Tiada yang Lebih Buruk daripada Teman Kos yang Jorok

Tiada yang Lebih Buruk daripada Teman Kos yang Jorok

Tiada yang Lebih Buruk daripada Teman Kos yang Jorok (Pixabay.com)

Seburuk-buruknya ngekos adalah punya teman kos yang jorok. Sumpah, baiknya orang itu digantung terbalik di Monas sambil digelitikin

Selama menjadi anak kos, saya sudah terbiasa untuk menjalani kehidupan yang “kurang menyenangkan”. Entah itu berupa menahan keinginan untuk membeli sesuatu karena uang di dompet yang tinggal sedikit; mengurus segala keperluan sendiri walaupun kondisi badan sedang tidak prima, serta masih banyak contoh kemalangan lainnya.

Selain itu, jangan lupakan pula kehadiran teman-teman satu kos yang perilakunya terkadang tidak sesuai dengan kehendak kita, misalnya sering menyetel musik dengan volume keras, kerap mengundang tamu hingga malam hari, dan sebagainya. Akan tetapi, bagi saya, tiada yang lebih buruk daripada teman kos yang jorok. Mereka adalah jenis teman kos yang paling annoying dan kalau bisa, ingin saya usir jauh-jauh. Mengapa saya berpikiran seperti itu?

Perjumpaan pertama dengan teman kos yang jorok

Perjumpaan pertama saya dengan penghuni kos yang jorok berlangsung beberapa tahun lalu. Jadi, ketika saya masih duduk di bangku SMP, saya pernah ikut menginap selama beberapa hari di kosan abang saya yang bertempat di Bandung. Kosan yang ia tinggali kebetulan adalah yang bertipe kamar mandi luar. Mulanya, saya sama sekali tidak memiliki masalah akan itu. Toh, saya paham, menyewa kamar kos dengan kamar mandi di dalam akan mematok biaya yang lebih besar.

Namun nahasnya, abang saya berada di satu kosan dengan penghuni lainnya yang sungguh jorok. Bayangkan, bisa-bisanya orang itu sering tidak membuang bungkus shampo dan sabun sasetan yang ia letakkan begitu saja di ujung bak kamar mandi. Jika ternyata bungkusan tersebut masih memiliki isi di dalamnya, itu masih (agak) normal. Akan tetapi, situasinya tidak seperti itu; bungkusnya sudah kosong, jadi ia bertingkah seperti itu murni karena sikapnya yang jorok dan malas membuang bekas sasetannya ke tempat sampah. Sungguh menyebalkan, bukan? Apakah ia berharap para penghuni lain akan sudi berbaik hati dan melaksanakan pekerjaan itu untuknya? Oh, tentu tidak!

Berdasarkan penuturan abang saya, penghuni yang jorok itu sejatinya sudah beberapa kali ditegur akibat aksi menyebalkannya itu. Akan tetapi, sepertinya ia tergolong dalam tipe orang yang “berpendirian kuat”. Sayangnya, pendirian kuat yang ia miliki lebih condong ke pengertian yang negatif; ia tidak bisa ditegur dan tidak mau mendengarkan keluhan orang lain. Padahal, jika di fasilitas umum saja ia masih bisa bertingkah begitu jorok, saya tidak terbayang bagaimana kondisi di dalam kamarnya. Mungkin ruangan gudang di SMA saya dulu akan terlihat tidak begitu buruk jika keduanya dibandingkan.

Pengalaman buruk itu kembali terulang

Berselang beberapa tahun setelahnya, giliran saya yang sepenuhnya menjabat status sebagai anak kos; tidak lagi sekadar numpang tidur selama beberapa malam di kosan abang saya. Ketika hendak mencari kamar kos, satu faktor yang saya pertimbangkan adalah mencari kamar dengan kamar mandi di dalam. Saya paham, biayanya akan sedikit lebih mahal. Namun, tak apalah, daripada saya mesti berbagi kamar mandi dengan penghuni lain yang jorok. Saya ogah merasakan pengalaman yang sama seperti yang terjadi di kosan abang saya dulu.

Sialnya, pengalaman buruk itu kembali terulang. Kali ini, kejadiannya terjadi di bagian dapur bersama yang disediakan oleh si pemilik kos. Dapur tersebut kerap digunakan oleh para penghuni kos untuk membuat air hangat, memasak mi instan, mencuci piring ataupun gelas, dan lain-lain. Ketika saya pikir (dan berharap) bahwa semua penghuni kos di kosan saya adalah tipe orang yang memuja kebersihan, saya ternyata sungguh keliru. Banyak dari teman kos saya ternyata adalah orang yang jorok juga; membiarkan gelas atau piring diletakkan begitu saja di wastafel tanpa dicuci selama berhari-hari dan tak jarang lupa menaruh bungkus kopi ataupun mi instan begitu saja di dekat kompor bekas memasak.

Bahkan, satu kejadian yang paling parah adalah ketika ada penghuni kos yang dengan seenak udelnya, membuang potongan-potongan cabe rawit berukuran besar ke dalam bak wastafel. Tindakannya itu otomatis membuat aliran pembuangan airnya jadi tersumbat. Sungguh, saya kesal bukan main ketika pertama kali melihatnya. Namun, karena saya tidak tahu penghuni mana yang melakukan itu, maka saya akhirnya hanya bisa diam saja. Saya berpegang teguh saja pada ungkapan “yang waras, ngalah”.

Jenis teman kos yang paling buruk

Sebelumnya, saya telah menyebutkan beberapa jenis teman kos yang buruk. Akan tetapi, setelah merasakan beberapa pengalaman tersebut, saya akhirnya berani menobatkan teman kos yang jorok sebagai jenis teman kos yang paling buruk.

Pasalnya, kebiadaban mereka dilakukan di sebuah tempat umum yang menjadi fasilitas bagi semua penghuni kos. Entah itu di kamar mandi maupun dapur bersama, semua penghuni kos berkewajiban untuk menghormati penghuni lain dan tentunya, menjaga kebersihan. Jadi, dampak dari kejorokan yang mereka lakukan akan berefek pada dua hal: tercemarnya fasilitas kos yang lalu menyasar pula pada terganggunya kenyamanan penghuni kos lain.

Sementara itu, misalnya ada teman kos yang gemar menyetel lagu dengan suara yang mengganggu indera pendengaran ataupun mengundang tamu hingga malam hari, kedua aksi tersebut lumrahnya mereka lakukan di dalam kamar sendiri. Saya tidak bilang bahwa hal-hal semacam itu tidak mengganggu anak kos lain. Tetapi, karena hal itu dilakukan di dalam kamar mereka sendiri, ya, pengaruhnya tidak sebesar jika dilakukan di fasilitas umum kosan.

Namun, ini bukan berarti saya memaklumi tindakan-tindakan seperti itu, loh, ya. Saya tetap tidak menampik bahwa itu menyebalkan; siapa yang tahan jika setiap malam telinganya diperdengarkan dengan setelan lagu-lagu dari kamar sebelah? Siapa yang tahan jika rutin dibuat terganggu oleh percakapan mereka dengan tamu yang diundang? Siapa?

Mana sudah volumenya besar, lagu yang diputar adalah lagu-lagunya Mawang, lagi. Awowkwk.

Mari saling menghormati sesama penghuni kos

Maka dari itu, melalui artikel ini, saya berharap agar semua persekutuan anak kos mau menjadi teman kos yang lebih baik lagi. Jika ada di antara kalian yang merasa menjadi Si Teman Kos yang Jorok, tolonglah, dengarkanlah uneg-uneg saya ini. Sadarlah bahwa apa yang kalian lakukan itu sungguh annoying dan mengganggu kenyamanan penghuni lain. Apa, sih, susahnya membuang sampah bekas shampoo ataupun sabun ke tempat sampah? Apa, sih, susahnya membuang bungkus kopi ataupun mi instan ke tempat pembuangan? Nggak susah, kan?

Jadi, cukup kondisi dompet dan lauk makan kita saja yang memprihatinkan. Tingkahnya jangan, ya, Bestie.

Penulis: Bintang Ramadhana Andyanto
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Cara Menghadapi Teman Kos Menyebalkan tanpa Menimbulkan Konflik

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version