Tembok Ba Sing Se dalam Avatar Aang: Sebuah Kesenjangan Sosial dengan Dalih Keamanan Negara

Tembok Ba Sing Se dalam Avatar Aang Sebuah Kesenjangan Sosial dengan Dalih Keamanan Negara terminal mojok

Jika kalian penggemar film Avatar The Legend of Aang, atau setidaknya pernah menontonnya, maka kalian pasti pernah mendengar istilah Ba Sing Se. Sebuah wilayah satu-satunya dari Kerajaan Bumi yang kebal dengan serangan Negara Api. Hingga muncul sebuah mitos dalam jagat Avatar The Legend of Aang, bahwa Ba Sing Se adalah “kota tak tertembus” saking kuatnya pertahanan tembok raksasa yang dibangun. Bahkan sekelas Paman Iroh, sang jenderal terkemuka di Negara Api, gagal dalam menjajah Ba Sing Se.

Sebenarnya nggak kebal-kebal amat sih tembok Ba Sing Se ini. Bahkan sekadar mitos belaka, yang mungkin juga digadang-gadang oleh Paman Iroh atas kegagalannya. Kenapa mitos? Ya memang mitos. Pasalnya, dalam episode tertentu, tembok raksasa Ba Sing Se yang katanya tak tertembus itu, justru dapat ditembus oleh bor raksasa pasukan Azula, putri Raja Api Ozai.

Nah, di sini saya ingin mengulas kenyataan kesenjangan sosial yang terjadi dari hadirnya tembok raksasa Ba Sing Se ini, yang menurut saya cukup kontroversial banget dalam jagat Avatar The Legend of Aang.

Secara umum, sistem tembok raksasa Ba Sing Se ini nggak jauh berbeda dengan sistem tembok di jagat Attack on Titan. Sebuah tembok yang memiliki tujuan utama untuk menjadi pertahanan suatu negara dari serangan luar. Sayangnya, si tembok raksasa ini malah berujung pada kesenjangan sosial di kehidupan manusianya itu sendiri.

Meski secara general memiliki kesamaan, terdapat perbedaan spesifik di antara kedua tembok dalam dua jagat yang berbeda tersebut. Jika dalam jagat Attack on Titan, memiliki tiga lapis, yakni Maria, Rose, dan Sina. Dalam jagat Avatar The Legend of Aang, lebih tepatnya di wilayah Ba Sing Se, lapisan tembok raksasanya lebih sederhana. Lebih tepatnya hanya terdapat dua tembok, yakni bagian luar untuk pertahanan dan bagian dalam untuk menjaga ketertiban.

Justru keberadaan dua tembok ini sangat berdampak pada kesenjangan sosial yang terjadi. Pasalnya, tembok bagian dalam untuk menjaga ketertiban dari kebrutalan masyarakat yang berada di tembok bagian luar.

Menurut penuturan Joo Dee, si pemandu tim Avatar, setidaknya terdapat tiga lapisan kehidupan masyarakat.

Pertama, lingkaran terbawah yang terletak di tembok bagian luar. Mereka yang berada di lingkaran terbawah merupakan para pendatang baru, pengrajin, dan seniman. Katara lebih menyebut mereka sebagai “orang-orang miskin”, atas keheranannya pada sistem kelas sosial di Ba Sing Se. Di sisi lain, paman Iroh beserta keponakannya, Zuko, juga tinggal di lingkaran terbawah ini sebagai pembuat teh dan pelayan kedai teh setelah kelelahan mengejar Aang.

Kedua, lingkaran tengah yang berada di tembok bagian dalam, tapi bagian pinggiran. Wilayah ini merupakan pusat keuangan, perbelanjaan, restoran, bahkan universitas. Intinya tempatnya orang-orang yang berduit, orang-orang kapital, dan beberapa orang yang katanya berpendidikan.

Ketiga, lingkaran teratas yang berada di pusat tembok bagian dalam. Wilayah ini merupakan tempat bagi rumah orang-orang penting, seperti elite politik, pelayan pemerintah, dan lain sebagainya. Rumah persinggahan tim Avatar sendiri berada di lingkaran atas ini.

Melihat berbagai pola wilayah yang dibangun oleh pemerintahan Ba Sing Se berdasarkan kelas sosial masyarakat, dapat terlihat jelas bagaimana kesenjangan sosial itu terjadi. Secara nggak langsung, seolah-olah para rakyat miskin disisihkan, dipinggirkan, bahkan diciptakan tembok yang membatasi mereka dari pusat kota dengan dalih ketertiban, seperti yang diungkapkan oleh Joo Dee.

Sedangkan para petinggi-petinggi negara, termasuk juga para kapital yang menyokong keuangan negara, berada di lapisan tembok bagian dalam. Bahkan mereka dijaga secara ketat oleh Dai Li, yang kata si Joo Dee merupakan para penjaga tradisi.

Namun kenyataannya, Dai Li sendiri ibarat aparat represif negara yang siap menangkap siapa pun yang mengganggu ketertiban negara. Meskipun gangguan ketertiban tersebut demi kebaikan negara itu sendiri, seperti pemberontakan yang dilakukan oleh tim Avatar.

Lebih mirisnya lagi, Raja Kuei, si Raja Bumi ke-52, tidak tahu bagaimana kondisi yang terjadi di masyarakatnya, terutama kemiskinan yang terjadi pada mereka yang berada di tembok bagian luar. Lagi-lagi karena dinamika perpolitikan di pemerintahan Ba Sing Se, tepatnya karena ulah hasutan Long Feng, si penasihat Raja Bumi.

Hadeeeh… Raja kok nggak tahu rakyatnya?

Melihat kenyataan yang terjadi di Ba Sing Se tersebut, saya menyimpulkan bahwa semakin seseorang berada di wilayah pinggiran dalam suatu negara, maka semakin menunjukkan kelas sosial rendah yang dimilikinya. Sedangkan semakin berada di pusat kota, maka menunjukkan kelas sosial tinggi yang dimilikinya.

Sumber Gambar: YouTube Avatar: The Last Airbender

BACA JUGA Apa Jadinya Kalau Karakter dalam Film Avatar Aang Hidup di Jogja dan tulisan Mohammad Maulana Iqbal lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version