Meme unpopular opinion, kian hari makin overused dan membosankan. Dalam beberapa hari terakhir di beberapa platform media sosial saja, entah sudah ada berapa meme unpopular opinion yang bermunculan dengan berbagai tema. Dunia kerja, Jogja, otomotif, Lebaran, musik, dan lain sebagainya. Belum lagi opini dari beberapa pengguna yang malah popular. Padahal, request awalnya sudah jelas unpopular opinion.
Kalian pasti familier (atau mungkin sudah muak) dengan kalimat, “Apa unpopular opinion kamu tentang dunia kerja, yang membuat kamu ada di posisi ini?” lengkap dengan gambar karakter yang disudutkan oleh banyak pedang. FYI, barangkali di antara kalian ada yang belum tahu, meme tersebut diambil dari salah satu adegan film Disney berjudul Tangled. Flynn, adalah nama karakter dalam meme tersebut.
Jika masih sangsi, sila cek secara mandiri melalui kolom pencarian di media sosial dengan kata kunci, Apa unpopular opinion…”. Pasti, akan ada banyak opini yang, setelah dibaca, kalian akan mbatin, “Ini mah opini popular, di mana unpopularnya, dah?” apa pun temanya. Jika belum puas, bisa ditemukan melalui kolom diskusi Quora. Sama seperti halnya di media sosial, alih-alih mendapat opini unpopular yang khas, malah mendapat suguhan opini yang, popular lagi-popular lagi.
Sederhananya, unpopular opinion itu sudut pandang yang bertentangan, berlawanan, berbeda dengan pandangan umum. Memang, seringkali bersifat kontroversi. Namun, tidak semua yang berpotensi menimbulkan kontroversi. Jika mau ditarik mundur sekira 5-10 tahun ke belakang, istilah anti-mainstream lebih dulu ramai digunakan untuk hal atau opini yang dianggap tidak biasa.
Konon, unpopular opinion adalah istilah yang digunakan bagi orang yang pengin berpendapat, tapi dasar pemikirannya tidak cukup kuat. Tapi, ya, diutarakan saja agar terkesan tetap memiliki sudut pandang tersendiri.
Niatnya sih edgy. Niatnya lho
Hal tersebut tentu tidak sepenuhnya salah. Sebab, jika dibaca satu per satu, bagi saya, sebagian unpopular opinion merujuk kepada pengalaman personal yang dikombinasikan dengan wawasan dan/atau pengetahuan yang dimiliki, kemudian diceritakan secara ringkas dalam kolom reply maupun quote retweet di berbagai platform.
Berawal dari hal tersebut, akhirnya menghasilkan sudut pandang yang unik dan belum tentu dialami oleh orang lain. Untuk kemudian dibalut dengan istilah unpopular opinion.
Itulah kenapa, nggak perlu heran kalau banyak opini di meme unpopular opinion, alih-alih opini yang digaungkan termasuk anti-mainstream, eh, malah popular dan mainstream juga. Selain akan ada banyak opini serupa dalam satu kolom reply atau quote tweet yang sudah dibaca, akan ada juga banyak orang yang sudah punya melalui kejadian dan/atau pengalaman tersebut. Sehingga, segala opini dan sudut pandang yang menguap, sudah terpatri dalam benak dan pikiran orang tertentu. Output-nya, malah jadi popular opinion dan biasa-biasa saja.
Lucunya lagi, nggak sedikit unpopular opinion malah berisikan harapan dari seseorang untuk tema tertentu. Makanya, nggak perlu heran jika kian kemari, selalu ada orang yang mangkel dengan istilah tersebut. Lha, gimana. Sudahlah kurang sesuai dengan tujuan awalnya, nggak sedikit juga yang malah berujung dengan perdebatan.
Semua akan popular pada waktunya
Tentu saja, siapa pun yang ikut memeriahkan meme ini di berbagai platform media sosial tidak salah. Toh, niatnya hanya sekadar berpartisipasi, meramaikan, menyuarakan keresahan-pendapat-dan pengalaman yang sudah dialami. Termasuk, mereka yang mencoba untuk mengutarakan opini tidak populer. Yaaa, meski persentase orang yang betul-betul mengutarakan unpopular opinion, tidak lebih banyak dari yang hanya sekadar ikut-ikutan dan mengutarakan opini umum, sih.
Hal yang perlu digarisbawahi dan sulit disangkal adalah, pada akhirnya, cepat atau lambat, unpopular opinion yang disuarakan oleh sebagian orang, akan menjadi popular opinion atau biasa-biasa saja bagi sebagian lainnya. Sebab, unpopular opinion tidak bersifat mutlak. Tinggal menemukan seseorang yang sudah melalui, mengalami, dan merasakan hal serupa. Maka, pernyataan yang diklaim sebagai unpopular opinion, akan terasa biasa saja. Bahkan, menjadi template.
Ya, kalau ujung-ujungnya memang berisikan opini template, rasanya nggak berlebih jika saya berpikir bahwa: untuk unpopular opinion, semua akan menjadi popular opinion pada waktunya.
Penulis: Seto Wicaksono
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Unpopular Opinion: Naiknya Harga Tiket Borobudur Itu Masuk Akal