Ada dua hal yang bikin saya heran sama perayaan ulang tahun. Pertama, perihal balas budi terhadap orang yang memberi kejutan ketika ulang tahun, dan yang kedua, orang yang ketika ulang tahun tapi meminta kado kepada temannya sesuai dengan keinginannya.
Beberapa waktu yang lalu adik saya ulang tahun dan teman-temannya memberi kejutan kepadanya. Saya memang tak melihat bagaimana detik demi detik acara kejutan tersebut. Karena ketika adik saya ingin menceritakan momen tersebut kepada saya, segera saya tolak sebab saya sudah bisa membayangkan bagaimana suasananya—beberapa orang membawa kue lalu dengan rempong berteriak manja, “Surprise!” yang mana adegan selanjutnya adalah adik saya menangis terharu dan di saat bersamaan melamunkan harapan dengan ingus yang menyingsing, lalu mereka berlari berkejar-kejaran menghindar satu sama lain agar muka mereka tidak dicoreng kue.
Hadeh, hanya dengan membayangkannya saja sudah bikin kepala saya pening!
Mendengar ceritanya, saya sih sebenarnya ikut bahagia melihat adik saya bahagia. Hanya saja kalau menurut pribahasa, jalan tak selamanya lurus, dan di depan, aral selalu melintang. Aral melintang itu adalah: Adik saya dan teman-teman lainnya mesti memberi kejutan yang serupa untuk temannya yang akan berulang tahun dalam waktu dekat. Seperti tradisi, walau tidak tercantum pada syarat dan ketentuan dalam menjalin suatu pertemanan. Tapi semua itu wajib dilakukan karena dua pilihan; pertemanan lanjut atau cukup sampai di sini.
Pada akhirnya dia terjebak dengan yang namanya berbalas budi, yang mana adik saya merasa kalau itu semua adalah keharusan, merasa tak enak hati dan lupa kalau bertambahnya usia artinya memperpendek jatah hidup di dunia. Lagipula harusnya sih perayaan ulang tahun itu nggak usah ribet-ribetlah, cukup ganti potong kue dan tiup lilin, dengan apa saja selama ada kata potong dan tiupnya. Atau kalau perlu, ganti itu semua dengan merenung di saat ulang tahun. Kita renungi apa saja yang telah kita lakukan selama hidup di dunia ini, entah baik atau buruknya dan mudah-mudahan menjadi berkah.
Itu tadi keheranan saya yang pertama. Yang kedua, tentang orang yang ketika ulang tahun tetapi meminta kado kepada temannya sesuai dengan keinginannya. Lain halnya dengan minta ke orang tua. Normalnya begini, ketika teman ulang tahun, kita yang berniat memberikan kado untuknya, tentu akan membelikan kado tersebut tanpa diketahui oleh yang bersangkutan dengan harapan kado yang kita berikan akan membuatnya senang lebih-lebih terkejut. Efek ketidakpastian ketika menerima kado dari seseorang yang mestinya bikin kita jadi bahagia. Saya jadi ingat masa kanak-kanak ketika ulang tahun dan diberikan kado apa saja senangnya bukan main bahkan ketika hadiahnya hanya satu buku dan pensil. Dan hal-hal aneh dan tidak penting ini terjadi ketika kita beranjak dewasa.
Adik saya mengalami hal itu. Beberapa hari sebelum temannya berulang tahun, ia sudah menyiapkan kado untuk diberikan kepada temannya. Tapi tiba-tiba temannya yang menyebalkan itu menghubungi adik saya kalau ia minta diberikan kado sesuai yang ia mau entah itu apa–saya lupa. Alasannya, agar kado yang diberikan itu tak sia-sia dan bisa dipakai dengan baik. Sialnya, kado yang sudah disiapkan adik saya berbeda dengan keinginan temannya. Tentu kesal bukan main. Saya yang mendengar cerita tersebut saja kesal, apalagi yang mengalaminya.
Akhirnya adik saya membeli kado sesuai keinginan temannya. Tapi saya tak menanyakan apakah mereka berdua masih berteman atau sudah menjadi musuh saat ini. Saya tak habis pikir dengan orang-orang seperti itu. Padahal, kado, seharusnya menjadi bagian dari kejutan yang spesial.
Apa ia tak mengerti esensi hadirnya sebuah kado? Apa ia memang tak mau dengan rasa terkejut ketika membuka kado pemberian temannya atau memang pikirannya yang anti mainstream? Saya tak tahu. Saya membayangkan bagaimana kejutan yang terjadi begitu hambar. Hari itu ia sedang berulang tahun dan sedang tidur, lalu temannya datang dengan niat memberi kejutan membawa sebuah kado. Kemudian ia terbangun dari tidurnya dengan wajah yang kusut, di sekeliling sudah ada teman-temannya.
Hal pertama yang terlintas di kepalanya adalah memeluk temannya sambil berterima kasih, lantas menerima kado yang diberikan dan bertanya, “Ini kado yang aku minta itu, kan?” Hambar. Duh, gara-gara ulang tahun dan kado, saya jadi kesal begini.(*)
BACA JUGA Lucu Itu Ketika Hanya Google yang Berikan Ucapan Selamat Ulang Tahun atau tulisan Vitra Fhill Ardy lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.