Kalau rewangan adalah ajang kompetisi MasterChef Indonesia versi local pride, kira-kira yang jadi juri siapa, ya?
Di masyarakat Jawa, tradisi rewangan masih menjadi warisan luhur yang lekat dalam kehidupan. Bagi yang belum tahu, rewangan adalah kegiatan bantu-bantu yang dilakukan oleh saudara dan tetangga untuk persiapan suatu acara atau hajatan seperti pernikahan, tasyakuran, khitan, dll. Biasanya dilakukan oleh kaum perempuan untuk ranah perpawonan (dapur).
Pada masyarakat pedesaan ketika ada acara hajatan, tradisi rewangan ini tentu saja menjadi supporter utama. Emak-emak dengan sigap menjadi pekerja di balik layar alias pawon (dapur) untuk memasak. Dari segi usia, mayoritas yang dimintai tolong untuk rewang minimal mereka yang sudah menyandang status nikah. Jadi ya dari mbak-mbak, emak-emak, sampai mbah-mbah pun ada.
Uniknya, setelah saya perhatikan ada beberapa hal dalam tradisi rewangan yang sebenarnya hampir mirip dengan ajang kompetisi MasterChef Indonesia. Nggak percaya? Coba kita telusuri satu per satu.
#1 Skill masak yang beda level tiap orang
Layaknya kompetisi dalam MasterChef di mana setiap peserta mempunyai keunggulan dan kelemahan masing-masing dalam skill memasak, dalam tradisi rewang pun setiap orang memiliki skill memasak yang berbeda level. Ada yang jago, ada yang biasa saja, ada juga yang sekadar bisa nyuci kentang. Nah, biasanya yang memiliki level jago akan menempati posisi untuk mengolah makanan, sementara yang levelnya pas-pasan paling banter bantu-bantu kupas bawang doang.
#2 Siapkan mental
Menurut saya, mental merupakan hal penting yang harus dibawa saat rewangan. Bukannya nakut-nakutin, tapi kadang ada saja yang namanya kena nyinyiran, omelan, dan kritik antarindividu. Misalnya, saya memotong kentang atau tempe terlalu besar, langsung kena semprot orang lain. Biasanya sindiran dan nyinyiran datang dari orang-orang yang di rewangan. Yah, mirip-mirip peserta MasterChef Indonesia gitu di mana mental harus sekuat baja. Saya jadi teringat sebuah kalimat: “Senajan oleh berkat tapi ati kesayat” yang artinya “Walaupun dapat makanan tapi hati tersayat” lantaran mendengar pedasnya nyinyiran orang lain.
#3 Ada juri
Di MasterChef Indonesia kita tahu jurinya ada tiga, yaitu Chef Juna yang sangar, Chef Renata yang agak kalem, dan Chef bebelac alias Chef Arnold. Nah, sementara di tradisi rewangan ada dua yang menjadi juri. Pertama adalah orang yang menggelar hajatan atau tuan rumah. Jadi, kita harus menuruti kemauan yang punya acara mau masak olahan makanan apa saja. Sementara juri kedua adalah orang yang dianugerahi gelar “chef” oleh warga. Biasanya “chef” yang satu ini dianggap punya skill memasak yang jago. Juri kedua biasanya lebih galak dibanding tuan rumah itu sendiri.
#4 Ajang nyinyir, gibah, dan pamer
Layaknya sumur yang tak pernah kering, para emak-emak nggak pernah kehabisan topik obrolan. Mulai dari menghujat pemain antagonis sinetron yang lagi naik daun, debat politik tanpa landasan, pamer perhiasan yang kayak rencengan ciki, dan masih bejibun lagi. Ada juga nih emak-emak yang di rumah cuma dasteran robek pinggir gara-gara nyangkut paku, eh, pas rewangan datang kayak pejabat. Dandan nyentrik, lipstrik nyala, plus rencengan gelang emas. Hmmm… Nah, yang paling seru itu biasanya ketika gibahin orang sambil marut kelapa. Duh, emosi memacu kekuatan marut kelapa mengalahkan gilingan kelapa, ntapsss.
#5 Kerja tim
Kalau di MasterChef Indonesia ada kompetisi di mana para peserta harus kerja tim menyajikan makanan untuk para tentara, dalam tradisi rewangan pun ada yang demikian. Kalau dalam tradisi rewangan, para emak-emak kerja tim untuk menyajikan makanan sebagai berkat yang akan diantarkan pada kerabat, tetangga, dll. Yah, beda-beda tipis laaah.
#6 Dikunjungi keluarga
Kalau di MasterChef, keluarga peserta yang datang biasanya memberikan support saat kompetisi. Yang hadir bisa orang tua, suami/istri, anak, om, tante, bude, dll. Sementara kalau rewangan, biasanya emak-emak yang ikut rewang dibuntuti anak mereka yang masih bocah. Yah, anak TK atau SD gitu lah. Mereka hadir bukan sebagai supporter, melainkan sebagai pembuat rusuh gara-gara polah mereka yang usil. Para emak harus ekstra ngawasin, kalau nggak, bisa-bisa anak-anak malah jatuhin sebaskom perkedel. Huhuhu. Namanya bocah, sudah main tendang sana-sini, kalau makan nanti minta lauknya kreni. Astaga, mana makannya nambah lagi~
#7 Keteledoran
Layaknya dalam kompetisi, peserta biasanya tak luput dari keteledoran. Kejadian paling fatal terjadi di rewangan tasyakuran bayi tetangga saya waktu itu. Sebut saja pelakunya Mbak Jum. Jadi, Mbak Jum ini bertugas untuk menata aneka lauk pauk ke besek-besek berkat yang akan diantarkan ke kecamatan karena kebetulan yang punya hajatan pegawai kecamatan.
Berkat ini sebagai bentuk balasan dari orang-orang yang tilik (nengok) bayi dan nyumbang. Tentu harus perfect dong isinya. Parahnya, Mbak Jum ini lupa nggak memasukkan lauk mentok ayam goreng. Kacauuu nggak, tuh? Dan apesnya nggak ada yang sadar. Tahu-tahu selesai nganter berkat kok masih ada tumpukan mentok ayam. Sudah jelas Mbak Jum kena omelan tuan rumah yang punya hajatan. Persis kayak Chef Juna nyemprot dan maki-maki peserta MasterChef Indonesia yang ceroboh dalam memasak gitu, deh.
Ya gimana, mentok ayam dalam sebuah berkat ibarat raja di antara prajurit-prajuritnya seperti perkedel, bakmi, tempe bacem, capcai, oseng tempe, sambel kentang krecek, dan telur puyuh kecap. Apalagi ini berkat sebagai bentuk balasan untuk rekan-rekan kerja di kecamatan. Kan kelihatan nggak setimpal balasan berkat dengan amplop yang berisi 100 ribu. Tentu hal ini membuat malu yang punya hajatan. Duh, kalau dalam kompetisi MasterChef sudah jelas nih Mbak Jum bakal didupak alias dieliminasi.
Nah, itulah enam hal dalam rewangan yang mirip kompetisi MasterChef Indonesia. Eits, tapi jangan takut ikut rewangan, ya. Ini sekadar bumbu-bumbu dalam tradisi rewangan. Selain hal-hal di atas, tentu saja ada makna kebersamaan, kerukunan, dan hal-hal positif lainnya dalam tradisi rewangan. Jangan minder juga bagi yang kurang jago masak, oke?
Sumber Gambar: Dokumentasi Penulis
BACA JUGA Berkat Resep Jebolan MasterChef Indonesia, Saya Jadi Kecanduan Masak.