Berkat 1 Logika Ini, Warteg Lebih Nyaman dan Menyenangkan Dibandingkan Warmindo Sebagai Tempat Mengisi Perut dan Mengobati Rindu akan Rumah

Warmindo Ternyata Bisa Kalah dari Warteg Berkat Logika Ini (Unsplash)

Warmindo Ternyata Bisa Kalah dari Warteg Berkat Logika Ini (Unsplash)

Warmindo ternyata bisa kalah dari warteg berkat logika satu ini.

Mendengar kata warteg, pikiran yang paling umum muncul di kalangan masyarakat adalah warung makan sederhana. Sangat benar, sesederhana itu. Tempat yang tidak membeda-bedakan golongan, segala umur bisa banget mampir kesana. Kelengkapan lauk pauknya tidak perlu dikhawatirkan lagi, sangat lengkap. 

Melihat zaman yang semakin maju, segala rumah makan dari yang modern sampai warmindo tersebar di mana-mana. Namun, eksistensi warteg tidak kalah dengan tempat makan lainnya. Warteg selalu bisa mempertahankan konsep yang membuat mereka bisa bertahan sejauh ini. 

Nah, bagi saya, warteg memang tempat paling nyaman, bahkan melebihi restoran sampai warmindo. Segala fasilitas yang ada dan nuansa rumahan dengan alunan musik membuat nafsu makan meningkat. Penjelasan di bawah ini untuk kamu yang sedang ragu mencari tempat mengisi perut.

Warteg tidak kalah nyaman

Sejauh pengalaman saya, warteg menjadi tempat paling nyaman dan tidak kalah dari restoran hingga warmindo. Di sini, makanan juga diantar sampai ke meja. Sama seperti 2 jenis tempat makan di atas. Konsepnya juga sederhana sehingga cocok untuk siapa saja. Duduk berjam-jam pun tidak masalah.

Bahkan, ada juga warteg yang menyediakan wifi seperti beberapa warmindo, yang sering menjadi tempat mengerjakan skripsi. Selain itu, duduk berlama-lama di sini juga tidak menjadi masalah. Asal sedang tidak ramai dan penuh saja. Saking akrabnya, yang jaga sampai hafal dengan menu favorit pelanggan setia.

Warmindo kalah di 1 hal ini

Ya, warmindo tidak bisa menjadi “tempat pelarian sementara” ketika jauh dari rumah. Sebagai mahasiswa, jauh dari keluarga rasanya sangat berat. Kita harus menabung rasa rindu untuk bertemu lagi suatu saat. 

Itu yang saya alami saat ini, apalagi perihal rindu makanan rumah. Nah, selama merantau, hanya warteg yang bisa menawarkan rasa makanan mirip di rumah. Memang tidak sama persis, tapi setidaknya bisa mengobati rasa rindu. 

Warmindo tidak bisa menawarkan aspek ini. Maklum, menu mereka “itu-itu saja”. Bukan lantas buruk, tapi konsepnya sudah seperti itu. Kalau ada sayur, ya tetap “itu-itu saja”. Makanya, untuk soal “rindu masakan rumah” warteg adalah juaranya.

Harganya ramah untuk dompet mahasiswa 

Warmindo memang terkenal “murah”. Namun, warteg juga nggak kalah. Mau lagi tanggal muda atau tua, kamu nggak perlu khawatir dengan biaya makan. Asal tidak pilih-pilih makanan, cukup dengan uang Rp10.000 saja kamu sudah bisa mendapatkan sepaket nasi dengan lauk. Kalau mau hemat lagi, minum air putih saja, pasti gratis.

Jangan khawatir atau ragu kalau porsinya kurang karena kamu bisa nambah. Tapi sadar diri saja, jangan kebangetan atau kamu nambah bayaran. 

Tetap saja, segala pilihan bergantung kepada selera masing-masing. Ada yang nyaman, ada juga yang tidak. Namun, di balik itu semua, warteg selalu menjadi pilihan atau pelarian saya untuk mampir mengisi perut dan mengingat rumah. Restoran dan warmindo nanti dulu, lah.

Penulis: Raihan Dafa Achmada

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Alasan Logis dari Fenomena Anak Muda Meninggalkan Coffee Shop dan Beralih ke Warmindo kalau Mau Mengerjakan Skripsi

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version