UII Pasang Iklan di Gerbong KAI dan TransJogja, Bikin Mahasiswa UNY Auto Iri

UII Pasang Iklan di Gerbong KAI dan TransJogja, Bikin Mahasiswa UNY Auto Iri

UII Pasang Iklan di Gerbong KAI dan TransJogja, Bikin Mahasiswa UNY Auto Iri

Sebagai mahasiswa UNY yang saban hari ngampus melihat TransJogja sliweran dan sesekali lihat kereta, saya merasa mendapat serangan tak langsung dari Universitas Islam Indonesia (UII). Bukan, ini bukan karena skripsi saya dikritik dosen pembimbing, tapi karena UII pasang iklan besar-besaran di gerbong kereta api dan bus TransJogja.

Saya ulangi ya, di gerbong kereta api dan bus TransJogja!

Bukan baliho kusam di tikungan jalan protokol, bukan pula banner tipis-tipis yang terombang-ambing di pagar kampus. Ini iklan yang nggak main-main, segede gaban dan nongol di tempat yang nggak banyak orang kepikiran. Sementara kampus saya masih sibuk ngurus spanduk acara seminar yang hurufnya nggak matching dengan warna background dan desainnya kayak hasil screenshot dari PowerPoint tahun 2007.

Bukan sekadar branding, ini serangan udara psikologis

Saya pertama kali lihat stiker “I’M UII” nempel di badan TransJogja jalur 5A. Mata saya langsung nyalang, kepala sedikit miring, dan saya batin “Lho iki UII kok isoh ngene ya?” Gede banget, full branding, kayak bus milik klub sepak bola elit. Keren, tapi menyakitkan bagi hati anak kampus negeri yang merasa tertinggal.

Tak lama kemudian, saya lihat akun keretaapikita.com mengabarkan bahwa gerbong KA Sancaka juga sudah dipasang livery dengan branding UII. Ini bukan lagi strategi marketing, ini sudah masuk ranah propaganda akademik. Penumpang kereta jadi sasaran empuk. Bayangkan, kamu dari Surabaya ke Jogja, selama 6 jam perjalanan, disuguhi nama kampus yang muncul terus-terusan. Kalau bukan otak penumpangnya yang kena, ya algoritma Google mereka pasti mulai nyari “beasiswa UII” malam itu juga.

Di era digital, ternyata masih butuh angkutan umum

Kita ini hidup di zaman semua kampus berlomba di dunia digital. Instagram, TikTok, YouTube Ads, bahkan WhatsApp Broadcast. Tapi UII, dia memilih jalur sunyi, offline tapi menghantam. Di saat yang lain perang di reels, mereka pasang bendera di gerbong KAI dan bus TransJogja.

Ini kayak kamu lagi main Mobile Legends dan semua orang ribut di midlane, tapi satu orang malah split push dan diam-diam ngancurin turret. Nggak banyak gaya, tapi kena.

UII paham, exposure itu bukan cuma dari like dan share, tapi dari tatapan mata pengguna jalan. Apalagi TransJogja dan kereta api itu jalur sakral, dilihat semua orang, dari mahasiswa, pekerja, sampai wisatawan.

UII itu cerdas

Sebagai mahasiswa kampus negeri, saya harus akui bahwa UII cerdas. Mereka bukan cuma jualan gelar, tapi menjual kesan, dan kesan itu penting dalam branding. Kampus swasta seringkali diasumsikan harus kerja lebih keras dalam menarik perhatian, dan UII membuktikan kalau kerja keras itu bisa berubah jadi livery kereta.

Saya jadi bertanya-tanya, apa kabar PTN? UNY, UGM, ISI, bahkan UIN sekalipun, kenapa promosi masih kaku kayak jarkoman RT? Masih percaya baliho, banner yang pudar kehujanan, dan flyer yang dibagiin anak magang.

Padahal secara anggaran, logika awam saya berkata PTN macam UNY dan UGM harusnya lebih leluasa. Tapi nyatanya, malah kampus swasta yang kreatif. Sakit sih, tapi ya kenyataan.

Taktik branding yang layak dicontoh

Saya apresiasi langkah UII. Ini bukan sekadar pamer, tapi kebijakan branding yang out of the box tapi tetap masuk akal. Mereka ngerti konteks, Jogja itu kota pelajar, kota pariwisata, kota komuter. Dan mereka menaruh iklan di dua alat transportasi paling vital di kota ini.

Langkah ini bahkan bisa jadi studi kasus bagaimana membangun citra kampus dengan pendekatan yang membumi tapi berdampak. Nggak usah lebay, nggak usah gimmick, cukup tempel stiker gede di jalur strategis, dan biarkan masyarakat yang berbisik sendiri “Eh, UII keren juga ya?”

Kepada kampus saya tercinta dan PTN lain yang mungkin baca tulisan ini, sudah saatnya kita mikir keluar dari kotak skripsi. Kalau branding kampus masih pakai cara tahun 90-an, jangan heran kalau calon mahasiswa sekarang malah milih swasta.

Coba pasang iklan di halte, stasiun, terminal, atau bahkan kolaborasi sama ojol. Anak muda sekarang butuh trigger visual, bukan hanya brosur yang dibagiin di pameran pendidikan. Branding itu soal kesan pertama dan UII menang banyak dalam hal itu.

UII Menempel, PTN merenung

Setelah beberapa hari melihat iklan UII mondar-mandir di jalan dan rel, saya mulai bisa menerima kenyataan. Saya nggak bisa marah, karena ini bukan soal siapa yang lebih kaya atau lebih tua. Ini soal siapa yang lebih cerdas membaca zaman.

Dan UII, dalam diamnya, sudah membuktikan bahwa branding yang bagus bisa bikin mahasiswa kampus lain merenung, bertanya, lalu… menulis artikel seperti ini.

Dan semoga, setelah ini, iklan “YA SAYA UNY” segera nongol di jendela bus TransJogja. Kalau bisa sih, lengkap sama gambar mahasiswa yang lagi senyum sambil nenteng hasil penelitian. Biar kelihatan berilmu, tapi tetap stylish.

Penulis: Janu Wisnanto
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Stiker UII di Trans Jogja Bikin Kaget dan Prihatin Sekaligus

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version