The Power of No: Sebuah Panduan untuk Berhenti Jadi People Pleaser

The Power of No: Sebuah Panduan untuk Berhenti Jadi People Pleaser

The Power of No: Sebuah Panduan untuk Berhenti Jadi People Pleaser (Pixabay.com)

The Power of No, buku panduan menjadi versi terbaik dirimu sendiri

Apa kamu sering merasa bahwa perbuatan baikmu tidak dihargai dengan setimpal? Bahkan orang-orang memanfaatkan sifat baikmu dengan seenaknya? Di sisi lain, kamu nggak enak hati kalau harus menolak untuk membantu mereka. Lalu akhirnya, diam-diam kamu membenci mereka. Jika itu yang kamu rasakan, kamu sudah menjadi people pleaser, sebutan untuk orang yang nggak enakan dan terus memprioritaskan orang lain.

Berbuat baik kepada orang lain bukan hal yang salah, namun jika perbuatan baik itu justru membuat diri kita tersiksa pastinya akan berdampak buruk. Perbuatan yang baik juga perlu dilakukan dengan tepat, agar tidak ada pihak yang dirugikan apalagi jika pihak yang dirugikan itu diri sendiri. Namun, menolak juga tentunya bukanlah hal yang mudah. Ada banyak sekali yang membuat kita takut menolak permintaan bantuan orang lain. Dari mulai takut menyakiti perasaan, takut membuat orang lain marah, hingga takut terjadi konflik.

Jika kamu ingin berhenti menjadi people pleaser, kamu bisa membaca buku berjudul The Power Of No sebagai langkah pertama menuju perubahan. Buku dengan 250-an halaman ini tidak seperti buku motivasi yang membuat kita berekspektasi tinggi, lalu berakhir dengan perasaan kosong tanpa perubahan hidup sama sekali. Buku ini lebih tepat disebut sebagai buku panduan untuk menjadi versi terbaik dari diri sendiri. Setelah membaca ini, kita dibuat sadar bahwa dengan berkata “tidak” berarti kita telah melepaskan beban berat tak penting yang selama ini menghambat kita menuju tujuan.

Di halaman pertama The Power Of No ini, kita langsung disuguhkan dengan 1 bab berisi 11 hak yang di sebut penulis sebagai NO Bill Of Right. Sebelum bertindak untuk berkata tidak, kita diajak untuk menyadari terlebih dahulu apa saja hak yang kita miliki dan harus dipertahankan. Dalam bab ini, pembaca dibuat lebih sadar bahwa ada hak-hak dasar yang kita miliki, namun sering terabaikan. Seperti hak atas hubungan yang sehat, hak untuk jujur, hak untuk diam, hak mengembangkan bakat, bahkan hak untuk memaksakan apa yang kita inginkan.

Pada bab selanjutnya, dikemukakan alasan mengapa The Power Of No penting untuk orang-orang yang ingin memperbaiki hidupnya. Terutama untuk kaum people pleaser, orang-orang murah hati yang selalu berkata ya, bahkan meskipun itu memberatkan. Dalam bab ini pula dijelaskan panduan dalam membaca buku. Dari bab ini kita dapat melihat gambaran besar atau alur dari isi buku ini. Yang menarik, adalah fakta bahwa penulis buku ini James dan Claudia, ternyata adalah sepasang kekasih. Ketika membaca buku ini kita akan menyadari bahwa pasangan ini dipertemukan juga lewat The Power Of No.

“Tidak” memang hanyalah satu kata. Namun untuk mempraktikkan satu kata itu sulitnya minta ampun. Dalam buku ini, si penulis memahami bahwa untuk menerapkan kata “tidak” tentunya harus melalui proses-proses. Penulis membagi proses tersebut menjadi tujuh tingkatan “tidak”. Setiap satu bab, menjelaskan satu tingkatan. Buku ini juga memberikan latihan-latihan yang bisa kita praktikkan dengan mudah.

Dalam tingkatan pertama ini, pembaca diajak untuk memilih kata “tidak” dan cara menggunakannya untuk bangkit dari keterpurukan. James, menyematkan satu kisah bagaimana dulu dia ingin sekali mengakhiri hidupnya. Namun di titik 0 itulah ia akhirnya memutuskan untuk perlahan-lahan bangkit. Jadi bisa dibilang, buku The Power Of No ini adalah hasil dari pelajaran yang ia temukan pada lika-liku kehidupan yang ia jalani. Di bab ini ia menunjukkan praktik harian untuk bisa bangkit keluar dari keputusasaan. Di antaranya adalah bergaul hanya dengan orang yang dicintai dan mendukung, menulis banyak gagasan untuk bisnis dan artikel, hingga bersikap jujur. Tentunya dengan latihan harian ini perlu adanya konsistensi. James sendiri berhasil mengubah kehidupannya dalam waktu 6 bulan. Salah satu bukti keberhasilannya adalah tulisannya yang sudah dibaca jutaan orang.

Di tingkatan kedua hingga ketujuh, James dan Claudia juga menyematkan berbagai kisah baik pengalaman pribadi maupun fakta-fakta yang menyentil kesadaran dan meyakinkan kita untuk lebih berani menggunakan kata “tidak”. Begitu pula latihan-latihan mudah yang berefek bagus jangka panjang. Satu contohnya adalah memberikan nilai untuk orang-orang sekitar kita dari skala 1 sampai 10. Berikan nilai rendah untuk mereka yang membuat perasaan kita buruk saat berinteraksi. Begitu pula sebaliknya berikan nilai bagus untuk mereka yang menciptakan perasaan positif saat berinteraksi. Lalu mulai batasi interaksi dengan mereka yang bernilai rendah.

Pada bab terakhir, setelah menuliskan apa saja yang harus kita katakan “tidak”, kini di bab ini pembaca akhirnya diajak untuk menyambut kata “ya”. Sambutan “ya” ini diberikan khusus untuk segala hal yang membuat kita bahagia. Jadi “ya” ini adalah untuk versi terbaik dari diri kita sendiri. Dari banyaknya bab yang mengajak kita mengatakan “tidak” dan hanya satu bab untuk berkata “ya”, bagi saya ini menunjukkan bahwa kata “ya” sangat spesial dan harusnya diberikan hanya untuk hal yang benar-benar berharga.

Cobalah baca buku ini lalu praktikkan saja yang paling mudah terlebih dahulu. Nikmati proses perubahan itu dengan nyaman. Hingga tanpa disadari, ternyata sudah banyak perubahan positif yang kita lakukan. Selamat mencoba, dan katakan tidak pada people pleaser.

Penulis: Berliana Dyah Ayu Tasya
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Mereka Sibuk Menghitung Langkah Ayam: Menjelajahi Reportase Beragam Kisah Bersama Cak Rusdi

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version