Tolak Angin, Obat yang Paling Dicari Pejabat dan Staf di Setiap Kegiatan ASN

Tolak Angin, Obat Paling Dicari Pejabat dan Staf di Kegiatan Pemerintah terminal mojok

Di antara sekian banyak pegawai, saya termasuk salah satu yang selalu dilibatkan dalam kepanitiaan di berbagai kegiatan kantor. Mulai dari pelatihan, seminar, rapat pimpinan, sampai Focuss Group Discussion. Saya kurang paham juga apa alasannya. Yang pasti bukan karena kompentensi atau prestasi, ya. Kalau feeling saya, sih, karena wajah saya yang ndeso, jadinya gampang buat disuruh-suruh. Hiks.

Sebetulnya, tugas panitia itu buanyak buanget, apalagi kalau peserta kegiatannya melibatkan pejabat dari seluruh provinsi di Indonesia. Tapi, satu-satunya tugas panitia yang paling berkesan buat saya adalah ketika disuruh stand by di ruang panitia dan melayani peserta yang sakit. Memang, kalau kegiatan yang melibatkan peserta dari luar daerah, cukup banyak peserta yang mengeluh sakit. Entah itu sakit kepala, sakit perut, demam, flu, dan penyakit ringan lainnya. Kayaknya, sih, akibat kecapekan, telat makan, atau kena AC ruangan terus-terusan.

Satu hal yang bikin saya heran, hampir semua peserta yang sakit itu minta satu merek obat yang sama: Tolak Angin. Padahal,keluhan yang mereka rasakan itu beda-beda. Ajaib, kan, ya? Maaf, ini bukan promosi atau iklan. Ini adalah kesimpulan dari pengalaman saya yang sudah malang melintang di dunia perpanitiaan kegiatan resmi pemerintah, baik tingkat daerah maupun nasional. Lagi pula saya, kan, PNS. Mana mungkin saya ambil pekerjaan sampingan sebagai brand ambassador Tolak Angin? Ehehehe.

Setelah melakukan pengamatan dan wawancara beberapa peserta, akhirnya terkuaklah misteri kenapa Tolak Angin begitu banyak dicari oleh peserta kegiatan, baik itu pejabat maupun staf.

#1 Praktis

Kemasan Tolak Angin yang berbentuk saset sekali minum adalah alasan utama kenapa obat herbal ini banyak penggemarnya. Mudah dibawa ke mana-mana, bahkan sampai ke ujung dunia. Selain itu, kemasan saset membuatnya bisa disimpan di mana saja. Di saku celana bisa, di saku kemeja oke, di dompet hayok, bahkan diselipkan di—maaf—kutang juga bisa-bisa saja.

Coba bayangkan kalau kemasannya macam botol sirup Marjan. Repot, kan, bawanya? Nggak lucu juga, kan, kalau peserta kegiatan nenteng-nenteng botol Tolak Angin? Hadeh.

#2 Kemasannya mudah disobek

Ini juga salah satu keunggulannya, yaitu kemasannya yang mudah disobek. Nggak perlu pakai gunting, cukup dengan kekuatan sepuluh tangan, eh, maksudnya kekuatan jari telunjuk dan ibu jari, maka Tolak Angin siap untuk dikonsumsi.

Coba bayangkan kalau kemasannya macam Fruit Tea Pouch. Dicoblos susah, digigit rontok pula giginya. Pakai gunting? Ya kali harus bawa gunting ke mana-mana. Nggak banget, deh.

#3 Rasanya cocok di lidah

Jamu itu biasanya identik dengan rasa pahit atau asam. Tapi, Tolak Angin beda. Mungkin karena ada campuran madu kali, ya, jadinya rasanya agak manis hangat gitu. Inilah yang membuat rasanya cocok di lidah dan bisa diterima oleh akal sehat.

#4 Menghangatkan badan

Tolak Angin mengandung… (tunggu, googling dulu)… Caryophylli Folium (daun cengkeh), Zingiberish Rhizoma (jahe), dan Mint. Inilah zat-zat yang bisa membangun kehangatan di seluruh tubuh, khususnya di rongga mulut, kerongkongan, lambung, bahkan ke usus dua belas jari. Wqwqwq.

Efek hangat yang konon katanya lebih hangat dari pelukan istri soleha ini bisa meredakan berbagai keluhan penyakit seperti sakit kepala, sakit perut, masuk angin, mual, flu, batuk, dan sebagainya.

Dari keempat alasan di atas, wajar saja kalau Tolak Angin menjadi obat yang paling dicari oleh seluruh peserta kegiatan, mulai dari level pejabat hingga rakyat jelata seperti saya. Untuk itulah, Tolak Angin sangat direkomendasikan sebagai obat yang wajib disediakan oleh panitia kegiatan apa pun itu.

Bahkan, kalau bisa stoknya harus lebih banyak dari obat-obatan yang lain. Karena biasanya, yang minta Tolak Angin bukan cuma peserta yang sakit saja. Peserta yang kondisinya sehat walafiat dan damai sejahtera pun kadang suka minta satu saset. Buat jaga-jaga, katanya. Saya curiga, jangan-jangan bukan buat jaga-jaga, tapi karena kecanduan saja.

Tolak Angin memang bikin nagih macam candu. Makanya, daripada mahal-mahal beli narkoba, mending beli satu pak Tolak Angin saja. Bukan begitu, Bang Coki Pardede? Eh.

Sumber Gambar: YouTube

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version