Kalau kalian membaca artikel ini, artinya, Lebaran, yang harusnya jadi hari kemenangan justru jadi salah satu hari yang menyedihkan untukmu. Atau memang kalian memang sudah dan sedang mempersiapkan kekalahan.
Kalian mungkin tak menduga-duga, hari kemenangan justru membuatmu jadi orang kalah. Kalian tertunduk lesu di pojok keramaian saudara yang bersenang-senang. Tatapan kalian terlihat kosong, tapi pikiran kalian begitu ramai mengutuki nasib buruk yang tak pernah kalian minta.
Pertanyaan kalian kemungkinan satu: kenapa harus saat Lebaran kalian merasa hancur lebur? Apanya yang hari kemenangan jika kalian dipaksa mengakui bahwa kalian kalah?
Saya tak tahu jawabannya, tapi saya tahu betul rasanya jadi kalian.
Daftar Isi
Hampir DO, skill tak punya, manusia macam apa?
Beberapa tahun lalu, saya adalah tipe manusia yang jadi samsak hidup saat lebaran. Belum lulus kuliah, terancam DO, tak punya sertifikasi skill, hilal menikah pun sama sekali tak terlihat. Lebaran, jadi waktu yang sebenarnya tak begitu saya sukai, karena saudara akan menanyakan hal-hal yang sebenarnya tak akan bisa saya jawab dengan memuaskan.
Saya memang terlihat baik-baik saja di momen-momen tersebut. Setiap pertanyaan saya jawab sekenanya, lalu saya beri senyuman kecil di akhir. Tapi, dalam kepala saya, raungan makian begitu ramai. Segala penderitaan saya simpan rapat di batok kepala semata agar di hari kemenangan, saya tetap terlihat tegar menghadapi pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Saya tak tahu apakah tindakan saya ini benar. Beberapa kali, saya hampir menyerah dan ingin meledakkan kepala saja agar tak lagi merasa jadi pecundang. Mental saya tak pernah baik-baik saja setelah Lebaran, yang bikin saya selalu balik ke Jogja jauh lebih cepat ketimbang seharusnya. Setidaknya, di Jogja, saya bisa bebas dari pertanyaan-pertanyaan yang menusuk.
Tapi, ada satu hal yang entah kenapa saya selalu percayai: hari ini adalah hari terburukmu, sejauh ini. Esok hari, akan lebih buruk. Jadi, jangan menyerah hanya karena masalah-masalah hari ini.
Pesimis untuk hidup yang lebih optimis
Kalian pasti bertanya-tanya, bagaimana sikap pesimis tersebut justru membawa saya melewati hari demi hari?
Saya tak tahu betul jawabannya. Tapi menurut saya, selain kesialan yang lebih buruk akan menimpa saya suatu hari nanti, pasti ada juga keberuntungan yang lebih hebat suatu hari nanti. Sebab, kesialan yang hebat akan diikuti keberuntungan yang sama hebatnya.
Atau mungkin saya mengadopsi pikiran pesimis dari Dea Anugrah, penulis hebat Indonesia yang kebetulan satu perguruan silat dengan saya. Demi Tuhan, pendekar panutan kami berdua bisa mengobati asam lambung naik dengan meditasi.
Pada akhirnya, saya menyerah untuk melawan rasa sakit dengan menerimanya lapang dada. Baiklah, pada saat lebaran, saya belum lulus. Tapi nanti ketika lulus, saya akan ditanya tentang pekerjaan. Setelah bekerja, saya akan dipusingkan pertanyaan tentang pernikahan. Nanti, kalau sudah menikah, akan ditanyai perkara keturunan. Ketika sudah punya anak, akan ada pertanyaan ajaib lain yang muncul. Jika penderitaan yang ada hanya akan beranak pinak nantinya, kenapa tak kita terima saja?
Kini saya sudah berkeluarga. Istri saya jago masak, anak saya begitu pintar dan lucu. Benar, kami masih miskin, tapi setidaknya kami tetap bahagia. Tentu saja kebahagiaan dan hal-hal indah ini tak akan saya alami jika saya tak bertahan dan berusaha untuk bertahan.
Bertahanlah di hari kemenangan
Jadi untuk kalian, orang-orang kalah di hari kemenangan ini, saya hanya bisa bilang, bertahanlah. Penderitaan esok hari akan jauh lebih mengerikan. Pacarmu mungkin akan meninggalkanmu demi pria tonggos yang kebetulan punya bapak super tajir atau meninggalkanmu demi cewek selebgram. Kantormu mungkin tiba-tiba mengaku pailit dan tak sudi membayar pesangon. Atau apalah penderitaan mengerikan yang akan datang.
Tapi ingat, kesialan yang hebat, dibarengi dengan keberuntungan yang sama hebatnya. Jadi, bertahanlah meski disikat kiri-kanan saat Lebaran. Dunia mendatang memang gelap, tapi setidaknya ada hal mengasyikkan yang menunggumu jika kau mau bertahan, setidaknya setelah lebaran.
Maknai saja hari kemenangan ini dengan sederhana. Saudaramu memang menyebalkan, bau badannya aneh, dan memberi pertanyaan yang mendorongmu ke jurang kekalahan. Tapi setidaknya, kau punya kesempatan untuk belajar agar tidak jadi manusia yang menyebalkan plus bau.
Untuk orang-orang kalah di hari kemenangan, bertahanlah. Dunia ini mengasyikkan, percayalah. Kalau masih kurang menyenangkan, saran saya, lihatlah Boger Bojinov berjoget.
Penulis: Rizky Prasetya
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Lebaran 2022: Menanti Ibu Bertanya Kapan Nikah