Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kuliner

Warkop Tidak Akan Kalah Bersaing dengan Kafe Kekinian

Christian Denny M oleh Christian Denny M
26 Juli 2020
A A
Share on FacebookShare on Twitter

Sebagian anak muda mungkin akan memandang remeh tempat ngopi yang bernama warkop. Selain kumuh, kotor, dan jelek, dan nggak instagramable, tempat ngopi satu ini seolah-olah didiskriminasikan dari dunia perkopian.

Saya pikir mereka harus mencoba dulu warung kopi yang sudah bersalin diri. Yang mengubah tempat kopinya, menjadi sasaran empuk para sopir ojek online untuk berteduh, ngobrol, dan menunggu pesanan.

Selain itu, warkop kini juga sudah menjelma seperti warnet, bagi anak-anak remaja yang menghabiskan waktunya untuk main game dan numpang wifi. Dengan mendefinisikan seperti itu, coba apa yang bisa dilakukan oleh kafe milineal?

Tidak ada. Sama sekali tidak ada. Mereka tak bisa menyaingi humanisnya warkop, tempat sederhana yang membuat kita lebih menghargai ruang publik untuk berdiskusi.

Memang, sih, warkop agak susah dikonsepkan dengan permainan kata dicetak di gelas plastik seperti “jiwa”, “hati”, dan “kenangan”. Namun, jangan salah, kehidupan di dalam warkop itu sudah representasi jiwa, hati, dan kenangan. Mulai dari lagu-lagu yang diputar, pelayanan ramah dan berbekas di hati, dan terutama kesederhanaannya.

Mereka tak perlu mencetak permainan kata di wadah plastik untuk difoto dan dipajang di Instagram. Tempat ngopi sederhana ini tidak perlu dipamerkan saja sudah masuk ke dalam kenangan. Maka dari itu, warkop tidak akan punah, meski zaman berubah.

Yang ada, mereka berevolusi mengejar ketertinggalan. Nah, dari kenyataan itu, berikut beberapa alasan warung kopi tidak akan kalah ketika 1 lawan 1 sama kafe kekinian, berdasarkan pengalaman saya sendiri.

Lebih artistik

Saya tak tahu ini ide dari mana, kebanyakan warkop kini lebih peduli dengan tempatnya. Mereka menyulap tempatnya menjadi lebih hidup. Caranya, dengan mendekor lampu, menghiasi dinding dengan grafiti. Menyediakan asbak rokok yang nyeni. Bahkan, tempat minum diubah dengan dengan model gelas yang lebih nyentrik.

Baca Juga:

4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop

Pemilik Warung Membeberkan 5 Rahasia Indomie Racikannya Bisa Lebih Enak daripada Buatan Rumah

Saya lihat dan amati, mungkin sebagian besar penikmatnya juga sepakat dengan perubahan bahwa warkop mulai mengikuti perubahan zaman. Makanya, tadi saya bilang di awal, jika tempat asyik ini tidak akan pernah punah. Mereka berevolusi dan bertahan hidup.

Menyediakan wifi dan berlangganan tv kabel

Saya kira, untuk kekinian, layanan seperti ini sudah lazim bagi semua kedai dengan konsep “nongkrong”. Terutama untuk wifi gratisan. Kalau tv kabel, sih, sifatnya “tidak harus ada”. Nah, untuk warkop, di mana pengunjungnya masih betah ngobrol berlama-lama, nonton tv kabel memang bukan daya tarik utama.

Beberapa warkop di Surabaya sadar dengan kebutuhan wifi gratis. Meski warung tidak luas, kecepatan koneksinya nggak kalah sama kafe kekinian. Ditambah budaya cangkrukan, warkop nggak akan kalah gelut sama kafe kekinian. Plus, jelas, harga minuman dan jajanannya lebih murah.

Kalau untuk tv kabel, biasanya, digunakan untuk nonton bareng pertandingan sepak bola. Jadi, selain nongkrong untuk umum, warkop juga menjadi jujugan suporter. Sebuah nilai tambah.

Kang warkop jarang mengusir pelanggannya

Saya mengamati ini. Khususnya masyarakat yang nongkrong di warkop. Kebanyakan, mereka hanya memesan satu jenis minuman. Entah itu kopi, es, atau minuman hangat lainnya.

Namun, durasi nongkrongnya luar biasa lama. Terkadang, jika kopi sudah habis, para penikmat justru asik mengajak ngobrol penjualnya. Hingga, terkadang penjualnya lupa, jika pelanggannya itu hanya memesan satu pesanan.

Memang keterlaluan, tapi kecintaan kang warkop terhadap pelanggannya selalu menjadi nilai tambah dari tahun ke tahun. Bahkan tak pernah mengusir pelanggannya, yang ada mereka justru berbagi cerita dan pengalaman. Humanis banget, kan. Tapi yo ojo, kebacut nemen rek! Mesen ngombe mek siji.

Buka 24 jam

Sebagian warkop yang buka 24 jam adalah berkah tersendiri bagi kaum urban, orang-orang yang mengalami insomnia, pekerja malam. Mereka masih bisa menikmati segelas kopi atau teh untuk membuat hari-harinya lebih bersemangat. Terlebih lagi, jika pemilik kopi memutarkan lagu dangdut koplo. Itu bakal sempurna.

Tak hanya itu, warkop 24 jam juga membantu para pengangguran untuk ikut bekerja menjaga warung. Meskipun gajinya tidak besar, cuma ditambah makan dan jatah ngopi, tapi sudah lumayan menutupi kekurangan pemerintah dalam menyediakan lapangan pekerjaan. Kafe kekinian tidak bisa seluwes ini.

BACA JUGA Empati Warkop Pitulikur dan Fenomena Siswa Belajar Online di Warkop, yang Prihatin Seharusnya Pemerintah atau tulisan-tulisan lainnya di Terminal Mojok.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 21 Januari 2022 oleh

Tags: cafeKopiwarkop
Christian Denny M

Christian Denny M

Pecinta Arsenal. Penyuka Kikil Sapi. Masih berharap bisa menulis dan membuat karya.

ArtikelTerkait

5 Dosa Warung Kopi yang Nggak Disadari Pemiliknya (Unsplash)

5 Dosa Warung Kopi yang Nggak Disadari Pemiliknya

14 Maret 2023
The Coach Coffee Shop: Harga Elite, Tempat Duduk Sulit, Rasanya B Aja

The Coach Coffee Shop: Harga Elite, Tempat Duduk Sulit, Rasanya B Aja

19 Mei 2024
5 Makanan Starbucks yang Rasanya Gagal Mojok.co

5 Makanan Starbucks yang Rasanya Gagal

29 November 2024
Starbucks Reserve, Gerai Premium Starbucks yang Layak Kalian Coba starbucks kaleng

Starbucks Reserve, Gerai Premium Starbucks yang Layak Kalian Coba

25 Januari 2022
4 Alasan Saya Tetap Setia dan Tidak akan Menjadikan Kopi Kenangan sebagai “Mantan” Mojok.co

4 Alasan Saya Tetap Setia dan Tidak akan Menjadikan Kopi Kenangan sebagai “Mantan”

26 Juli 2025
4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop Mojok.co

4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop

4 Desember 2025
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

19 Desember 2025
Niat Hati Beli Mobil Honda Civic Genio buat Nostalgia, Malah Berujung Sengsara

Kenangan Civic Genio 1992, Mobil Pertama yang Datang di Waktu Tepat, Pergi di Waktu Sulit

15 Desember 2025
Mio Soul GT Motor Yamaha yang Irit, Murah, dan Timeless (Unsplash) yamaha mx king, jupiter mx 135 yamaha vega zr yamaha byson yamaha soul

Yamaha Soul Karbu 113 cc: Harga Seken 3 Jutaan, tapi Konsumsi BBM Bikin Nyesek

17 Desember 2025
Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

16 Desember 2025
Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label "Mobil Taksi"

Panduan Membeli Toyota Vios Bekas: Ini Ciri-Ciri Vios Bekas Taxi yang Wajib Diketahui!

18 Desember 2025
Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

17 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi
  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik
  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.