Tips Plesiran ke Dieng Wonosobo agar Terhindar dari Pungli dan Tidak Pulang Bergelar Almarhum

Tips Plesiran ke Dieng Wonosobo agar Terhindar dari Pungli dan Tidak Pulang Bergelar Almarhum

Tips Plesiran ke Dieng Wonosobo agar Terhindar dari Pungli dan Tidak Pulang Bergelar Almarhum (unsplash.com)

Masalah wisata alam di Indonesia umumnya berkutat pada dua hal, yaitu pungli dan aksesnya yang sulit. Tak terkecuali Dieng Wonosobo. Meski pemandangan alam di Dieng luar biasa indah, tapi terkena pungli cukup membuat saya ingin misuh-misuh. Ibarat sedang enak-enaknya menikmati rendang, malah tidak sengaja makan lengkuas yang nyelip. Selain itu, akses menuju beberapa lokasi wisata membuat saya merasa berada di ambang kematian.

Supaya terhindar dari dua hal tersebut, ada baiknya Anda belajar dari pengalaman saya saat plesiran ke Dieng.

Hindari ke Bukit Sikunir lewat jalur Sikarim

Tadinya, saya sudah menyimpan lokasi Gmaps Bukit Sikunir saat ke Dieng Wonosobo. Tapi saat ngobrol dengan warga lokal, dia mewanti-wanti supaya jangan pernah ke Bukit Sikunir mengikuti Gmaps.

Dia menjelaskan, kalau mengikuti Gmaps, akan diarahkan melewati jalur Sikarim dengan tanjakan ekstrim. Dia menyarankan saya untuk memilih rute titik 0 Dieng, karena jalurnya landai dan aspalnya bagus.

Saat mengecek di TikTok dengan memasukkan keyword Bukit Sikunir via Sikarim, ternyata memang benar yang dikatakan warga lokal tersebut. Tanjakan itu bahkan dijuluki sebagai tanjakan anakonda, karena sangat meliuk dan terjal. Belum lagi jalannya rusak dan berbatu. Tanjakan ini kerap menyebabkan mobil terperosok.

Saya langsung merasa nyawa saya diselamatkan oleh warga lokal itu. Coba kalau dia nggak bilang, entah bagaimana akhirnya nasib saya.

Waspadai pungli di Kawah Sikidang Dieng Wonosobo

Setelah menyaksikan sunrise di Bukit Sikunir, saya lanjut ke Kawah Sikidang. Lokasinya memang tidak jauh dari Bukit Sikunir.

Beres memarkirkan motor, saya masih harus berjalan agak jauh menuju Kawah Sikidang. Belum sampai gerbang, saya melihat banyak pengunjung sedang antre di posko yang bentuknya mirip pos satpam. Di dindingnya, terdapat tanda “TIKET” yang ditulis ala kadarnya menggunakan cat.

Saya pun ikut mengantre di sana. Harga tiketnya hanya Rp10.000, tidak seperti informasi yang saya lihat di review Gmaps, Rp30.000 per orang. Wah, saya langsung girang dan merasa cuan. Anehnya, tidak seperti lokasi wisata lain di Dieng Wonosobo, kali ini saya tidak mendapat karcis.

Namun saya mengabaikan keanehan itu dan berjalan menuju gerbang Kawah Sikidang. Begitu sampai, ternyata di samping gerbang ada tempat penjualan tiket resmi dengan bangunan yang lebih proper. Berbeda jauh dengan posko tempat saya membeli tiket.

Pengunjung lain yang membeli tiket di tempat resmi, juga mendapatkan karcis. Saya menepok jidat. Ternyata saya sudah kena pungli.

Saya menghampiri petugas bagian nyobek karcis, dan mengatakan kalau sudah membeli tiket di posko depan. Tak disangka, petugas itu langsung mempersilakan saya masuk, meski saya tidak membawa karcis.

Akan tetapi, masalahnya belum selesai di situ. Saat hendak ke Candi Arjuna yang juga terletak di dataran tinggi Dieng Wonosobo, hanya ada tiket terusan Candi Arjuna dan Kawah Sikidang seharga Rp30.000. Tidak boleh beli terpisah. Jadi dari yang semestinya hanya perlu mengeluarkan Rp30.000 untuk ke Kawah Sikidang dan Candi Arjuna, malah menghabiskan Rp40.000 akibat kegocek penjual tiket abal-abal.

Pilah-pilih rute ke Telaga Menjer

Masih di dataran tinggi Dieng Wonosobo, tadinya saya tidak tahu kalau Telaga Menjer memiliki beberapa pintu masuk. Jadi saya asal saja memasukkan Telaga Menjer di Gmaps tanpa mengeceknya lagi.

Lha kok saya diarahkan ke pintu masuk yang anti-mainstream. Aksesnya menyeramkan. Hanya jalan setapak kecil dengan tanah berbatu. Sebelah kiri tebing, dan sebelah kanan langsung jurang. Meleng dikit, bisa-bisa saya pulang dengan tambahan gelar almarhumah. Benar-benar perjalanan yang mendebarkan dan memacu adrenalin, seperti berboncengan motor dengan Malaikat Izrail.

Poin positifnya, pemandangan di sini luar biasa indah. Saya bisa melihat keseluruhan Telaga Menjer dari atas. Selain itu, terdapat hamparan rumput yang sangat luas. Cocok jika ingin membuat video lari-larian ala Bollywood.

Area ini juga sangat sepi. Selain saya, hanya ada satu rombongan lain. Sisanya warga lokal yang sedang memancing dan ngarit.

Saat mau pulang, satu kali lagi saya harus melewati jalan yang sama, karena memang tidak ada jalan lain. Setelah berhasil melewati jalanan laknat itu, ternyata ngglethek, pintu masuk yang sangat mudah diakses berada tak jauh dari situ. Jalanannya lebar, aspalnya mulus. Ada banyak rombongan bus dan mobil yang masuk dari pintu yang ini.

Jadi kalau memang ingin ke Telaga Menjer yang tidak ramai pengunjung, bisa lewat jalan yang ekstrim tadi. Tapi kalau skill mengendarai motor kalian biasa-biasa saja seperti saya, sebaiknya jangan coba-coba. Lebih baik ke area Telaga Menjer yang ramai, ketimbang pulang-pulang hanya tinggal nama.

Semoga bisa menikmati keindahan Dieng Wonosobo tanpa terganggu pungli dan akses sulit

Itu tadi tips plesiran ke Dieng Wonosobo berdasarkan pengalaman saya. Saya berharap wisatawan dapat betul-betul menikmati pemandangan alam Dieng yang luar biasa indah, tanpa harus terganggu pungli dan akses yang sulit.

Semoga tips ini bisa bermanfaat buat kalian, yaa!

Penulis: Atikah Syahar Banu
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Jika Tidak Ada Dieng, Mungkin Wonosobo Jadi Lebih Maju.

Exit mobile version