belanda yang usianya diperkirakan hampir satu abad.

Salah satu fakta unik Jam Gadang terletak pada mesin penggeraknya yang hanya ada dua unit di dunia. Satu mesin berada di Jam Gadang, sementara satunya lagi digunakan untuk Big Ben di London, Inggris. Selain itu, Jam Gadang memiliki lonceng yang permukaannya tertulis nama pabrik pembuat jam, Vortmann Recklinghausen. Vortmann adalah nama belakang pembuat jam, Benhard Vortmann, sementara Recklinghausen adalah kota di Jerman tempat produksi mesin jam.

Konon, Jam Gadang dibangun tanpa besi penyangga ataupun adukan semen, hanya menggunakan campuran kapur, putih telur, dan pasir putih. Kalian bisa habiskan sore dan malam hari di pusat Kota Bukittinggi dengan menginap di beberapa hotel dengan tarif yang cukup bersahabat dengan kantong pribadi. Cari hotel dengan tarif 200 ribu per malam juga ada, kok. Oh ya, di kawasan sini juga ramai kapau yang menjual masakan Minang dengan harga nggak mencekik.

Jangan lupa untuk menyaksikan keindahan Ngarai Sianok

Pagi-pagi sekali, sekitar pukul 07.00 WIB, kalian bisa menyaksikan keindahan Ngarai Sianok dari Taman Panorama. Tiket masuk ke destinasi wisata Sumatera Barat satu ini 15 ribu per orang. Ngarai Sianok adalah sebuah lembah yang dikelilingi oleh bukit-bukit bertebing curam dengan aliran sungai kecil di tengahnya. Ngarai ini kalau dilihat dari atas merupakan wujud visual yang indah akan fenomena terbentuknya patahan-patahan yang diakibatkan karena letusan Gunung Tinjau.

Setelah puas menatap pemandangan Ngarai Sianok, masih di Kawasan yang sama, yaitu Taman Panorama, kalian bisa menelusuri Lubang Jepang. Lubang ini merupakan sebuah situs sejarah peninggalan kolonial Jepang yang dibangun kisaran 1443-1445. Dulunya lubang ini dibuat sebagai tempat persembunyian, perangkap, dan penyiksaan. Lubang ini didesain seperti gua yang kedap suara dan berbentuk seperti labirin. Jadi jika ada musuh yang masuk akan sukar untuk keluar.

Teriakan dari dalam lubang ini pun tidak akan terdengar dari luar. Konon, para saksi pribumi dan pekerja yang membuat Lubang Jepang ini semuanya dibunuh sehingga informasi mengenai Lubang Jepang sangat sulit didapatkan. Satu-satunya informasi tentang Lubang Jepang hanya diperoleh dari penuturan penggagasnya, yaitu Letjen Moritake Tanabe.

Wisata Sumatera Barat selanjutnya: berkunjung ke Benteng Fort De Kock dan menikmati sore hari di Lembah Harau

Menjelang siang, destinasi wisata Sumatera Barat selanjutnya yang bisa dikunjungi adalah Benteng Fort De Kock. Jaraknya sekitar 1 kilometer dari Taman Panorama. Benteng ini didirikan pada zaman kolonial Belanda untuk mempersempit ruang gerak musuh yang ingin menyusup atau melarikan diri. Setelah dari Benteng Fort De Kock, kalian bisa mampir ke Rumah Bung Hatta. Di sini kalian akan melihat ruang-ruang kerja dari Bung Hatta semasa muda.

Dari Bukittinggi, kalian bisa beranjak ke daerah Payakumbuh untuk menikmati sore hari di Lembah Harau. Tenang, kalian bisa menginap di sana ala-ala glamping. Suasana Lembah Harau bikin betah karena suasananya sejuk, segar, dan tenang. Sore hingga malam hari kalian bisa menikmati kesunyian Lembah sambil bakar jagung. Sementara pagi hari, kalian bisa merasakan kesegaran hutan yang masih asri sembari menyeruput kopi dan pisang goreng.

Setelah itu kalian bisa langsung pulang deh, kembali untuk bekerja. Hahaha.

Eh, tunggu, kalau masih kurang puas liburan, kalian bisa datang ke destinasi wisata Sumatera Barat lainnya. Misalnya Istano Baso Pagaruyung dan situs peninggalan Belanda di Desa Sawahlunto, Kabupaten Tanah Datar. Kalau masih nambah hari libur, dari Lembah Harau langsung saja gas ke kedua tempat tersebut.

Gimana? Tertarik untuk menghabiskan waktu liburan dan bonus akhir tahun di destinasi wisata Sumatera Barat yang nggak kalah cantik ini?

Penulis: Muhamad Iqbal Haqiqi
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA 5 Alasan Alfamart dan Indomaret Tidak Ada di Sumatera Barat.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version