Pergi ke pasar di pagi hari buat belanja sayur, kue basah, dan bahkan belanja baju itu memang aktivitas yang menyenangkan bagi sebagian orang tapi bagi sebagian lainnya mah nggak. Kondisi pasar tradisional yang kebanyakan kumuh, becek, apalagi pas musim hujan, belum lagi percampuran bebauan yang menusuk hidung suka bikin malas buat belanja ke pasar. Pembeli kadang juga dituntut menguasai ilmu tawar-menawar karena harga di pasar itu kadang masih bisa digoyang.
Meskipun telah menjamur swalayan-swalayan yang tempatnya lebih nyaman dan bersih dibanding pasar tradisional, namun pasar tradisional tetap menjadi pilihan sebagian orang. Hal tersebut lantaran harga kebutuhan pokok di pasar banyak yang lebih terjangkau bila dibandingkan dengan swalayan. Hal tersebut tentu lumrah karena ada harga ada rupa, namun apalah arti rupa kalau dompet tak mendukung?
Tapi nih, enaknya belanja di pasar kita bisa dapat harga murah loh asal pintar tawar-menawar, tapi kan nggak semua orang pintar nawar ya?
Loh jangan salah, orang-orang yang pintar nawar di pasar sampai dapat harga murah itu ada triknya tauk! Saya mengamati dan melakukan QnA gitu sama ibu-ibu dan mbak-mbak yang jago nawar di pasar. Berdasarkan amatan dan QnA tersebut, saya merangkumnya ke dalam beberapa hal berikut.
Pertama, pakai outfit sederhana. Setuju ya kalau orang pertama kali ketemu itu pasti lihatnya penampilan dulu? Termasuk juga pedagang di pasar, pakailah outfit sederhana misalnya kaus partai dengan celana training lalu combine dengan sandal jepit favorit anda dan jangan lupa tambahkan aksesoris berupa dompet hadiah dari toko emas.
Hindari menggunakan baju yang bagus dan bermerek seperti Chanel, Louis Vuitton, Gucci, dan sebagainya apalagi pakai seragam dinas kerja. Bakal susah buat dapat harga murah, entar malah pas nawar pedagangnya mbatin, “Ini orang kayaknya kaya kok masih nawar, pelit banget sih!”
Yang kedua panggil pedagangnya dengan panggilan “Umik” dan “Abah”. Cara kedua ini biasanya ampuh banget loh untuk meluluhkan hati pedagang di pasar. Bagaimana tidak? Wong panggilan “Umik” dan “Abah” itu biasanya identik sama orang-orang yang sudah naik haji. Ya seneng dong ya, soalnya sampai dikira sudah naik haji karena wajah yang “umikable” dan “abahable” banget.
Kalau hatinya sudah luluh dipanggil umik dan abah, ini nih moment yang pas untuk tawar-menawar. Tapi, panggilan ini jangan disamaratakan ya, Guys. Sebab kalau pedagangnya masih muda malah dikira ngatain lagi. Soalnya panggilan “Umik” dan “Abah” ini juga identik dengan orang-orang yang sudah lumayan tua.
Kalau pedagangnya masih muda mending dipanggil “Mbak” atau “Mas” saja biar lebih akrab. Jangan dipanggil Kak, panggilan Kak lebih familiar buat admin olshop sama penjaga stand di mal-mal gitu.
Selain itu, cobalah tawar-menawar menggunakan bahasa daerah setempat, soalnya kalau pakai bahasa Indonesia apalagi bahasa Inggris entar malah dikira bukan orang lokal alias wisatawan. Akhirnya malah dimahalin deh.
Ketiga, pura-pura pergi pas dagangannya nggak mau ditawar. Ini trik memang klasik banget sih, tapi beneran masih ampuh loh. Strategi datang kemudian pura-pura pergi agar dipanggil kembali memang timeless. Terutama ketika ingin berbelanja baju di pasar, coba deh tawarharga baju menjadi 40-50% lebih murah, kalau pedagangnya nggak mau, coba pura-pura pergi biasanya bakal dipanggil lagi.
Pas dipanggil lagi biasanya pedagang bakal ngomong “Iya wes, Mbak, nggak apa-apa sampeyan beli harga segitu, tapi nanti pas mau beli lagi beli di sini saja ya.” Nah jawaban yang cocok untuk pernyataan tersebut adalah, “Inggih, Mbak. Siap saya bakal langganan di sini deh kalau butuh baju lagi.” Tentunya dengan menggunakan bahasa daerah setempat.
Intinya kasih statement seakan-akan Anda akan menjadi pelanggan di kios tersebut, ya kalau memang cocok sama barang di kios itu ya beneran langganan saja.
Tapi, ya, tips di atas itu nggak akan manjur kalau menerapkannya di pasar yang sudah menerapkan harga pas apalagi buat di pasar malem. Ya nggak masuk blas. Jadi, riset dulu pasar mana yang bisa buat praktik tawar-menawar supaya nggak salah target.
BACA JUGA 3 Jenis Sales yang Sering Datang ke Desa-desa dan tulisan lainnya dari Durrotul Ainia.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.