Trans Semarang, Cumi Darat yang Sesungguhnya. Ditungguin Nyembur, tapi kalau Disalip Nyebelin

Trans Semarang, Cumi Darat yang Sesungguhnya. Ditungguin Nyembur, tapi kalau Disalip Nyebelin

Trans Semarang, Cumi Darat yang Sesungguhnya. Ditungguin Nyembur, tapi kalau Disalip Nyebelin (Farhan Syafiq Fadhillah via Wikimedia Commons)

Semarang adalah kota yang sibuk dan ditunjang dengan transportasi umum yang prima. Buktinya di sini ada banyak angkutan umum yang bisa menjangkau daerah-daerah pelosok Semarang. Beberapa transportasi umum yang lalu-lalang di jalanan Semarang adalah bus besar BRT Trans Semarang dan feeder bus yang dipakai untuk menjangkau daerah-daerah kecil.

Sayangnya perawatan Trans Semarang kurang maksimal. Buktinya banyak sekali pengendara yang resah ketika berpapasan dengan bus ini karena knalpot bus yang menyebabkan polusi. Bahkan saya merasa julukan cumi-cumi darat patut diberikan pada bus Trans Semarang mengingat knalpot bus ini memang menyemburkan asap hitam tebal kepada pengendara di belakangnya.

Padahal tagline di badan bus adalah #TERUSBERBENAH. Tulisan itu juga nggak main-main, lho, wong tulisannya dipajang besar-besar di body bus. Tapi kayaknya memang tulisan tersebut sekadar tagline mengingat asap hitam tebal yang keluar dari knalpot bus belum ada tindak lanjutnya. Padahal sudah banyak yang menegurnya, lho.

Nggak ada pengendara yang berani mendekati bus Trans Semarang

Kita tahu kalau panasnya Semarang nggak main-main. Berada di jalan raya siang hari tentu bikin bad mood. Belum lagi kalau di jalan bertemu bus merah satu ini, tentu saja perasaan makin nggak karuan.

Banyak pengendara yang merasa resah begitu berpapasan dengan Trans Semarang di jalanan siang hari. Maklum, asap knalpotnya hitam banget. Maka nggak usah kaget kalau banyak pengendara yang memilih menghindar alih-alih mendekat atau mepet bus satu ini di jalan raya. Takut aja gitu kena sembur asapnya yang hitam pekat kayak tinta cumi-cumi.

Mempertanyakan tagline #TerusBerbenah

Sebenarnya secara pelayanan, bus Trans Semarang memiliki pelayanan yang cukup prima. Selain itu ongkos naik bus ini juga terjangkau sekali. Tapi lagi-lagi asap dari kendaraan ini selalu bikin heboh pengendara lain di jalanan.

Padahal sudah ada tagline di body bus yang segede gaban itu, lho. Tulisannya seperti yang saya sebutkan di atas, #TERUSBERBENAH. Tapi kok kalau dipikir-pikir entah kapan bus ini bakal beneran berbenah mengingat kondisi bus yang kayaknya malah nggak prima perawatannya sehingga terus mengeluarkan asap hitam pekat.

Pengendara memilih mengalah jika bertemu cumi darat ini di jalan

Kalau diperhatikan saksama, di jalanan Semarang, banyak pengendara yang memilih mengalah ketika berpapasan dengan cumi darat satu ini. Pengendara enggan menghirup udara yang bercampur dengan asap hitam pekat dari knalpot bus Trans Semarang.

Sudah gitu, bus merah ini juga terkenal karena kerap ugal-ugalan di jalanan. Kalau salip-salipan dengan bus ini, duh, mending ngalah, deh. Mengalah dan pelan-pelan berjalan menjauhi bus lebih aman daripada celaka.

Meski begitu, Trans Semarang tetap jadi pilihan warga yang ingin naik transportasi umum

Meskipun Trans Semarang problematik, bus satu ini tetap jadi andalan utama warga kota yang hendak bepergian dengan kendaraan umum. Yang pasti kalau naik bus ini kita nggak perlu takut kena macet dan tentunya nggak perlu panas-panasan di jalanan Semarang.

Tarif bus ini 4 ribu rupiah, sementara jika lewat non-tunai bayarnya 3.500 rupiah saja. Ada harga khusus juga untuk pelajar, difabel, dan veteran. Terjangkau, kan?

Begitulah uneg-uneg mengenai bus Trans Semarang, cumi darat Semarang yang menjadi raja jalanan. Kalau didekati “nyembur”, tapi kalau disalip rese banget. Sebagai warga saya cuma bisa berharap bus ini bisa berbenah. Supaya tagline-nya #TERUSBERBENAH nggak jadi omong kosong dan warga jadi semakin nyaman naik transportasi umum.

Penulis: Wulan Maulina
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Bus Trans Semarang: Dicintai karena Memudahkan Penumpang, tapi Dibenci Pengendara Lain karena Ugal-ugalan.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version