Sepuluh tahun yang lalu, mungkin tidak akan ada satu orang pun yang mengetahui nama Jamie Vardy. Wajar saja, saat itu ia masih membela Fleetwood Town F.C dan bermain di divisi kelima di Liga Inggris. Klub yang, bahkan maniak FIFA atau Football Manager yang kompetisinya lengkap sekalipun, saya yakin tidak akan tahu pula.
Lalu apa yang terjadi dalam sepuluh tahun tersebut? Rasanya kita semua tahu kisahnya. Setiap penggemar sepak bola pastilah mengetahui apa yang terjadi pada Jamie Vardy dan kisahnya yang heroik bersama Leicester City.
Ia menjadi jawara Liga Inggris pada musim 2015-2016 dan juga memecahkan rekor Ruud Van Nistelrooy di musim yang sama dengan mencetak gol di sebelas pertandingan berturut-turut lalu menyabet pemain terbaik. Semua dalam musim yang sama. Selain itu, Jamie Vardy juga sukses menjadi top skorer Liga Inggris musim 2019-2020 dan meraih gelar Golden Boot dengan torehan 23 gol.
Bisa dikatakan bahwa dalam taraf keberhasilan, Jamie Vardy adalah pemain yang sukses. Tetapi, apa jadinya kalau sosok Jamie Vardy muda adalah sosok yang insecure?
Sebagai contoh, Wayne Rooney, yang usianya hanya terpaut setahun dari Jamie Vardy berhasil melakukan debut di liga teratas Inggris di usia 16 tahun. Di sisi lain, Jamie Vardy harus menunggu hingga ia berumur 25 tahun sebelum memulai debutnya di liga primer.
Coba bayangkan, apa yang mungkin Jamie Vardy usia 15 tahun lakukan jika ia insecure setelah tahu bahwa seseorang yang, yah kurang lebih seumuran dengannya sudah sukses duluan?
Mungkin dia bakal bilang ke dirinya sendiri, “Aduh, kayaknya gue emang nggak punya bakat main bola,” atau, “Dah lah, mending gue rebahan aja.”
Atau yang paling parah, mungkin dia bakal ngutukin nasib semacam, “Tuhan tuh emang nggak adil,” “Halah, paling si Rooney ini punya privilese atau orang dalam.”
Yah, untungnya Jamie Vardy belum hidup di zaman era digital seperti sekarang. Segala macem kesuksesan orang-orang (yang mungkin sebenernya juga gak hebat-hebat amat) bertebaran di media sosial. Kunci untuk menjauhi rasa insecure itu memang salah satunya adalah menjauhi media sosial.
Insecure ini emang hal yang bisa menimpa setiap orang. Bahayanya, insecure ini juga bikin kita nggak berkembang dan diam di tempat. Bikin kita ngerasa nggak bisa apa-apa.
Bahkan kalau kita bayangkan lagi, kalau saja Jamie Vardy muda udah ngerasa insecure duluan sama kemampuannya. Mungkin ngga akan ada kejadian Leicester City juara. Kalau Leicester nggak juara, mungkin Kante juga nggak akan pernah tersorot media yang berujung dia nggak dipanggil timnas Perancis dan akhirnya gagal juara Piala Dunia. Berlebihan? Mungkin. Tapi, Kante perannya amat vital waktu Prancis juara Piala Dunia.
Yang terjadi tentunya tidak seperti itu, Jamie Vardy masih bekerja keras dan berusaha mewujudkan mimpi masa kecilnya untuk bermain di liga teratas di Inggris.
Bahkan bukan hanya bermain di liga teratas di Inggris, tapi juga menjuarainya. Meraih gelar liga Inggris memang terbukti bukan perkara ecek-ecek. Maksudnya, pemain beken macam Steven Gerrard atau Jamie Carragher (iya dua-duanya pemain Liverpool) belum pernah merasakan manisnya gelar Liga Inggris.
Atau Robin Van Persie yang kesabarannya saja sampai habis bersama Arsenal hanya demi meraih gelar liga. Berbanding terbalik dengan seorang Jamie Vardy yang menyatakan kesetiaannya pada Leicester, “meninggalkan Leicester? Tidak mungkin. Mereka menginginkan saya di saat tidak ada yang membutuhkan saya. Saya tidak akan pernah mengecewakan mereka.” Ketika rumor terkait kepindahannya ke Arsenal dahulu memanas.
Sekarang, coba lihat keadaannya. Wayne Rooney, sang mega bintang yang sudah meraih banyak hal sejak ia muda, kini, sudah mengakhiri kariernya di usia 35 tahun di klub divisi dua. Tanpa merendahkan sosok Wayne Rooney, tentu saja itu bukanlah akhir yang buruk.
Sementara itu, Jamie Vardy, yang namanya tak pernah di dengar siapapun sebelumnya, kini, masih rutin bermain bersama Leicester City di usia 34 tahun dan masih mampu bersaing menjadi top skorer di Liga (yang katanya) paling kompetitif sedunia.
Pencapaian yang diraih Jamie Vardy tentunya tidak akan pernah terwujud apabila ia menyerah ketika dia insecure.
Sumber gambar: Akun Twitter Jamie Vardy.
BACA JUGA Inter: Harapan Gelar Eropa dan Lembaran Kalender Baru atau tulisan lainnya dari Mochammad Ricky Novarismansyah.