The Tinder Swindler: Film Dokumenter yang Beri Pemahaman Soal Dating Apps

The Tinder Swindler: Film Dokumenter yang Beri Pemahaman Soal Dating Apps terminal mojok.co

The Tinder Swindler: Film Dokumenter yang Beri Pemahaman Soal Dating Apps (Unsplash.com)

Saat ini, mencari pasangan tidak hanya bisa dilakukan secara konvensional. Namun, mencari pasangan jalur dating apps bisa juga dijadikan opsi buat kamu yang ingin mencoba mencari-cari pasangan secara virtual. Hal semacam ini, tampaknya memang sudah lumrah untuk dilakukan.

Kisah cinta pasangan yang sukses dipertemukan oleh dating apps terkadang membuat kita merasa punya kesempatan dan berharap memiliki nasib yang sama. Ini membuat kita berpikir tak ada salahnya untuk mencoba peruntungan jalur dating apps tersebut. Namun perlu diingat, pertemuan antar dua orang asing di aplikasi kencan tak selalu seindah itu.

Ada beberapa tipe orang dalam bermain dating apps. Ada yang main dating apps karena memang ingin mencari pasangan, ada yang cuma iseng, dan celakanya ada juga yang niatnya ingin menipu. Nah, tipe yang terakhir ini yang bahaya. Kan ngeri ya, niat cari pasangan, eh malah kena tipu.

Bicara soal penipuan di dating apps, Netflix baru-baru ini menayangkan film dokumenter yang berjudul The Tinder Swindler. Film dokumenter yang diangkat dari kisah nyata ini menceritakan tentang seorang penipu ulung di aplikasi kencan bernama Tinder.

The Tinder Swindler mengisahkan tentang seorang penipu tampan kaya raya bernama Simon Leviev yang berpura-pura menjadi anak dari Lev Leviev, seorang miliarder berlian asal Israel. Dalam aplikasi tersebut, Simon Leviev menunjukkan pada profilnya bahwa dirinya adalah sosok pria tampan yang mapan. Ia bergelimang kemewahan dan seseorang yang profesioal. Ini membuat banyak wanita memilihnya.

Begitu ada wanita yang “match” dengannya, Simon akan langsung menghubungi atau berkomunikasi dengan calon korbannya selayaknya pengguna aplikasi kencan pada umumnya. Lantas, Simon akan mengajak mereka untuk bertemu.

Menurut saya, strategi yang dilakukan Simon dalam menipu para korbannya sangat gila. Simon menunjukkan kepada para korban bahwa dirinya ini adalah sosok yang sangat romantis, hidup dalam kemewahan, dan royal kepada pasangan. Pokoknya, ia pria idaman wanita banget, lah. Tentu saja hal tersebut dilakukakannya untuk semakin membuat para korbannya terpikat. Setelah mendapat kepercayaan dari para korbannya, Simon pun melancarkan aksi penipuannya.

Dalam film yang disutradarai oleh Felicity Morris ini, beberapa wanita di Norwegia yang menjadi korban penipuan Simon Leviev menceritakan kisah mereka. Film dokumenter The Tinder Swindler ini saya rekomendasikan pada kalian yang mau terjun ke dunia dating apps. Pasalnya, terdapat beberapa hal yang bisa dipelajari dari film dokumenter tersebut.

#1 Jangan terlalu naif

Ketika kita tengah jatuh cinta, terkadang kita bisa dengan mudahnya tertipu bujuk rayunya. Kalimat romantis yang disampaikan seolah benar-benar nyata adanya. Dengan sikap yang lugu atau polos, sering kali kita mengesampingkan kemungkinan buruk bahwa bisa saja seseorang tersebut tidak benar-benar baik. Kita inginnya mempercayai apa yang kita rasakan dengan hanya menilai bahwa orang tersebut baik dan tidak memiliki niat buruk pada kita.

Nah, dalam bermain dating apps, sebaiknya kita tidak menaruh kepercayaan seratus persen pada orang yang baru kita kenal. Pasalnya, jika seseorang tersebut berniat menipu, sikap baik, romantis, dan perhatian tersebut merupakan strateginya untuk meraih kepercayaan dan membangun kedekatan emosional dengan kita.

#2 Jangan mudah diiming-imingi

Jangan mudah menerima hal-hal yang ditawarkan orang asing pada kita, entah itu berupa kemewahan ataupun keseriusan menjalin hubungan. Bisa jadi, hal tersebut hanya untuk membuat perasaan “terikat”.

Dalam film dokumenter ini misalnya, Simon membawa korban untuk mencicipi “kemewahan” yang ia “miliki”. Seperti makan malam mahal, private jet, hingga liburan di berbagai kota di Eropa. Ya, pokoknya kehidupan ala miliarder gitu, deh. Bahkan ia juga mengajak pasangannya untuk serius dalam menjalin hubungan. Namun, tujuan Simon ini tidak lain untuk menciptakan perasaan “terikat” dari para korbannya.

Dengan perasaan “terikat” tersebut, tentu penipu memiliki peluang besar untuk mengelabui korbannya.

#3 Berani untuk katakan “tidak”

Ketika ada hal yang kamu rasa janggal, sudah seharusnya kamu menolak. Apalagi ketika orang asing yang baru kamu kenal di dunia maya tersebut sudah meminta sesuatu kepadamu. Misalnya, seseorang tersebut sudah berani meminta atau meminjam uang dalam jumlah yang banyak. Dengan alasan apa pun, sebaiknya kamu menolaknya.

Sulit memang, apalagi kalau kita sudah telanjur percaya dan merasa terikat dengan orang tersebut. Namun, tidak ada salahnya untuk mencoba mengatakan “tidak” sebagai bentuk melindungi diri. Jangan sampai kita merugikan diri sendiri hanya karena ada perasaan “tidak enak” untuk menolak.

Itulah beberapa hal yang bisa dipelajari dari film The Tinder Swindler sebelum kamu terjun ke dunia dating apps. Intinya sih, jangan mudah terbuai oleh seseorang di dunia maya ya, Gaes.

Penulis: Nisaul Fikriyah Sutrisna
Editor: Audian Laili

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version