Di Indonesia ini, saya yakin mayoritas orang (setidaknya pernah) berdoa agar memiliki wakil rakyat yang jujur. Doa itu lahir tulus karena sebuah kelelahan yang menyakitkan karena kerap kali disuguhi kebohongan demi kebohongan dari wakil rakyat. Bisa jadi, Bambang Wuryanto, atau biasa dikenal sebagai Bambang Pacul, anggota DPR RI, adalah jawaban doa itu.
Kejujuran memang tidak selalu semanis mulut cowok yang sedang PDKT. Kita tahu, dari banyaknya pengalaman hidup, kejujuran bisa sangat pahit. Namun bagaimanapun, kita harus siap menelan pahit itu bulat-bulat. Meskipun menjijikkan.
Bambang Pacul, Ketua DPP PDI Perjuangan yang juga Ketua Komisi III DPR RI, mungkin tidak sadar, saat dia melempar sebuah lelucon buruk mengenai kesetiaannya pada partai yang menjadi tuannya. Dengan percaya diri dia berkata semua keputusan dia dan orang-orang yang ikut duduk bersama dalam ruangan itu haruslah sesuai dengan komando ketua partai. Korea-korea seperti dia, ya bisanya manut ke ketua partai. Terdengar jelas beberapa orang bersahutan menyetujui pernyataan Bambang Pacul.
Daftar Isi
Kejujuran yang telah lama ditunggu
Ini sebenarnya adalah kejujuran yang mungkin sudah ditunggu oleh rakyat. Sebab itu seakan memberikan validasi nyata banyaknya tuduhan rakyat kalau selama ini wakil rakyat kita tak lain hanyalah boneka-boneka partai. Pernyataan yang sebenarnya belum ada yang cukup berani mengakui, kecuali Bambang Pacul. Untuk itu, kejujuran Bambang Pacul layak diapresiasi.
Mahfud MD dengan rendah hati hanya memberikan reaksi geleng-geleng kepala saat mendengar hal itu. Mungkin karena dia tidak habis pikir. Rasanya saat itu saya ingin segera memberikan pelukan virtual hangat kepada beliau, pasti dia sakit hati terhadap Bambang Pacul yang seolah mencemooh urgensi pengesahan UU Perampasan Aset.
Kejujuran Bambang Pacul lantas menjadi opini yang beranak pinak. Jelas sekali, rata-rata yang mendengarnya terbakar amarah. Mempertanyakan kelayakan anggota DPR RI menjadi wakil rakyat yang sebaik-baiknya. Tapi mungkin, kita akan selamanya menerka dan berandai-andai saja, atau membaca teori buzzerp atau SJW yang menuliskan tweet panjang lebar mengenai setiap keputusan wakil rakyat yang bentrok dengan kebutuhan partai yang mengusung.
Duit haram dikit nggak apa-apa
Berkali-kali kita tahu, keputusan-keputusan dalam rapat omong kosong itu pastilah seperti disusun sedemikian rupa guna bisa saling menguntungkan orang-orang yang terlibat kecuali rakyat itu sendiri. Dan kita tidak pernah bisa menembus itu karena bisa dibilang tidak ada bukti yang kuat. Tapi itu semua muncul ke permukaan karena Bambang Pacul.
Bagaimanapun, Bambang Pacul adalah pahlawan.
Dalam beberapa wawancara pun, Bambang Pacul tidak sekali dua kali menjelaskan betapa semua keputusan dia berakar pada kepentingan Ketum Partai. Dilansir dari Inilah.com, Ia mengibaratkan bahwa para petinggi PDIP sebagai komandan dan kader sebagai pasukan. “Orang PDI yang dicintai pasukannya banyak sekali, itu komandan-komandan PDI dicintai pasukannya. Tapi antar komandan pasukan ini, pasti menganyam ke samping, berkomunikasi dengan baik dan semua menunggu titah yang di pucuk. Jangan merasa di pucuk,”
Sudah jelas terlihat maksudnya kan, bahwa anggota DPR RI kerja untuk siapa? Jelas bukan untuk kita-kita ini.
Kejujuran lain yang tak kalah bikin keselek juga pernah keluar dalam bentuk candaan dari Melchias Mekeng, Anggota DPR RI Komisi XI. Sambil membawa nama Tuhan dia mengatakan bahwa Rafael Alun kebanyakan makan uang haram karena itu dia dihukum Tuhan. Dilanjutkan dengan, kalau sedikit ya tidak apa.
Mungkin dia beranggapan bisa dengan sangat akurat menebak pikiran Tuhan Yang Maha Segala. Tepuk tangan untuk beliau.
Tak ada teguran, tak ada harapan
Hingga detik saya menuliskan tulisan ini, belum ada sanksi atau bentuk teguran nyata dari partai yang mengangkat Bambang Pacul. Bahkan dengan sebegini masif suara menuntut dia untuk bertanggung jawab atas perkataannya, dia masih bisa duduk tenang.
Begitu juga dengan Melchias Mekeng, instansi sebesar KPK hanya menyayangkan pernyataan itu. Kalau cuman gitu mah, siapa aja ya bisa.
Kejujuran selalu menjadi masalah besar di negara ini terutama di dalam gedung DPR RI. Tak sedikit orang lebih memilih berbohong untuk melindungi diri sendiri atau untuk sekadar membuat citra diri. Dengan kasus Bambang Pacul atau Melchias Mekeng, kita bisa mengambil pelajaran bahwa memang kalau orang-orang di parlemen itu mau jujur, malah bikin kita makin gedeg.
Tapi bukan berarti lebih baik kalau mereka terus-terusan berbohong. Rakyat butuh kejujuran, meskipun kejujuran itu tidak akan menambah rasa percaya, setidaknya bisa membuka mata rakyat seberapa buruk orang di dalam gedung MPR DPR itu. Jadi kita ucapkan terima kasih saja, terima kasih sudah jujur, meskipun itu lebih menyakitkan.
Mudah-mudahan ke depannya, semakin banyak wakil rakyat kami yang berani jujur. Sehingga kami rakyat tidak perlu capek suuzan.
Penulis: Meiditte
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Pernyataan Bambang Pacul Buktikan Bahwa DPR Hamba Parpol, Bukan Wakil Rakyat