Terminal Bahurekso Kendal ini secara fisik bangunannya adalah terminal, tapi fungsinya kok gini?
Saya selalu iri ketika turun di beberapa terminal bus di Jawa seperti Bungurasih di Surabaya atau Tirtonadi di Solo yang menawarkan fasilitas lengkap, nyaman, dan memanjakan para pendatang dari luar kota. Perasaan iri ini saya rasakan karena hal seperti itu tidak pernah saya temui atau alami ketika turun dari bus di Kabupaten Kendal.
Sebenarnya Kendal berada di posisi strategis karena terletak di jalur pantura dan punya kekayaan alam yang cukup berlimpah. Sayangnya, segala hal termasuk penyediaan fasilitas publik seperti terminal di kabupaten satu ini masih biasa-biasa saja.
Hingga saat ini, Kendal sendiri tak pernah memiliki terminal secara fungsional yang dapat dibanggakan kepada para pendatang dari luar kota. Bus-bus AKAP biasanya berhenti menurunkan atau menjemput penumpang di daerah Weleri atau rumah makan besar yang memiliki agen bus di dalamnya. Bahkan secara bangunan, hanya Terminal Bahurekso Kendal yang bisa dikatakan sebagai terminal karena bentuknya memang terminal. Akan tetapi, bagaimana dengan fungsinya?
Terminal Bahurekso Kendal sempat mangkrak
Terminal Bahurekso Kendal adalah terminal yang dibangun sejak tahun 2005 silam. Sayangnya, terminal ini sempat mangkrak selama 11 tahun karena persoalan perizinan.
Kemudian pada tahun 2016, terminal ini mulai difungsikan dengan dalih mendesaknya kebutuhan terminal di Kendal sebagai titik kumpul seluruh bus untuk melayani penumpang bus antar kota antar provinsi (AKAP) dan antar kota dalam provinsi (AKDP). Lokasinya yang terletak di pinggir jalan utama pantura yang menghubungkan antar provinsi di utara Pulau Jawa membuat pemkab optimis bahwa terminal ini akan jadi hub ekonomi baru di Kendal.
Sayangnya, prediksi itu meleset jauh. Setelah difungsikan pun, Terminal Bahurekso Kendal tetap terkebiri karena banyak yang enggan masuk ke dalamnya. Belum ada perda yang mengatur soal bus yang lewat Kendal harus masuk ke terminal menjadi salah satu alasan kenapa Terminal Bahurekso Kendal enggan disinggahi oleh para bus. Selain itu, infrastruktur yang alakadarnya serta sistem penataan bus keluar dan masuk yang tidak disusun secara sistematis membuat bus yang masuk ke dalamnya justru menjadi kebingungan.
Dari tahun 2016 hingga 2018, Terminal Bahurekson Kendal berfungsi dengan status ada dan tiada. Pintunya tetap terbuka, namun tak ada yang masuk dan menjadikannya tempat persinggahan. Terminal Bahurekso seperti hidup segan mati tak mau. Dibiarkan begitu saja. Membisu dan dikucilkan di tengah keramaian lalu-lalang bus-bus yang lewat di depannya. Berbanding terbalik dengan Rumah Makan Sari Rasa yang terletak di depannya. Rumah makan itu justru lebih ramai karena menyediakan tempat untuk agenda tiket bus dari berbagai kota dan provinsi.
Hingga akhirnya pada akhir tahun 2018, bus Trans Jateng berkenan masuk ke Kendal dan menjadikan Terminal Bahurekso Kendal sebagai pos terakhir sebelah barat untuk naik dan turun penumpang. Tanpa kehadiran Trans Jateng, terminal satu ini hanya akan menjadi bangkai infrastruktur publik yang pembangunannya tidak memperhatikan aspek antropologis dan ekonomis.
Malah dijadikan relokasi untuk para pedagang Pasar Weleri
Sayangnya, kehadiran Trans Jateng tidak lantas menarik bus-bus AKAP dan AKDP untuk turut masuk ke dalam Terminal Bahurekso Kendal. Saat ini, Terminal Bahurekso malah dijadikan relokasi untuk para pedagang dari Pasar Induk Weleri yang terbakar tahun 2020 lalu.
Apakah status dijadikan pasar membuat bus-bus minimal yang berstatus AKDP mau mampir ke dalam Terminal Bahurekso? Tetap saja tidak. Hanya Trans Jateng yang masuk. Bahkan para pedagang baju tidak bertahan lama di Terminal Bahurekso karena merasa sepi pembeli. Lokasinya yang berada di lajur cepat pantura dianggap membuat para pembeli enggan ke terminal ini.
Saat ini hanya pedagang sayur dan sembako yang meramaikan Terminal Bahurekso Kendal. Itu pun keramaiannya hanya berlangsung dari dini hari hingga pagi hari (00.00-08.00 WIB). Setelahnya, terminal yang namanya diambil dari nama bupati pertama Kendal ini akan sepi kembali. Para pedagang akan berpencar ke pasar-pasar yang lokasinya lebih strategis.
Itulah sedikit kisah sedih Terminal Bahurekso Kendal yang seolah hidup segan mati tak mau. Ia menunggu tapi tak ada yang berkunjung. Ingin bertahan, tapi tidak diinginkan. Sedih betul nasibnya.
Penulis: Muhamad Iqbal Haqiqi
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Ada Surga Bernama Sakila Kerti di Terminal Kota Tegal.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.