Untukmu, Anakku di Masa Depan

anakku

anakku

Selamat pagi. Bagaimana kabarmu hari ini. Semoga kamu dan ibumu selalu sehat ya, anakku.

Nak, perlu kamu tahu, ini adalah tulisan bapak pertama kali untukmu. Bukan apa-apa. Bapak hanya ingin ada pengingat antara kita. Bukannya bapak pesimis dengan dirimu yang akan melupakan bapak. Bukan, Nak. Bapak hanya takut.

Di zaman bapak sekarang, banyak orang yang terlalu mementingkan dirinya sendiri. Fokus terhadap diri sendiri hingga abai pada lingkungan sekitar. Mereka lebih sibuk main gawai, Free Fire, PUBG dan game lain hingga mengisolasi dirinya, Nak. Mereka seakan lupa cara bersosialisasi dengan orang lain. Berdiam diri. Menunduk bermain smartphone dan tak bertegur sapa dengan orang di sekitarnya.

Kepada orang tuanya, mereka sering membantah. Padahal ridho Tuhan itu ada pada ridho orang tua. Coba, mau jadi apa mereka kalau dengan orangtua sering membantah? Jadi Malin Kundang yang dikutuk jadi batu di Sumatra? Kamu jangan bersikap demikian ya, Nak? Jangan. Itu berat. Biar Dilan 1990 saja.

Jujur, bapak belum tahu kapan dirimu akan lahir. Jangankan tanggal lahirmu, siapa yang nantinya jadi ibumu pun, bapak masih meraba-raba. Masih jadi angan. Tapi tak apa kan, Nak. Yang bapak tahu, jodoh itu di tangan Tuhan. Oleh karenanya, bapakmu ini belum berani sowan dan mengambilnya dari Tuhan.

Nak, boleh bapak cerita? Bapak saat ini sedang dekat dengan seseorang. Seorang itu pasti dan tentu seorang wanita, Nak, ingat Bapakmu ini normal. Seorang itu, bisa saja calon ibumu namun tidak menutup kemungkinan hanya lewat dan menghiasi hidup bapakmu. Ya, walau belum tentu yakin bahwa ini calon ibumu, bapak harus tetap optimis.

Tapi jangan kamu anggap bapakmu ini playboy lo. Bukan. Bapakmu ini termasuk tipe orang yang setia. Bagaimana bapak tidak setia. Hampir lima tahun ini, bapakmu ini setia dengan kesendiriannya. Kemana-mana, bapak selalu mangan dhewe, lunga dhewe, dhewe wae ora ana kancane. Alibi bapak ketika ditanya teman-teman, “Indonesia itu merdeka karena bersatu, bukan berdua.” Jadi kamu jangan kawatir atau cemas jika nanti belum ada orang yang mau menyukaimu. Bapak saja, sudah selama itu.

Bapak sadar, Nak. Untuk menaklukan seorang perempuan dibutuhkan mental yang besar. Bukan mental dalam Bahasa Jawa yang berarti mantul, tapi benar-benar mental yang kuat. Butuh keberanian dan tekad yang besar. Biar apa, Nak? Biar sang empuan itu tahu, bahwa lelaki yang sedang memperjuangkannya bukan lelaki sembarang.

Bicara tentang lelaki, Nak. Jangan mentang-mentang. Apalagi sok. Dalam pepatah Jawa dikatakan aja mung adol bagus. Jangan hanya menjual ketampanan. Tentu saja hal ini berlaku untuk perempuan juga. Jangan menjual kecantikan. Semua-mua harus dilengkapi dengan skill. Kemampuan melakukan apa saja. Jual kemampuanmu. Jangan harga dirimu.

Kembali bapak tekankan padamu, untuk menjadi manusia seutuhnya, gunakan hatimu. Itu saja. Bapak yakin kok, Nak. Kamu bisa menjadi orang baik. Kalaupun sulit, pura-puralah jadi orang baik hingga kamu lupa bahwa kamu sedang berpura-pura. Sesederhana itu.

Bukankah begitu, Nak? Bapak sadar, Nak, bapak belum tahu kamu lelaki atau perempuan, besar atau kecil tubuhmu. Namun kamu jangan minder lo, Nak. Jangan. Lihatlah bapakmu, ini. Aduh lupa, kamu kan belum lahir saat ini. Bagaimana kamu bisa melihat bapak.

Pawakan bapakmu ini, Nak, hitam dekil dan berwajah gelap. Tinggi bapak tak sampai 160 cm. Berat badan lebih sering over. Hayoo, sekarang kita berkhayal. Bagaimana kira-kira bapak bertemu dengan ibumu nanti? Bapak hanya ingin kamu tahu, bahwa lewat tulisan ini bapak menyayangimu. Itu saja.

Eh, Nak. Kamu perlu tahu juga, tulisan ini bapak lahirkan saat istirahat kerja lo, Nak. Bukan maksud bapak untuk pamer. Ini hanya untuk memotivasi dirimu saja. Bahwa banyak kesempatan yang tak datang dua kali. Coba saja semua hal. Jika kamu, suatu hari nanti ingin menjadi apa saja, lakukanlah dengan kesungguhan. Jangan bermalas-malasan dengan pilihanmu sendiri. Jangan membeda-bedakan teman. Bangunlah pergaulan dengan semua orang. Tapi ya itu, di dunia ini banyak sekali  orang baik. Jika kamu tidak bisa menemukannya, maka jadilah salah satu di antara mereka.

Sudah dulu ya, Nak. Bapak harus kembali kerja agar bisa mencukupi kebutuhanmu kelak. Doakan bapak ya, anakku.

Salam.

Exit mobile version