Warpat Puncak, Tempat Parkir Paling Nggak Ngotak Sedunia

Warpat Puncak, Tempat Parkir Paling Nggak Ngotak Sedunia

Warpat Puncak, Tempat Parkir Paling Nggak Ngotak Sedunia (Unsplash.com)

Saya nggak akan parkir mobil lagi di Warpat Puncak seumur hidup!

Ada banyak hal dalam hidup ini yang bisa kita terima dan nggak bisa kita terima. Salah satu hal yang nggak bisa diterima dalam hidup saya adalah parkir mobil di Warpat Puncak. Oh ya, mungkin sebagian dari kalian akan bertanya-tanya, apaan sih Warpat itu. Jadi, biar saya jelaskan dulu.

Warpat singkatan dari Warung Patra, sebuah tempat istirahat sekaligus kulineran yang biasa disinggahi oleh wisatawan yang datang ke Puncak Bogor. Biasanya wisatawan singgah di sini untuk menikmati suasana Puncak sembari menyantap makanan dan minuman hangat agar badan terasa hangat. Tempat wisata kuliner ini berlokasi di perbatasan antara Bogor dan Cianjur, tepatnya di Jalan Raya Puncak, Cisarua, Kabupaten Bogor.

Kita semua mungkin paham bahwa singgah dan memarkirkan mobil di tempat wisata berarti akan selalu ada tukang parkir. Dan biasanya, biaya parkir di tempat wisata agak lebih mahal. Namun sejauh ini, Warpat Puncak yang paling jauh. Parkir mobil di sini harganya nggak ngotak.

Tarif parkir di Warpat Puncak bikin dompet sekarat

Sebagai wisatawan, jujur aja saya menyesal pernah memarkirkan mobil di Warpat. Coba bayangkan, baru turun dari mobil, saya langsung disambut seseorang yang ngakunya tukang parkir. Pada akhirnya, orang itu malah nggak jagain mobil saya. Ngeselin banget, kan?

Sebenarnya saya sudah dua kali parkir mobil di sini. Pertama kali saya dikenakan tarif parkir Rp25 ribu, dan yang kedua saya disuruh bayar Rp35 ribu. Nah, yang ketiga kalinya ini yang bikin mata saya melotot. Masa tukang parkirnya minta Rp40 ribu! Jujur aja saya nggak bisa menerima hal itu, makanya saya sedikit berdebat dengan si tukang parkir.

Akan tetapi tarif parkirnya tetap nggak bisa turun, bahkan dia bilang gini, “Udah, A, daripada kita berdebat mending pindahin aja mobilnya.” Coba bayangin, kesel nggak sih kalau digituin? Akhirnya mau nggak mau saya parkir di Warpat Puncak dan memberikan uang Rp40 ribu dengan sangat nggak ikhlas.

Sejak kejadian itu saya bersumpah nggak akan pernah parkir mobil lagi di sana. Kapok banget!

Baca halaman selanjutnya

Lokasi parkir yang bikin ngeri

Lokasi parkir bikin jantung deg-degan

Sebenarnya Warpat Puncak itu cuma punya space untuk beberapa mobil karena selalu ramai diisi oleh sepeda motor. Jadi, kalau mobil kalian nggak kebagian parkir di depan Warpat, ya parkirnya di pinggir jalan.

Kebetulan saat itu sedang ramai pengunjung sampai saya harus dua kali bolak-balik mencari parkir. Baru ketiga kalinya balik ada space kosong untuk parkir mobil, tapi ini yang bikin jantung deg-degan.

Lokasi parkir yang kosong itu tepat di pinggir jalan pas tikungan yang atasnya adalah tebing yang dicor akibat longsor sekitar tahun 2020. Baru beberapa langkah meninggalkan mobil aja saya udah kepikiran, gimana ya kalau tiba-tiba longsor? Haduh…

Mobil nggak dijagain

Setelah terjadi perdebatan antara saya dan tukang parkir tadi, saya memberikan uang Rp40 ribu dan bilang, “Jagain ya, Bang.” Si tukang parkir cuma menjawab, “Siap, A!”

Nyatanya, ketika saya balik ke mobil, si tukang parkir itu nggak nongol batang hidungnya! Bahkan ketika saya sudah berada di dalam mobil dan bersiap meninggalkan Warpat, si tukang parkir tetep nggak nongol. Saat itu saya langsung merasa menyesal banget parkir di sana.

Sebenarnya saya nggak masalah dengan keberadaan tukang parkir di Warpat Puncak itu. Tapi dengan syarat, kerjanya beneran bantu memarkirkan kendaraan dan menjaga kendaraan pengunjung. Lantaran lokasi Warpat di pinggir jalan raya yang padat dengan kendaraan, menurut saya kehadiran tukang parkir sangat membantu pengendara.

Akan tetapi, saya malah ketemu yang sama sekali nggak bener kerjaannya. Udah minta duit di awal, mahal, terus mobilnya nggak dijagain pula. Siapa yang nggak kesel kalau digituin? Nggak lagi-lagi deh parkir di sana.

Penulis: Andoyy
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Wisata Puncak Bogor Nggak Worth Sama Sekali untuk Dikunjungi: Udah Macet, Mahal Lagi, Niat Healing Malah Jadi Sinting.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version