Menjadi bagian dari generasi milenial yang pakai provider Tri buat internetan, itu susah-susah gampang. Susah kalau lagi ada kontes mahal-mahalan paket internet yang digunakan saat di tongkrongan, mudah kalau sinyal Tri di tempat tinggalmu bagus banget. Jangan salah, Tri itu terkenal dengan provider yang jangkauan sinyalnya nggak luas banget (kalau dibandingkan dengan Telkomsel) makanya punya rumah yang sinyal Tri bagus itu privilese.
Saya nggak tahu apa yang bikin banyak orang bilang Tri itu kartu miskin. Mungkin karena harga paket datanya murah atau memang branding yang dipakai Tri begitu sejak dulu. Yang jelas buat saya, Tri adalah provider baik hati yang sinyalnya kencang sekali.
Gimana nggak baik hati kalau kartu yang saya pakai sekarang masa aktifnya sampai 2029 nanti? Ini artinya selama 8 tahun ke depan, saya nggak perlu pusing kartu ini hangus atau kena blokir. Selama nggak hilang, tanpa pulsa pun kartu ini masih bisa digunakan. Sudah waktunya saya mengucapkan selamat tinggal pada kebiasaan beli pulsa cuma buat nambahin masa aktif. Kalau kamu masih suka yang begitu ya silakan, saya wkwkwk-in dari jauh saja.
Alasan lain kenapa Tri adalah provider baik hati itu ya karena harga beli dengan kuota yang didapatkan nggak beda jauh. Selama menggunakan provider ini, saya sudah ganti paketan dua kali. Yang pertama yaitu paket 32 GB sebulan seharga Rp60.000 dan yang kedua paket home 117 GB seharga Rp117.000.
Untuk paket yang pertama saya diberi jatah 1 GB per hari selama plus 2 GB kuota 24 jam buat jaga-jaga kalau yang 1GB habis. Dengan harga Rp60.000 saja, berarti bisa dibilang saya cuma bayar Rp2.000 sehari. Providermu ada kuota 1 GB yang harganya sama kayak kopi sachet di warung, nggak?
Paket yang kedua, saya diberi jatah 17 GB untuk kuota 24 jam, 40 GB kuota weekend, dan 60 GB kuota yang bisa dipakai dari jam satu malam sampai jam lima sore. Kuota segini buat saya sudah lebih dari cukup. Mau download? Gampang. Tinggal download di antara jam satu malam sampai lima sore atau nungguin weekend sekalian biar lebih bebas. Mau nonton YouTube non-stop? Hayu gaskeun. Mau sekrol TikTok seharian? Dijabanin. Dari segi harga juga murah kok, cuma seribu rupiah buat satu gigabyte kuota. Kurang baik apalagi coba?
Namun, seperti yang saya bilang di awal tadi, jangkauan sinyal yang nggak seluas Telkomsel atau provider lain jadi kekurangan utama Tri. Ya gimana, percuma harganya murah kalau nggak ada sinyal pas lagi di rumah. Ya kan? Masa harus keluar rumah terus buat nyari sinyal? Nanti duit abis buat jajan, dong. Lagipula kalau nggak ada sinyalnya, semua kebaikan yang saya jabarkan di atas jadi nggak berguna, nggak ada artinya, nggak bisa dirasakan juga.
Buat kamu, kamu, dan kamu yang beruntung punya rumah di kawasan dengan sinyal Tri yang kuat harus bersyukur sekarang juga. Itu privilese yang kamu miliki. Kamu mungkin miskin karena nggak sanggup bayar harga paket si merah atau si kuning, tapi Tri ada buatmu di situ. Manfaatkan dengan baik, ya. Kalau misalnya ada teman yang mengejekmu, sabar saja, saya yakin akan datang hari di mana dia minta tetring sama kamu, kok. Apalagi setahu saya sekarang performa sinyal si merah dan kuning sedang nggak stabil.
Akan tetapi, dengan semua kebaikannya itu, nggak otomatis bikin Tri jadi provider yang sempurna lho ya. Buat saya yang punya privilese sinyal Tri kuat, ada satu kelemahan lain: entah kenapa kalau hujan, sinyal Tri tiba-tiba jelek, kadang 4G-nya hilang, kalaupun ada kecepatannya lambat. Untungnya, meski kadang bikin jengkel, kelemahan ini bisa ditutupi dengan mudah, cukup nyalakan mode pesawat saat hujan lalu pergi tidur sambil ditemani suara hujan. Nanti pas bangun juga bagus lagi sinyalnya.
Oya, saya nggak lagi open endorse atau ikut lomba blog dari Tri ya. Tulisan ini hanya bentuk ucapan terima kasih saya ke provider Tri yang sudah baik hati. Kalau nantinya kamu jadi tertarik pakai Tri juga, saya cuma bisa bilang: Welcome to The Club, Lur~
BACA JUGA Pendidikan di Era Digital Membawa Jenis Ketimpangan Baru yang Lebih Parah dari Sebelumnya dan tulisan Gilang Oktaviana Putra lainnya.