Terminal Mangkang hingga kini masih sepi. Masih pada terbayang Terboyo kah?
Membaca Semarang lewat tulisan-tulisan Kang Ahmad Arief Widodo membuat saya rindu kampung halaman. Hingga menggerakkan saya pada akhir pekan lalu untuk pulang ke Semarang menggunakan bus, moda transportasi yang terakhir saya gunakan pulang ke Semarang 10 tahun yang lalu.
Entah angin apa yang membuat saya tergerak pulang dengan bus ke Kota Semarang, hingga akhirnya saya tiba di Terminal Terboyo. Lalu, saya baru sadar kalau Semarang memang tidak sehebat apa yang ditulis Kang Ahmad Arief Widodo, utamanya soal mengatasi urusan transportasi kotanya.
Terminal Terboyo, tak bisa dimungkiri, adalah terminal legendaris yang lekat dengan Semarang. Tapi ancaman rob yang makin tahun makin mengkhawatirkan bikin segala aktivitas perlahan dipindahkan ke Terminal Mangkang dan Penggaron. Nah, kita akan bicara tentang Terminal Mangkang.
Perpindahan aktivitas ini harusnya bikin Terminal Mangkang ramai dan jadi pusat aktivitas transportasi. Tapi, yang terjadi sebaliknya, Mangkang tetap sepi. Terboyo justru tetap ramai, meski statusnya sudah bukan lagi terminal utama.
Rasanya ironis, Terminal Mangkang seakan-akan di bawah bayang-bayang Terboyo, “mantan” yang bagi banyak orang, terlalu susah untuk dilepaskan. Kehidupan memang berjalan meninggalkan yang seharusnya, tapi, seringnya tak semudah itu.
Daftar Isi
Lokasi Terminal Mangkang yang kurang terjangkau
Lokasi Terminal Mangkang terletak di ujung barat kota Semarang, berbatasan dengan Kabupaten Kendal. Dari lokasinya saja, sudah bisa jadi alasan penumpang dan PO Bus tidak memilihnya jadi pemberhentian. Meski Terminal Mangkang yang notabene terminal bus tipe A sudah ada sejak 2002, tetap saja tidak membikin terminal ini nyantol di kepala orang-orang.
Untuk membuat orang tertarik menggunakan terminal ini memang agak PR. Setidaknya harus bikin rencana matang untuk pengalihan behavior, tapi jelas ini butuh waktu yang lama.
Pemasaran dan Promosi yang Efektif
Terminal Mangkang, pada awalnya, dirancang bukan untuk mengatasi permasalahan kepadatan dan kemacetan yang sering terjadi di Terminal Terboyo. Pandangan orang terhadap Mangkang ya bukan pengganti Terboyo, wajar jika ketika Terboyo “tutup”, orang lebih memilih maksa memakai Terboyo, bukan kepikiran pindah ke Mangkang.
Masih menyambung dengan masalah sebelumnya, perlu ada strategi rekayasa behavior yang tepat agar Mangkang segera terisi. Salah satunya ya, promosi.
Orang bisa move on, salah satunya karena kepincut yang baru. Masalahnya tinggal gimana bikin yang baru ini terlihat menarik, kan?
Pengembangan fasilitas dan layanan
Kalau mau rame, menurut saya sih, bikin terminal ini “mewah” atau lebih mewah dari sekarang. Dibikin lebih kinclong, dari kejauhan udah wah gitu. Dari kasus-kasus yang ada sih, biasanya fasilitas yang lebih bagus bikin pengguna mau beralih. Bisa dengan menjadikan Terminal Tirtonadi sebagai benchmark lah. Niru dikit nggak apa-apa. Meniru semangatnya lho, bukan desain.
Meskipun saat ini Terminal Mangkang masih sepi, tidak ada alasan untuk menyerah. Dalam pengembangan kota, ada potensi untuk mengatasi tantangan dan membangun terminal ini menjadi pusat transportasi yang berfungsi penuh layaknya di Terminal Purabaya Surabaya. Apalagi Terminal Mangkang memiliki potensi besar untuk terhindar dari bayang-bayang mantan yang masih menghantui.
Penulis: Fareh Hariyanto
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Katanya Semarang Kota Besar, tapi kok Terminal Busnya kayak Gitu?