Sudah cukup lama kita tahu bahwa berbagai hal yang berhubungan dengan jilbab berkali-kali menimbulkan keributan. Dulu di masa orde baru, pemakaian jilbab di ranah publik dilarang karena dianggap sebagai simbol pemberontakan kepada penguasa. Penyebabnya, pada tahun-tahun tersebut di Iran terjadi revolusi yang salah satu simbolnya adalah perempuan berjilbab.
Sekira tahun 2000-an hingga sekarang, pemakaian jilbab di Indonesia bisa dikatakan cukup marak. Bahkan di sekolah-sekolah—entah ada aturan tertulis atau tidak—pemakaian jilbab bagi siswi terasa menjadi sesuatu yang wajib.
Namun seiring berjalannya waktu, wajibnya pemakaian jilbab tersebut juga menimbulkan masalah tersendiri. Belum lama ini keluar SKB (Surat Keputusan Bersama) 3 menteri yang isinya adalah dilarang mewajibkan atau melarang siswa memakai pakaian yang menunjukkan identitas agama tertentu. Tentu saja sasaran utamanya supaya sekolah tidak membuat peraturan siswi wajib memakai jilbab. SKB tersebut keluar karena sebelumnya terjadi kasus di Padang. Sebuah sekolah negeri mewajibkan penggunaan jilbab bagi siswi yang tidak beragama Islam. SKB tersebut merupakan langkah antisipatif supaya kasus serupa tak terjadi lagi.
Tentu saja SKB tersebut menimbulkan keributan-keributan baru. Mayoritas warga negara Indonesia beragama Islam. Dan belakangan ini di kalangan kelas menengah, cara pandang beragama yang kaku dan ketat sedang populer. Maka ada yang orang-orang yang menganggap bahwa keputusan tersebut mengusik ajaran Islam. Di sisi lain, ada orang-orang yang menganggap bahwa keputusan tersebut sudah bijak. Keputusan memakai jilbab atau tidak bagi perempuan bebas-bebas saja, karena Indonesia bukan negara Islam.
Selain yang sudah disebutkan, keributan yang sering terjadi adalah karena pemakaian jilbab dari publik figur, seperti artis TV, YouTube, atau selebgram yang tidak konsisten. Misalnya, ada yang memutuskan memakai jilbab, tetapi suatu hari ia memutuskan melepas jilbabnya. Polemiknya lebih kepada netizen yang menyayangkan atau bahkan menghujat pihak-pihak tersebut. Beberapa nama yang pernah tersangkut hal tersebut seperti Trie Utami, Rina Nose, Nikita Mirzani, dan satu lagi yang paling baru Rachel Vennya.
Terlepas dari berbagai polemik tersebut, ada beberapa tipe perempuan pemakai jilbab yang saya kira perlu diketahui banyak orang, khususnya netizen. Supaya para netizen lebih bijak dalam memandang sesuatu yang berhubungan dengan jilbab. Tidak sedikit-sedikit beropini serampangan atau bahkan mengeluarkan hujatan-hujatan yang tentu saja membuat gaduh di masyarakat. Tipe yang saya maksud bukan dari sudut pandang mode, namun lebih kepada sikapnya terhadap jilbab.
Pertama, perempuan yang memakai jilbab secara konsisten. Ia hanya melepasnya di hadapan mahramnya (dalam Wikipedia, arti mahram adalah semua orang yang haram dinikahi selamanya karena sebab keturunan, persusuan, dan pernikahan dalam syariat Islam). Dan kepada orang yang menjalin hubungan pernikahan yang sah dengan perempuan tersebut, atau yang biasa disebut sebagai suami.
Kedua, perempuan yang memakai jilbab hanya dalam kegiatan yang berkaitan dengan keagamaan saja. Seperti pergi menuju masjid dalam rangka sholat berjamaah, pengajian akbar, kajian-kajian kelompok kecil, tadarus Al-Qur’an. Selain kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan keagamaan, seperti kuliah, kerja, jalan-jalan ke mal, mereka tidak memakai jilbabnya.
Ketiga, ada perempuan yang menganggap pemakaian jilbab sebagai standar kepantasan, sebagaimana seorang perempuan yang memakai makeup ketika bepergian. Entah ada kegiatan keagamaan atau tidak, kalau ia keluar rumah cukup jauh—bukan belanja di warung tetangga, atau sekadar bersih-bersih halaman rumah—ia pasti memakai jilbab.
Seorang perempuan memutuskan untuk masuk tipe pertama, kedua, atau ketiga muncul karena banyak pertimbangan. Bukan hanya karena pertimbangan agama saja. Tetapi juga pertimbangan kultural yang referensinya ia dapatkan dari keluarga, sahabat, teman, dan masyarakat sekitarnya.
Satu hal yang perlu digarisbawahi, apa pun keputusan seorang perempuan, entah ia memutuskan akan memakai jilbab sesuai tipe pertama, kedua, atau ketiga harus kita hormati. Indonesia bukan negara Islam, kendati mayoritas warganya beragama Islam. Artinya, berbagai keputusan yang berkaitan dengan agama tertentu adalah sebuah keputusan yang bersifat sangat pribadi. Dan itu sah-sah saja. Toh juga tidak merugikan orang lain.
BACA JUGA Kok Ada Orang Tua yang Memaksa Anak Balitanya Pakai Hijab? dan tulisan Dani Ismantoko lainnya.