Walking tour atau wisata jalan kaki jadi salah satu cara berwisata yang tengah naik daun beberapa waktu terakhir. Wisatawan yang mengikuti program walking tour akan diajak jalan-jalan, biasanya di daerah perkotaan, bersama pemandu. Konsep wisata ini ada banyak, mulai dari jalan-jalan ke daerah bersejarah, perkampungan, hingga tempat-tempat dengan berbagai destinasi kuliner.
Cara berwisata seperti ini sebenarnya sangat menarik. Wisatawan bisa mengenal daerah yang dikunjungi secara lebih dalam. Dengan begitu, wisatawan akan menghargai daerah wisata, tidak sekadar foto-foto.
Sayangnya, tidak semua peserta sepertinya siap dengan konsep seperti ini. Sejauh pengalaman saya, ada beberapa peserta yang ikut walking tour hanya karena fomo aja. Mereka nggak benar-benar memahami esensi dari wisata jalan kaki.
Daftar Isi
#1 Peserta walking tour yang main gawai terus
Saya nggak paham dengan peserta walking tour yang sepanjang kegiatan memainkan gawainya terus. Padahal, inti dari ikut wisata jalan kaki adalah memahami cerita suatu daerah sebaik mungkin. Lebih mengesalkannya lagi, ponselnya nggak di-silent alias masih ada deringnya. Beneran deh, orang-orang seperti ini mending di rumah aja daripada mengganggu konsentrasi peserta lain
#2 Hanya berburu spot foto
Saya sama sekali nggak ada masalah dengan orang yang suka foto-foto. Hanya saja, mbok ya tau tempat dan waktu. Jangan sepanjang walking tour malah foto-foto terus. Peserta-peserta seperti ini biasanya ikut wisata jalan kaki hanya untuk stok foto galeri, nggak benar-benar ingin tau tempat yang dituju.
#3 Membuang sampah sembarangan
Orang yang membuang sampah sembarangan benar-benar redflag, apalagi ketika mengikuti walking tour. Itu sama halnya mereka tidak menghargai tempat yang dituju. Padahal esensi dari wisata jalan kaki bukan hanya mengetahui cerita, tapi juga menghargai tempat-tempat yang dikunjungi. Baik menghargai dari sisi sejarah, budaya, orang-orang yang tinggal, hingga kebersihannya.
#4 Peserta walking tour yang tidak memperhatikan pemandu, terkesan kurang menghargai
Ini paling sering terjadi. Banyak peserta justru ngobrol atau asyik sendiri ketika pemandu menjelaskan dengan seluruh tenaganya. Orang-orang seperti ini sangat nggak menghargai, sayangnya dianggap semakin lumrah.
Bukan hanya itu, terkadang ada pula peserta yang memotong penjelasan pemandu. Padahal, pemandu akan memberikan kesempatan saat sesi tanya jawab. Peserta seperti ini bikin pemandu nggak nyaman, begitu juga peserta lain yang benar-benar menyimak penjelasan.
Di atas 4 sikap redflag peserta walking tour. Terlihat sepele memang, tapi itu cukup mengganggu lho. Semoga kalian bukan salah satu di antaranya ya.
Penulis: Wulan Maulina
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA 5 Tempat Pacaran di Purwokerto kalau Sedang Bokek, Suasana Romantis dan Murah Meriah
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.