Wahana Uji Nyali Tersebut Bernama Jalan Magelang!

Wahana Uji Nyali Tersebut Bernama Jalan Magelang!

Wahana Uji Nyali Tersebut Bernama Jalan Magelang! (Pixabay.com)

Jalan Magelang ini sebenarnya wahana uji nyali yang kebetulan diaspal.

Saya ini pengendara dengan mental tempe alias jirih. Tak bisa satset kaya idamanmu yang pake Aerox itu, nggak bisa polah setil di jalanan. Ditambah fakta saya cah Mbantul asli, makin-makinlah saya nggak familiar dengan jalan besar yang ramai gitu. Bukan berarti orang Bantul gitu semua ya, ini keknya saya doang.

Maka, tiap saya mau ke Temanggung, rasanya kok pusing saya. Ya gimana, mau nggak mau, saya harus melewati Jalan Magelang, jalan yang jelas bukan preferensi saya: ramai dan isinya orang ngebut koyo diuyak utang.

Jika mau ke Temanggung dari Bantul, tentu saja harus melewati jalan protokol penghubung kota tersebut. Walaupun aku hanya membonceng dan menyerahkan seluruh kendali motor pada kawan saya, tetap saja Jalan Magelang ini menakutkan buat saya.

Sebagai pengendara yang memiliki SIM C dengan cara yang bisa disebut curang, aku merasakan betapa menakutkannya jalan protokol ini. Berbeda dengan Ringroad Jogja yang mana jalur roda empat dan roda dua dipisah, di sini semua jenis kendaraan bermotor dijadikan satu. Dan menurutku sangat awut-awutan serta terkesan menjadi sebuah sarana atau arena uji nyali.

Terlebih di jam-jam ramai, wah, nggilani tenan jalan ini.

Tiba-tiba jadi pembalap di Jalan Magelang

Oleh karena jirih, saya menyerahkan kendali Beat putih mungil kepada kawan saya. Masalahnya adalah, entah kenapa, teman saya ikut kerasukan demit Jalan Magelang, dan jadi pembalap dadakan. Jalan yang ramai saja sudah bikin saya takut, lha ini tambah polah kawan saya yang merasa dirinya jadi Casey Stoner KW super.

Tanpa dikomando, saya menegur kawan saya agar pelan-pelan. Tapi, dia berkata kalau lewat jalan modelan Jalan Magelang gini, yang bener ya ikutan ngebut. Ikut arus, rasah sok indie. Sebagai pembonceng, saya ya bisanya pasrah. Meski ya saya tahu, pasrah itu ya hanya pada Tuhan, nggak ke yang lain.

“Wis to, tenang saja. Begini cara berkendara orang yang SIM-nya nggak nembak.”

Bajingan.

Baca halaman selanjutnya

Jalur yang mesti diwaspadai

Tambah nggilani

Rasa takut dan menegangkan tersebut tak hanya saat berada di Jalan Magelang, justru mengalami puncaknya ketika baru saja melewati wilayah Muntilan. Tepatnya di daerah yang ada dua jalur jembatan, lupa namanya apa. Ketika kami hendak belok menuju jembatan terdapat banyak sekali serpihan kaca bekas kecelakaan yang entah kapan terjadinya, sehingga kami agak terpeleset sedikit. Di situ saya merasa nyawa saya sudah di ujung rambut.

Namun, lagi dan lagi skill berkendara dari orang yang SIM-nya nggak nembak itu memang luar biasa. Dengan tenang teman saya kuasai keadaan, tanpa panik. Tanpa teriak, “To, ganjel, to!”

Jalur yang mesti diwaspadai

Cerita tersebut nggak perlu saya lanjut. Pokoknya, kami sampai Temanggung dengan selamat, meski nyawa saya sudah meronta-ronta untuk keluar. Tapi Jalan Magelang dan jalur selanjutnya, bagi saya adalah wahana uji nyali yang kebetulan diaspal. Di jalur tersebut, orang-orang kayak nggak punya lagi rasa takut. Semua ngebut, semua memaksa diri untuk membuktikan dirinya bukan pengecut.

Tapi, ya, sebenci-bencinya saya dengan Jalan Magelang, mau tak mau ya tak bisa saya hindari. Jalan ini vital dan terkadang jadi satu-satunya jalur yang tersedia. Saran saya, berhati-hati lewat jalan ini. Nggak usah ikutan ngebut, ingat, masih ada keluarga yang menunggu di rumah.

Penulis: Bagas Tri Sasongko
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Pusat Jajanan Pasar Jalan Magelang, Surganya Snack dengan Harga Ekonomis

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version