Terminal Sruwen memang nggak seeksis seperti terminal lain di kabupaten Semarang. Terminal kecil ini hingga sekarang masih beroperasi, walaupun geliat ramai riuhnya tak seperti dulu. Hingga sekarang terminal ini masih banyak penumpang, khususnya mereka yang ingin ke Ibu Kota.
Tapi, Terminal Sruwen Semarang tak punya “harga diri” sehebat terminal lain di Semarang. Justru, terminal yang harusnya jadi salah satu yang paling ramai ini malah seakan-akan hidup segan, mati tak mau.
Daftar Isi
Hanya jadi jujugan orang yang mau ke Jakarta
Terminal Sruwen Semarang terlihat sepi ini memang anomali. Tapi, rasanya tak begitu mengagetkan sebab terminal ini begitu segmented. Kenapa segmented, sebab biro bus yang ada kebanyakan melayani perjalanan ke Jakarta.
Jelas, bagi penumpang yang ingin ke daerah lain selain Jakarta, jelas tak kepikiran untuk mengunjungi Sruwen. Ya, buat apa? Toh adanya bus yang mau ke Jakarta doang.
Hidup segan, mati tak mau
Hidup segan mati tak mau, begitu kurang lebih keadaan untuk menggambarkan terminal Sruwen ini. Memang, masih banyak penjual yang menjajakan dagangannya. Bahkan di dalam terminal masih banyak warung-warung yang seolah menantikan kehadiran penumpang yang ingin melanjutkan perjalanan dengan bus.
Tapi coba tanyakan para pedagang tersebut, apakah omzet mereka setinggi pedagang di terminal lain. Saya ragu sih bisa sama.
Terminal Sruwen strategis, tapi tetap saja sepi
Bisa dibilang, terminal ini sangat strategis, letaknya di pinggir jalan raya Solo-Semarang. Mengingat letaknya yang strategis ini, seharusnya, terminal ini bisa dikembangkan dengan baik, atau seharusnya memang ramai. Strategis, lho.
Tapi ya, nyatanya tidak. seakan-akan, terminal ini hanya bayangan. Mungkin kembali pada perkara segmented tadi. Ngapain ke Terminal Sruwen kalau busnya hanya menuju Jakarta?
Itulah gambaran keadaan Terminal Sruwen sekarang, hidup segan mati tak mau. Paling nggak terminal ini harus ajeg beroperasi. Agar perekonomian di sekitar terminal juga masih ada harapan. Mengingat, usia dari terminal Sruwen ini juga sudah tua. Sudah semestinya terminal ini juga harus dibenahi, biar nggak sekadar jadi terminal bayangan lagi.
Atau setidaknya, bikin lah terminal ini melayani banyak rute. Tapi ya, itu tergantung orang yang berwenang kan?
Penulis: Wulan Maulina
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Katanya Semarang Kota Besar, tapi kok Terminal Busnya kayak Gitu?