Mencari moda transportasi umum yang unik tidak perlu jauh-jauh ke luar negeri. Di Surabaya ada beberapa jenis transportasi umum yang unik. Sebenarnya terasa biasa bagi arek-arek Suroboyo, namun bikin orang di wilayah lain mengerutkan dahi.
Transportasi dan macet, rasanya seperti dwitunggal yang sulit dipisahkan dengan kota terbesar nomor dua di Indonesia ini. Terlepas dari seberapa padat, sumuk, atau bersihnya Surabaya, saya menyadari beberapa hal unik yang seiring berjalannya waktu berkembang ke arah lebih baik. Misalnya, di mana lagi menemukan bus yang bayarnya bisa pakai bekas botol plastik (sampah)? Atau, di mana lagi kita bisa bertolak dari satu titik ke titik lainnya hanya bayar dengan ucapan terima kasih?Â
Berikut beberapa transportasi umum di Surabaya yang tak lekang oleh waktu dan bisa bayar pakai sampah hingga matur nuwun!
Daftar Isi
#1 Transportasi umum di Surabaya yang ini disebut bemo oleh arek-arek padahal kalau di kota lain namanya angkot
Mungkin kalian akan bertanya-tanya, apa uniknya transportasi umum satu ini di Surabaya? Bentukannya seperti mobil penumpang pada umumnya. Kemampuan bermanuvernya boleh dibilang luar biasa di tengah jalan raya super padat. Selain itu, angkot dan Surabaya di siang hari menjadi kombinasi sempurna untuk memahami definisi sumuk yang sesungguhnya.
Seluruhnya sama dengan angkot di kota-kota lain. Namun di Surabaya, menyebut angkot terasa sulit, sebab mayoritas—entah bagaimana—menyebut moda transportasi ini sebagai bemo.
Kalau kita menengok sedikit lebih jauh, misalnya ke India, bentuk bemo berbeda dengan mobil penumpang. Sebab bemo hanya beroda tiga, sedangkan mobil penumpang punya roda empat. Bemo India memiliki moncong 1,2 meter, ini tidak dimiliki oleh angkot meski kedua-duanya sama-sama memberikan pengalaman tentang sumuk.
Seiring berjalannya waktu, menurunnya jumlah penumpang sejalan dengan menyusutnya bemo yang beroperasi di Surabaya. Namun tetap saja, moda transportasi umum ini masih tetap ada dalam minoritas di tengah-tengah mayoritas transportasi modern di Surabaya.
#2 Naik Suroboyo Bus bayar pakai sampah. Kok bisa?
Suroboyo Bus menjadi bukti nyata inovasi nyeleneh namun berdampak positif karena ada pilihan bayar pakai sampah botol plastik. Melalui laman resmi Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Surabaya, bus tersebut sudah mulai beroperasi sejak 7 April 2018.
Uniknya, setelah satu tahun beroperasi sejak 2018 sampai awal 2019, ternyata transportasi umum satu ini mendapatkan atensi dari arek Suroboyo. Perolehan sampah Suroboyo Bus selama 10 bulan beroperasi itu telah berhasil mengumpulkan setidaknya 39 ton botol plastik. Sebuah prestasi yang cukup membanggakan!
Keseriusan Dishub memberikan moda transportasi ramah lingkungan, didukung minat Arek Suroboyo bayar pakai botol plastik, tampak dengan jelas pada Suroboyo Bus. Kota menjadi lebih bersih, masyarakat menaruh perhatian pada sampah di sekitar dan mengumpulkannya. Benar-benar tidak ada pihak yang dirugikan, kecuali orang yang berprofesi serupa: mencari botol plastik.
Kemudian, hasil sampah 39 ton tersebut dilelang melalui Dirjen Kekayaan Negara, lalu dimenangkan PT Langgeng Jaya Plastindo dengan nilai Rp150 juta. Sangat menarik dan tampaknya menjanjikan, ya?
Jika dalam satu dekade transportasi umum ini beroperasi dan memperoleh omzet rata-rata segitu, Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Surabaya mendapatkan Rp1,5 miliar. Tak ayal, sebagai arek Suroboyo nyel, saya pribadi sepenuhnya mendukung keputusan Pak Eri meluncurkan armada dan rute baru Suroboyo Bus Agustus 2021 lalu.
#3 Becak, moda transportasi umum yang ikonik di Surabaya
Selanjutnya ada becak, yang merupakan moda transportasi ikonik di Surabaya. Buktinya Museum Becak Indonesia memiliki beberapa koleksi becak Surabaya. Becak sudah mulai beroperasi lebih sepuh lagi daripada transportasi umum seperti angkot maupun bus di Surabaya. Moda transportasi ini meluncur unjuk gigi sejak tahun 1940-an!
Fakta unik tentang becak yang bikin saya kagum, bahwa dulu ada STNK, ada pajak, dan harus memiliki SIM untuk mengoperasikan becak. Lebih jauh lagi, ada juga lomba freestyle becak memberi kesan historis sangat kental.
Lagi-lagi, waktu menunjukkan otoritasnya dan entah bagaimana menggeser eksistensi becak ke moda transportasi umum modern di Surabaya dan juga mungkin kota lainnya. Satu-satunya yang justru semakin kuat diinjak waktu adalah nilai historis. Surabaya menjadi salah satu kota yang menyimpan itu, kalau kata orang-orang, old but gold!
#4 Call a friend jadi andalan arek Suroboyo juga
Saya sadar betul bahwa yang satu ini mungkin bukan transportasi umum di Surabaya yang bisa dibanggakan, tapi belakangan ini saya mengalaminya sendiri. Saya kini percaya bahwa call a friend tidak hanya ada di acara Who Wants to Be a Millionaire semata. Di kehidupan nyata justru terasa manfaat dari teman-teman yang kita miliki. Saat kita menelepon teman, saat itu juga teman kita mengabaikan urusan lain dan secepatnya datang menghampiri kita. Wqwqwq.
Berdasarkan pendapat saya pribadi, sih, hal tersebut mayoritas terjadi karena sungkan. Sebagian lain karena teman-teman saya benar-benar memiliki solidaritas tinggi. Jangankan teman yang saya telepon, saya sendiri juga merasa tidak enak kalau terus-terusan melakukan call a friend untuk mengantarkan ke tujuan. Terlebih opah atau tarif sekadar ucapan matur nuwun.
Tak salah orang-orang dulu mengatakan untuk mencari teman sebanyak-banyaknya. Semakin ke sini saya mulai sedikit paham alasannya.
Begitulah transportasi umum di Surabaya yang bisa diandalkan arek-arek. Memang cukup beragam dan agak unik, tapi justru di situlah seninya. Kalau di kota kalian ada transportasi yang seperti apa?
Penulis: Firtian Ramadhani
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Suroboyo Bus dan Trans Semanggi Lebih Cocok Disebut Bus Wisata, Nggak Cocok buat Sobat Sat Set!
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.