Orang yang tinggal di Trenggalek pasti pernah kena bully gara-gara daerahnya tidak punya stasiun kereta api. Dulu ketika pertama kali ke sana, saya juga tidak tahu kalau daerah dengan julukan Kota Gaplek itu tidak dilalui kereta api.
Saya sempat terheran-heran. Tulungagung, kabupaten yang karakternya mirip dan terletak tidak begitu jauh dari Trenggalek saja dilewati jalur kereta api. Masak Trenggalek tidak?
Warga tampaknya sudah berdamai dengan kenyataan bahwa daerahnya tidak memiliki stasiun dan jalur kereta api. Namun perlu diluruskan, Kota Gaplek ini bukannya tidak pernah dilewati kereta api sama sekali ya. Daerah ini pernah punya jalur kereta api walau sudah lama sekali tidak digunakan.
Daftar Isi
Pernah ada kereta api di Trenggalek
Bagi mereka yang mengejek Trenggalek tidak dilalui kereta api sepertinya harus banyak-banyak mengulik sejarah. Pada masa Kolonial Hindia-Belanda, sangat tidak mungkin pemerintah kolonial tidak membuat jalur transportasi antar wilayah sekelas kota/kabupaten. Apalagi tujuan mereka menjajah untuk mengeksploitasi. Jalur kereta api akan sangat membantu mereka untuk memindahkan komoditas.
Saat ini mungkin banyak orang tidak asing dengan jalur kereta api Kediri-Tulungagung-Blitar. Jauh sebelum itu ada juga jalur dari Tulungagung ke Trenggalek dan berhenti di daerah Tugu. Melansir dari Heritage KAI, pembangunan jalur itu berdasarkan Undang-Undang 6 Juni 1919 Staatsblad nomor 312. Wilayah yang dilewati jalur kereta api tersebut adalah Beji, Boyolangu, Pojok, Pelem, Campurdarat, Duwet, Bandung, Bandung Pasar, Bulus, Kedunglurah, Bendo, Ngetal, Ngepoh, Trenggalek, Nglongsor, Winong, dan berakhir di Tugu.
Pembangunan jalur kereta api merupakan upaya pemerintah kolonial untuk menghubungkan wilayah jajahannya. Pembangunan ini sekaligus menandakan Trenggalek menjadi salah satu wilayah yang dipertimbangkan.
Akan tetapi, jalur kereta api ini beroperasi hanya sebentar. Pada 1930, terjadi krisis ekonomi yang melumpuhkan hampir seluruh kegiatan ekonomi di Hindia Belanda. Sehingga pada 1932, jalur kereta api Tulungagung-Trenggalek terpaksa berhenti hingga detik ini.
Membayangkan Trenggalek punya jalur kereta api
Saya membayangkan siapa saja yang akan menggunakan kereta api kalau jalur kereta api itu masih aktif hingga sekarang, akankah transportasi umum itu digemari seperti daerah-daerah lain? Saya kok sangsi ya.
Mayoritas warga Trenggalek bekerja sebagai petani mengingat 2/3 daerahnya adalah pegunungan dengan tanah subur. Melansir dari Data Statistik Kabupaten Trenggalek, jumlah penduduk yang bekerja sebagai petani menduduki angka tertinggi di tiap kecamatan. Petani jelas tidak membutuhkan mobilitas tinggi, apalagi fasilitas kereta api. Mobilitas mereka didominasi dengan rumah ke lahan pertanian. Mereka lebih memerlukan kendaraan pribadi untuk mengangkut pupuk atau hasil bertani dariapda kereta api.
Kemungkinan besar hanya perantau yang ke luar kota untuk bekerja atau menempuh pendidikan tinggi saja yang akan menggunakan kereta api. Itupun harus bersaing dengan bus-bus yang sudah lama beroperasi di sana. Saya merasa, armada bus sudah cukup memenuhi mobilitas warga.
Bayangkan saja, ada 3 perusahaan otobus yang aktif yang melayani penumpang Surabaya ke Trenggalek maupun sebaliknya. Tiga PO itu adalah Harapan Jaya, Bagong, dan Pelita Indah. Armada bus melintas silih berganti setiap 15-30 menit sekali. Penumpang cukup menghentikan bus-bus itu dari pinggir jalan. Tidak perlu repot-repot ke stasiun seperti kalau mau naik kereta api.
Belum butuh kereta api
Jalur kereta api di Trenggalek mungkin memang penting di zaman dahulu, entah untuk mengangkut komoditas atau penumpang. Mengingat, banyak orang belum memiliki kendaraan pribadi di zaman itu. Namun, saat ini kondisinya berubah. Kendaraan pribadi dapat dengan mudah dimiliki. Banyak juga pilihan transportasi umum lain yang lebih efektif dan efisien.
Membayangkan adanya kereta api di Trenggalek hanyalah kesia-siaan. Masyarakat Trenggalek sendiri masih belum membutuhkan. Kalau kereta api benar-benar ada malah berat di biaya operasionalnya, sementara penumpangnya sepi. Justru yang diperlukan saat ini adalah menata dan memperbaiki fasilitas transportasi umum yang sudah ada. Salah satunya, terminal Trenggalek yang masih jauh dari kata nyaman.
Penulis: Mohammad Sirojul Akbar
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Ponorogo Lebih Nyaman Ditinggali daripada Trenggalek, Fasilitasnya Lebih Lengkap dan Mumpuni
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.