Welcome to Wedding Hell dan Gambaran Peliknya Persiapan Pernikahan yang Penuh Intrik

Welcome to Wedding Hell dan Gambaran Peliknya Persiapan Pernikahan yang Penuh Intrik Terminal Mojok

Welcome to Wedding Hell dan Gambaran Peliknya Persiapan Pernikahan yang Penuh Intrik (Instagram Netflix Indonesia)

Lamaran umumnya membawa kebahagiaan luar biasa karena sudah selangkah lebih dekat untuk meresmikan hubungan, baik secara agama maupun negara. Namun, seperti yang sering dinasihatkan oleh orang-orang tua, pernikahan itu bukanlah akhir yang membahagiakan, melainkan awal perjuangan tak berujung bersama pasangan yang dipilih untuk mengarungi kehidupan bersama.

Baru sampai persiapan pernikahan saja nggak jarang api-api konflik mulai tersulut. Welcome to Wedding Hell hadir sebagai drama Korea yang mengusung tema dinamika intrik pra-pernikahan. Episodenya terbilang singkat dibanding drama Korea pada umumnya, hanya 12 episode dengan durasi kurang dari 40 menit per episodenya. Melalui drama yang tayang di Netflix ini kita disuguhkan realita bahwa pernikahan itu nggak selamanya manis.

Alkisah sepasang kekasih, Kim Na Eun (Lee Yeon Hee) dan Seo Jun Hyeong (Lee Jin Uk) berniat menikah. Namun, lamaran yang seharusnya membahagiakan itu malah berubah menjadi petaka. Konflik-konflik sering terjadi selama proses persiapan pernikahan, bahkan sampai mengancam kelangsungan hubungan keduanya. Inilah rangkuman konflik yang saya tangkap dari kisah Welcome to Wedding Hell.

#1 Masalah finansial

Masalah finansial menjadi konflik yang pertama kali muncul dalam serial ini, dan saya rasa juga sering terjadi di dunia nyata. Menentukan pihak mana yang membayar biaya pernikahan bisa menjadi hal yang sangat sensitif. Kadang ada yang menghendaki seluruh biaya pesta dibagi dua sama rata, kadang ada yang berbaik hati mau memahami kondisi pihak lain sehingga yang lebih berkecukupan menanggung lebih banyak. Apa pun pilihannya sah-sah saja, kok, asalkan kedua belah pihak bisa sepakat dan legowo.

Masalah finansial ini ternyata sebaiknya nggak menjadi hal yang tabu untuk dibahas sejak masa penjajakan. Mungkin kalau hubungan kalian sudah menjurus ke jenjang yang lebih serius, kalian bisa mulai saling terbuka mengenai kondisi finansial masing-masing biar lebih mudah memproyeksikan rencana pengelolaan keuangan saat sudah hidup bersama kelak.

Jangan seperti Na Eun yang kaget karena nggak tahu sama sekali kondisi keuangan Jun Hyeong padahal mereka sudah mau menikah. Na Eun pun syok saat tahu pacarnya itu punya utang yang cukup banyak dan boros.

#2 Menyesuaikan diri dengan calon mertua

Masalah kedua adalah Na Eun yang kesulitan menyesuaikan diri dengan calon ibu mertuanya. Kebetulan ibu Jun Hyeong adalah tipikal ibu-ibu yang protektif dan suka ikut campur urusan anaknya. Mereka yang berasal dari keluarga kaya ini punya standar yang cukup tinggi untuk pesta pernikahan anak satu-satunya. Sayangnya, si ibu kurang mempertimbangkan kemampuan keluarga calon besannya.

Na Eun tentunya merasa segan untuk nggak mengikuti saran-saran mewah dari calon ibu mertuanya. Namun di sisi lain, dia sadar kalau standar keluarga calon suaminya itu sangat memberatkan dirinya dan keluarganya.

Sebagai pelajaran, mungkin para orang tua bisa membebaskan anak yang akan menikah untuk menentukan pilihan mereka sendiri. Pertimbangkan kondisi keluarga calon besan biar nggak saling memberatkan. Sebagaimana konsep prnikahan dalam adat ketimuran, ketika menikah kita tidak hanya menikahi pasangan melainkan seluruh keluarganya juga. Jadi mewujudkan hubungan yang harmonis dengan keluarga pasangan menjadi sangat krusial.

Untuk kalian yang nantinya bakal jadi menantu, hormatilah calon mertua kalian sebagaimana orang tua sendiri. Kalau ada yang nggak sreg, kalian bisa mengutarakannya secara baik-baik tanpa perlu menyinggung.

#3 Menyelaraskan dua keluarga

Dalam Welcome to Wedding Hell, masalah dari poin kedua ternyata mengakibatkan tegangnya hubungan antara dua keluarga. Konflik memuncak saat memilih calon hunian yang akan dibeli. Na Eun dan Jun Hyeong sama-sama mengajak ibunya agar mereka bisa berpendapat. Sayangnya, para ibu ini punya pemikiran yang bertolak belakang. Tegangnya hubungan keduanya berdampak pada hubungan sang anak yang nyaris bubar.

Sebagaimana tipikal keluarga tradisional Asia, pernikahan adalah hubungan untuk mempersatukan dua keluarga. Oleh karena itu penting sekali bagi pasangan-pasangan ini untuk membuat hubungan dua keluarganya akur.

Memang pernikahan dalam adat ketimuran terasa lebih kompleks daripada budaya di barat. Masing-masing keluarga sebaiknya menurunkan egonya masing-masing agar anak-anak mereka bisa hidup bersama dalam pernikahan yang damai.

#4 Komunikasi

Boleh dibilang akar konflik yang sebenarnya dari serial ini adalah komunikasi. Baik Na Eun dan Jun Hyeong cenderung nggak terbuka dalam mengutarakan unek-uneknya. Jun Hyeong sebagai pacar dan anak yang baik cenderung mengambil posisi people pleasure yang berusaha mengiyakan pendapat semua pihak. Padahal dalam hal ini dia tahu betul jika pendapat Na Eun sekeluarga bertolak belakang dengan pendapat ibunya. Jun Hyeong sebenarnya tahu bahwa dirinya harus tegas memilih salah satu, nggak bisa menyenangkan dua-duanya.

Sayangnya, dia terkesan selalu menghindari konflik. Setiap konflik dengan Na Eun pun nggak pernah dibahas sampai tuntas, yang akhirnya malah jadi bom waktu. Padahal sebagai pasangan, masalah pernikahan itu harus dibahas bersama. Nggak bisa hanya pasrah dan iya-iya aja atas keputusan salah satu pihak.

Sedangkan Na Eun punya ekspektasi yang nggak kesampaian dan akhirnya membuatnya frustasi sendiri. Ia menghendaki pernikahan sederhana dan nggak mau calon mertuanya ikut campur. Sayangnya, Na Eun nggak sepenuhnya jujur pada calon suaminya. Ia berharap calon suaminya ini peka, padahal calon suami bukanlah cenanyang. Bagaimana mungkin dia harus tahu segala ekspektasi dan keinginan perempuan kalau si perempuan cuma kode-kodean? Memangnya masih zaman kode-kodean buat pasangan yang mau menikah? Ingat, kalian bukan lagi remaja belia. Dirimu bukan pusat alam semesta, wahai perempuan, yang mengharuskan orang lain tahu keinginanmu tanpa perlu mengucap sepatah kata.

Saya rasa jika sedari awal Na Eun dan Jun Hyeong berkomunikasi dengan baik dan saling terbuka, mereka akan bisa menentukan sikap bersama dengan tegas. Campur tangan orang tua bisa diminimalisir, dan konflik-konflik semacam itu bisa dihindari.

Saya pikir banyak amanah yang bisa kita petik dari serial ini. Terutama untuk pasangan-pasangan yang mau menikah, agar nggak perlu putus seperti Na Eun dan Jun Hyeong menjelang hari pernikahan.

Tertarik buat nonton Welcome to Wedding Hell? Kira-kira drama-drama apa ya yang sering dialami pasangan menjelang pernikahan?

Penulis: Erma Kumala Dewi
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA 8 Drama Korea Lawas Populer yang Pernah Tayang di Stasiun TV Nasional.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version