Universitas Trunojoyo Madura Memang Banyak Kekurangan, tapi Tetap Jadi Pilihan karena Murah

Universitas Trunojoyo Madura Memang Banyak Kekurangan, tapi Tetap Jadi Pilihan karena Murah Mojok.co

Universitas Trunojoyo Madura Memang Banyak Kekurangan, tapi Tetap Jadi Pilihan karena Murah (unsplash.com)

Beberapa waktu lalu, saya sering membaca curhatan mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura di Terminal Mojok. Salah satunya berisi uneg-uneg kampus UTM yang serasa kampus UIN. Curhatan lain mengeluhkan kampus UTM yang lebih mirip tempat pengaderan partai daripada kampus tempat diskusi. 

Jujur saja, sebagai alumni UTM saya membenarkan semua curhatan tersebut. Memang begitu kok kenyataannya. Kampus ini memang biasa-biasa saja. Sejak dahulu budaya diskusi juga nggak tumbuh di kampus yang terletak di Bangkalan itu. 

Akan tetapi, seburuk-buruknya Universitas Trunojoyo Madura, kampus ini tetap menjadi pilihan favorit banyak mahasiswa. Khususnya para mahasiswa bagian Surabaya utara seperti Gresik, Sidoarjo, dan Lamongan. Lho, kok bisa?

#1 Biaya UKT murah meriah

Bagi saya, UKT Universitas Trunojoyo Madura ini termasuk yang paling murah se-Jawa Timur, hanya berkisar antara Rp500 ribu hingga Rp3 juta. Tiga juta rupiah itu sudah mentok lho atau sudah masuk dalam kategori UKT tertinggi di UTM. Biasanya, mereka yang dikenakan biaya dengan golongan ini adalah anak pengusaha atau pedagang, PNS, dan mahasiswa yang mendaftar di jalur mandiri.

Kalau kampus-kampus lain di Jawa Timur, UKT sebesar Rp3 juta biasanya tergolong menengah. UKT golongan paling tinggi di kampus lain bisa mencapai Rp7 juta hingga Rp8 juta. Biayanya hampir 2 kali lipat UKT Universitas Trunojoyo Madura.

Jadi, meski sebobrok apa pun UTM, ia tetap menjadi pilihan favorit para calon mahasiswa yang hobi menakar biaya kuliah dan suka mendang-mending.

#2 Harga kos sekitar Universitas Trunojoyo Madura ramah di kantong

Salah satu keunggulan kuliah di kampus Universitas Trunojoyo Madura ini adalah biaya hidup dan kos yang murah meriah. Sampai lima tahun lalu, biaya kos saya hanyalah Rp250.000. Biaya tersebut sudah termasuk kasur, lemari, bantal, listrik, kompor, air, dan kebersihan. Saat pemilik kos memasang Wi-Fi, tarif kos hanya bertambah Rp25.000 saja. Secara total, saya hanya membayar Rp275.000 per sebulan.

Kalau kalian berpikir kos saya murah karena lokasinya yang tidak strategis, maka kalian salah besar. Kos yang saya tempati terletak tepat di jalan dekat kampus, saya bisa pergi ke kampus hanya dengan jalan kaki saja. Di sekitarnya terdapat berbagai warung makanan, supermarket, hingga tempat fotokopi. Pokoknya, lokasinya sangat strategis.

Setahu saya, harga kos lain di sekitar UTM berada di kisaran harga yang sama, antara Rp200.000-Rp300.000. Kalau mahasiswa ingin lebih hemat lagi, kalian bisa patungan menyewa sebuah rumah bersama teman-teman mahasiswa yang lain. Percayalah, di sini banyak banget rumah-rumah yang memang dikhususkan untuk disewa para mahasiswa. Tinggal pintar-pintar saja memilih lingkungannya.

Jadi, buat adik-adik sekalian khususnya kaum mendang-mending, nggak perlu ragu buat memilih PTN ini. Kalau memang ragu dengan kualitas pendidikannya, saya punya siasat, ikutilah banyak lomba di kampus lain atau cari tempat magang di luar pulau. Dengan begitu kalian bisa mendapat lebih banyak ilmu.  

#3 Biaya hidup murah dan banyak warung makan dengan harga miring

Beberapa waktu lalu, saya sempat membaca sebuah artikel di Terminal Mojok yang menyebutkan bahwa Jalan Raya Telang merupakan jalan seribu kafe. Saya setuju dengan isi artikel tersebut, jalan-jalan di sekitar kampus Universitas Trunojoyo Madura memang banyak banget kafenya. Begitu juga dengan warung makanan.

Sampai sekitar lima tahun lalu, harga makanan di sekitar kampus masih sangat murah. Bahkan, dengan Rp5.000, saya bisa mendapatkan lima tusuk sate dengan daging ayam yang ginuk-ginuk. Tinggal tambah Rp2.000 kalau ingin pakai nasi. Para penjualnya juga ramah, mereka mengerti kalau mahasiswa ini rata-rata uangnya pas-pasan, jadi sering banget ngasih tambahan entah lauk atau nasi.

Dulu, saya bisa bertahan hidup sebulan di kampus ini hanya dengan jatah uang saku Rp500.000 per bulan dengan catatan, selama ngekos saya membawa beras sendiri dari rumah. Seingat saya, teman-teman yang lain juga menghabiskan rata-rata biaya hidup dengan jumlah yang hampir sama.

Selama hidup nggak neko-neko dan pintar memilih gaya hidup, kuliah di Universitas Trunojoyo Madura sangatlah terjangkau. UKT-nya dan biaya hidupnya murah. Kalau kalian ingin meraih gelar sarjana, tapi kantong pas-pasan, perguruan tinggi ini menjadi jadi pilihan yang tepat. 

Penulis: Siti Halwah
Editor: Kenia Intan 

BACA JUGA Pengalaman Kuliah di Madura Selama 3 Tahun: Nyatanya, Madura Tak Sejelek yang Ada di Pikiran Kalian

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version