Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label “Mobil Taksi”

Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label "Mobil Taksi"

Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label "Mobil Taksi" (unsplash.com)

Toyota sebagai pabrikan mobil telah melahirkan begitu banyak seri yang mewarnai jagat otomotif. Dari mobil keluarga, sedan, hingga SUV, hampir tak ada segmen yang luput dari sentuhan Toyota. Salah satu mobil keluaran Toyota yang saya yakin sudah sangat akrab di telinga kita adalah Toyota Vios.

Menariknya, ketika nama Toyota Vios disebut, sering kali yang muncul di kepala bukanlah mobil sedan yang elegan, tapi yang terlintas justru, “Oh, Vios. Mobil taksi itu, kan?”

Ya nggak salah, sih. Toh, celetukan itu itu tidak sepenuhnya keliru. Toyota Vios memang telanjur identik dengan citra mobil taksi. Dan kalau dipikir-pikir, labelling di dunia otomotif bukanlah hal yang baru.

Tuh, Honda Brio, dia kerap dicap mobil jamet. Ada pula Avanza dengan julukan mobil sejuta umat, Toyota Hardtop dengan stereotipe sebagai mobil penculik, dsb. Khusus untuk Toyota Vios, yang bikin kasihan adalah gara-gara label “mobil taksi” ini, Vios jadi nggak punya harga diri.

Toyota Vios terjebak dalam label “mobil taksi”

Sejak pertama kali hadir di Indonesia pada awal 2000-an, Toyota Vios diposisikan sebagai sedan kompak yang rasional. Mulai dari era 1NZ-FE, lalu berkembang ke 2NR-FE dan Dynamic Force, karakter mesinnya konsisten: halus, bandel, dan minim drama. Tenaganya memang tidak dibuat agresif, tapi torsinya cukuplah untuk penggunaan harian, stop-and-go di kota, hingga perjalanan keluar kota tanpa ngos-ngosan.

Dari sisi kenyamanan dan handling, Vios juga nggak kaleng-kaleng. Suspensinya disetel empuk tapi tidak limbung. Seolah, produsen Vios tahu betul bahwa karakter jalanan Indonesia ini tidak selalu mulus.

Bukan hanya itu. Radius putar Toyota Vios juga kecil, sehingga gampang-gampang aja kalau mau bermanuver di area sempit. Dan kalau bicara soal efisiensi, Vios juga punya catatan bagus. Konsumsi BBM-nya terkenal irit untuk kelas sedan. Dalam pemakaian normal, angka belasan km/liter bukan hal sulit dicapai.

Namun apa daya, segala kelebihan itu terasa tak ada harganya, tak membekas dalam ingatan. Karena yang diingat adalah Vios sebagai mobil taksi.

Ketika mobil andal telanjur disebut “mobil taksi”

Nah, perkara label “mobil taksi” yang kadung melekat pada Vios ini akhirnya merembet ke mana-mana. Julukan tersebut bukan hanya membuat Toyota Vios jadi bahan ceng-cengan di tongkrongan, tapi juga membuat banyak orang berpikir dua kali untuk meminangnya.

Pertama, faktor gengsi. Dalam hal kepemilikan kendaraan, nyatanya, yang dipertimbangan orang bukan cuma mesin dan kenyamanan, tapi juga citra. Dan di titik inilah Vios kalah langkah dengan mobil merek lain.

Selain gengsi, ada pula kekhawatiran klasik soal kesehatan mobil. Banyak pembeli waswas, jangan-jangan Vios yang ditawarkan ke mereka adalah “mobil capek”. Maklum, sejarah Vios sebagai kendaraan umum membuat imajinasi orang langsung melayang ke mana-mana.

Alhasil, tiap kali nama Toyota Vios muncul di pasar jual beli, pertanyaan klise “Ini bekas taksi bukan?” selalu muncul. Seolah, semua taksi itu Vios dan semua Vios itu taksi.

Pada akhirnya…

Label “mobil taksi” yang kadung melekat pada Toyota Vios telah membuat mobil sedan ini berada pada posisi yang serba salah ketika harus dilepas. Mau dibilang bukan bekas taksi, sekalipun itu benar, calon pembeli masih saja ragu. Dan disitulah letak ironinya. Betapa yang namanya cap-capan, label, stigma dan sejenisnya, bisa menempel lebih kuat dibanding fakta yang ada.

Penulis: Dyan Arfiana Ayu Puspita
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Toyota Fortuner Memang Biadab dan Bikin Pengendara Terpacu Ugal-ugalan, Bikin Saya Kesulitan Bertanggung Jawab.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version