Oplosan Teh Tang dan Teh Tjatoet katanya nggak boleh dilewatkan untuk dicoba. Bagaimana rasanya?
PPKM Darurat memaksa tempat makan seperti restoran sampai angkringan terpaksa mengalami gangguan jam operasionalnya. Para pengabdi nasi kucing dan teh wasgitel ala angkringan harus menahan keinginannya untuk sesrawungan dan memilih untuk tetap di rumah saja ketika jalan arteri disekat oleh satgas.
Meski demikian, bukan berarti kita tidak bisa memenuhi kebutuhan “klangenan” khususnya teh racikan angkringan. Salah satu terminator berinisial Iqbal AR juga pernah menuliskan artikel yang menceritakan bahwa es teh angkringan tak sekadar kuliner, tetapi juga aset yang patut disandingkan dengan Gudeg Jogja.
Beberapa waktu lalu, saya dikirimi paket teh oleh salah satu terminator yang tinggal di Jogja berinisial Butet RSM. Beliau mengirimi saya paket teh tubruk di mana dalam paket tersebut terdapat 2 merek teh yang konon katanya menjadi kegemaran orang Jogja pada umumnya. Kedua merek tersebut adalah Teh Tang dan Teh Tjatoet.
FYI, kedua teh ini sama-sama menggunakan perkakas pertukangan sebagai logonya. Keduanya juga berasal dari produksi yang sama CV. Duta Java Tea Industri Adiwerna asal Tegal – Jawa Tengah.
Tentu saja saya tidak bisa menggeneralisir bahwa seluruh angkringan di Indonesia menggunakan oplosan kedua teh tersebut. Pasalnya, masih banyak teh yang cocok untuk dijual seperti Teh Dandang, Teh Sepeda Balap, Teh Jawa, Teh Nyapu, Teh Gopek, dan lain sebagainya.
Berikut ini adalah hasil riset kecil-kecilan saya tentang kedua teh asal Tegal – Jawa Tengah, cekitcrot.
Aroma, ketika bungkus kertas Teh Tjatoet dibuka, hidung saya seperti dihantam aroma wangi gula batu seperti ada seger-segernya. Sedangkan Teh Tang, menawarkan aroma yang agak bold, tapi tidak terlalu menyengat di hidung. Meski demikian, wangi melatinya masih asyik untuk dihirup.
Tekstur, Teh Tjatotet memiliki tekstur yang beragam, ada yang berbentuk daun kecil, bubukm hingga batang. Sedangkan Teh Tang memiliki tekstur daun ukuran sedang.
Setelah mengkaji tekstur dan aroma, tibalah waktunya untuk mencoba menyeduh kedua teh tersebut. Saya-pun pergi ke dapur untuk menjerang air panas dalam ceret. Setelah air mendidih, saya menuangkan kedua teh tersebut dalam wadah yang berbeda. Takarannya saya menggunakan 5 jumput teh untuk 200 ml air. Hasilnya?
Warna, setelah kedua teh diseduh air panas dan saya diamkan selama 3 menit, Teh Tjatoet menawarkan warna yang soft alias tidak terlalu coklat, 11-12 lah sama bir bintang. Sedangkan Teh Tang menghasilkan warna yang lebih coklat dari Teh Tjatoet.
Aroma dan Rasa, seduhan Teh Tjatoet menawarkan aroma dan rasa yang mirip dengan teh tawar yang sering disediakan oleh penjual nasi uduk atau lontong sayur, sepet-sepet seger. Sedangkan Teh Tang menawarkan aroma dan rasa yang menjadikan sepet sebagai highlight, tapi ada rasa pahit yang cenderung soft.
Mendapati data tersebut. Saya berpikir bahwa kedua teh ini diciptakan tidak untuk diadu, tetapi memang untuk dicampur alias dioplos apalagi kedua teh ini berasal dari produsen yang sama. Lalu, bagaimana jika kedua teh tersebut dicampur?
Hasil Oplosan Teh Tang x Teh Tjatoet
Aroma yang ditawarkan oleh oplosan Teh Tang x Teh Tjatoet menawarkan wangi maksimal disusul dengan aroma sepet. Saat menghirupnya, saya merasa seperti sedang duduk di bangku angkringan tenda orange. Sedangkan soal rasa, oplosan kedua teh tersebut jika diseduh tanpa gula akan menonjolkan rasa sepet yang lebih dominan disusul pahit yang menghantam lidah.
Jika ditambah dengan gula, oplosan Teh Tang x Teh Tjatoet justru menghasilkan rasa sepet yang ngeblend dengan rasa manis, pahit yang minimalis, dan ada sedikit aftertaste sepet yang tertinggal. Tentunya kita harus hati-hati dalam menakar gula, jika kebanyakan gula maka rasa sepet akan tersamarkan, ingat kita bikin teh bukan sirup rasa teh.
Sayangnya, ketika menikmati teh oplosan tersebut, tidak ada sate usus, nasi kucing, dan bakwan dingin yang kerap menjadi pesanan default ketika saya nongkrong di angkringan.
Jika memang oplosan antara Teh Tang x Teh Tjatoet telah menjadi default bagi kebanyakan angkringan atau hik, setidaknya pemerintah harus tahu bahwa bantuan sosial tak hanya mi instan, minyak goreng, dan ikan sarden. Teh Tang dan Teh Tjatoet semestinya juga menjadi daftar sembako yang recomended untuk diberikan kepada masyarakat khususnya pengabdi angkringan, demi mengobati sakau ngeteh saat PPKM Darurat diberlakukan.
BACA JUGA Teh Gelas vs Teh Bandulan, Mana yang Lebih Unggul? atau tulisan Dhimas Raditya Lustiono lainnya.