Pikiran manusia penuh dengan rasa penasaran. Sama seperti saya yang penasaran sama ekskul paduan suara pas masih SMA. Pikiran saya yang awam banget kalau paduan suara cuma sekadar nyanyi, ternyata lebih dari itu. Dan yang awalnya cuma coba-coba, akhirnya keterusan sampai saya lulus.
Semua ini berawal ketika saya kelas 1 SMA dan masih awal tahun ajaran baru. Sedikit cerita, sekolah saya mendapat undangan dari Pak Gubernur untuk mengisi paduan suara di acara Hari Pahlawan di Surabaya, Jawa Timur. Atas dasar itulah kemudian guru kesenian mendapat mandat dari pihak sekolah untuk mengikutsertakan saya beserta 99 siswa-siswi lainnya sehabis proses seleksi. Setelah acara selesai, saya disarankan untuk masuk ekskul paduan suara lewat jalur rekomendasi guru kesenian.
Ya, walaupun sudah dapat kemudahan macam itu, saya masih punya satu pikiran yang mengganjal. Menurut saya, paduan suara itu feminim karena isinya kebanyakan cewek. Realitanya? Beneran banyak ceweknya, Lur. Cowok yang ikut bisa dihitung jari. Itu pun pas saya tanya alasannya cuma nyari ukhti yang bening ikut-ikutan temen doang. Dengan segala keresahan saya memutuskan untuk coba-coba ekskul ini dulu, siapa tahu cocok.
Di luar dugaan ternyata paduan suara nggak se-feminim yang saya bayangin. Justru saya dan segelintir cowok yang masih bertahan merasa makin maskulin. Pasalnya, latihan untuk membentuk suara yang matang butuh usaha yang sama kayak latihan fisik yang berat. Selain itu, aturan-aturan yang berlaku buat seorang anggota paduan suara lumayan ketat. Ada pantangan tertentu yang nggak boleh dilanggar demi kualitas output suara mumpuni. Setelah saya teliti, ternyata ada aturan-aturan pokok yang sebenernya bagus, nggak cuma buat kualitas suara tapi juga buat nyehatin badan.
Pertama, selalu peregangan sebelum latihan. Modelnya sama kayak peregangan sebelum mulai pelajaran olahraga atau penjaskes dengan tambahan-tambahan gerakan tertentu yang khusus untuk melatih otot-otot perut. Pasalnya, itu adalah senjata utama dalam paduan suara. Kegiatan ini kadang sering luput dari pikiran kita sebelum beraktivitas. Padahal, ini bisa jadi alternatif olahraga ringan kalau lagi sibuk-sibuknya dan nggak sempet olahraga atau karena lagi males aja. Percaya deh, peregangan yang cuma 10 menit bisa bikin badan terasa gesit seharian.
Kedua, aturan dua jam sebelum dan dua jam sesudah. Dalam konteks paduan suara, maksudnya adalah dua jam sebelum latihan dan dua jam setelahnya dilarang menyantap makanan dan minuman yang bisa memicu tenggorokan serak. Tak ada makanan kecuali nasi dengan lauk sop tanpa micin dan tak ada minuman kecuali air mineral. Kalau masih bandel dan akhirnya tenggorokan beneran serak, pertolongan pertama adalah makan kencur utuh yang dipotong kecil-kecil. Dengan mengesampingkan aturan, makanan dan minuman tersebut sehat semua. Nggak ada lemak jahat, nggak ada kolesterol, nggak ada gula berlebih dan pemanis buatan, terus bisa dibikin sendiri. Kencur juga banyak manfaatnya. Komplit, kan?
Ketiga, ngomong seperlunya karena kebanyakan ngoceh juga bisa bikin masalah di tenggorokan. Satu partitur lagu paduan suara berdurasi rata-rata 5-10 menit. Kebayang kan gimana kondisi tenggorokan sehabis satu lagu? Kering lur, asli. Itulah kenapa pelatih saya sering muring-muring kalau sebelum latihan pada ngobrol nggak karuan, apalagi sampai jerit-jerit. Masih untung tenggorokan serak bisa ditolong pakai kencur, lah kalau suara abis? Otomatis disuruh menepi keluar barisan.
Ngirit buat ngomong bukan berarti anti sosial. Kalau memang nggak penting-penting amat, nggak ngobrol juga nggak masalah. Basa-basi itu manusiawi, asal tahu situasi dan kondisi orang juga bakal memaklumi. Memaksakan diri ngebuka obrolan dengan dalih menghidupkan suasana tanpa mengamati kondisi lawan bicara jadinya bikin ilfil dan nganggep kamu nggak ngasih private space buat mereka.
Keempat, jaga postur badan selalu tegap. Pasalnya, mayoritas paduan suara tampil dalam posisi berdiri dan ngebawain dua sampai tiga lagu. Sehingga, postur tegap jadi kunci buat mempertahankan hubungan tumpuan badan dan kaki biar nggak cepet pegel. Selain itu, postur tegap bisa memaksimalkan otot perut biar bisa mengembang sempurna dan ngehasilin suara yang bulat dan tegas. Nggak jarang pelatih ngingetin buat selalu latih postur badan biar tetap tegap di dalam maupun di luar latihan. Saya ngerasain betul manfaat dari nasehat ini, selain menjaga pinggang dan punggung saya biar nggak menua terlalu cepat, saya juga merasa lebih jantan dan percaya diri. Nggak percaya? Cobain aja sendiri.
BACA JUGA Wisuda Anti Ngantuk Ala UNEJ Biar Nggak Ketiduran Padahal Udah Capek-capek Dandan dan tulisan Reyhan Kedar lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.