Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kuliner

Pengalaman Mencicipi Teh Talua Malimpah, Minuman Khas Bukittinggi yang Dituding Biang Keladi Diabetes

Dessy Liestiyani oleh Dessy Liestiyani
15 Juli 2024
A A
Pengalaman Mencicipi Teh Talua Malimpah, Minuman Khas Bukittinggi yang Dituding Biang Keladi Diabetes

Pengalaman Mencicipi Teh Talua Malimpah, Minuman Khas Bukittinggi yang Dituding Biang Keladi Diabetes (Fakhruddin Arrazzi via Wikimedia Commons)

Share on FacebookShare on Twitter

Teh talua (teh telur) sudah lama ada dan melegenda. Minuman khas Bukittinggi ini sudah tersedia di hampir rumah makan Padang di seluruh Nusantara, bersanding dengan ayam pop, rendang, dan hidangan-hidangan khas Sumatera Barat lainnya. Tapi sayangnya, saya nggak ngeh ada minuman seenak ini di rumah-rumah makan Padang sebelumnya. Duh.

Sekilas tentang teh talua

Saya baru mengenal teh talua sekitar 10 tahun lalu, ketika pertama kali pindah ke Bukittinggi. Hampir di setiap restoran, kedai, atau sekadar gerobak pinggir jalan, minuman khas ini mudah sekali dijumpai.

Walaupun sepertinya menggunakan bahan baku yang sama, yaitu telur, teh, gula, kental manis, serta perasan jeruk nipis atau taburan cokelat bubuk di atasnya, teh talua di setiap tempat ternyata memiliki sensasi rasa yang berbeda-beda. Semua tergantung pada jenis bahan yang digunakan serta bagaimana racikannya.

Umumnya minuman khas Bukittinggi ini memakai telur itik, namun ada juga yang pakai telur ayam kampung. Kalau cara tradisionalnya, kuning telur dan gula dikocok dengan kumpulan batang lidi. Tapi sekarang banyak yang pakai blender. Minuman ini ada juga yang dikasih campuran buah pinang muda atau tapai. Variasi rasanya memang jadi sangat kaya antara satu penjual dan penjual yang lain.

Salah satu penjual teh talua yang cukup terkenal di Bukittinggi adalah teh talua malimpah Bang Ucok. Malimpah berarti melimpah dalam bahasa Indonesia, benar-benar menggambarkan bagaimana tampilannya. Minuman berwarna kuning kecokelatan ini disajikan dengan topping busa yang banyak dan melimpah. Benar-benar tumpah ruah.

Dituduh jadi penyebab diabetes

Saya rasa, penampilannya yang luber begitu bakal sukses membuat orang tertarik untuk mencoba. Tapi ternyata komentar negatiif yang mendominasi di berbagai video yang meliputnya. Melihat tampilannya yang malimpah dan berlumuran susu tersebut, minuman ini langsung kena tunjuk sebagai biang keladi diabetes karena rasanya yang diduga sangat manis.

Sebentar, situ sudah pernah coba belum?

Gini. Minuman ini memang umumnya manis. Walaupun dicampurkan teh pakek (teh kental pekat), hasil akhirnya memang biasanya masih manis. Dan sepertinya, nggak ada standar bagaimana tingkat kemanisan yang seharusnya, tergantung selera si uda yang membuatnya.

Baca Juga:

Pantai Air Manis Padang, Lokasi Legenda Malin Kundang yang Cukup Dikunjungi Sekali Saja

Cerita Orang Jakarta Selatan di Perantauan: Dicap Anak Gaul, padahal Aslinya Biasa Aja

Pengalaman saya beberapa kali mencicipi teh talua, tak jarang teh talua yang saya rasakan hari ini belum tentu semanis yang saya beli kemarin, di kedai yang sama. Sebagai pembeli yang sebenarnya nggak terlalu suka manis, saya suka wanti-wanti, “Da, gula dan susunya sedikit saja.”

Meskipun tentu saja, standar “sedikit” bagi saya dan bagi si uda berbeda. Tapi paling nggak, dari teh talua pesanan saya yang less sugar itu, saya bisa mendapat gambaran bagaimana racikan teh talua si uda jika takarannya normal.

Lalu bagaimana dengan cita rasa teh talua malimpah Bang Ucok? Benarkah tampilannya se-hard core rasanya?

Menjajal teh talua malimpah Bang Ucok Bukittinggi

Rasa penasaran akhirnya membawa saya melangkahkan kaki ke kedai Bang Ucok. Terletak di pinggir jalan kecil, kedai ini terlihat sangat merakyat. Ada gerobak dan meja kayu tempat meracik minuman. Di belakangnya, ada meja-meja dan puluhan kursi plastik tempat duduk pengunjung.

Pada saat saya datang sore itu, kedai ini baru saja buka. Gelas berisi kocokan telur dan gula terlihat berderet di atas meja. Saya segera memesan satu gelas teh talua. Kali ini, sengaja saya nggak meminta untuk dikurangi manisnya. Saya ingin merasakan bagaimana rasa teh talua malimpah Bang Ucok yang sebenarnya.

Tanpa menunggu lama, pesanan saya datang. Secara tampilan memang seperti yang saya lihat di media sosial: melimpah sampai tumpah ke tatakan piringnya. Warna minuman khas Bukittinggi ini pun kuning kecokelatan dan ada taburan cokelat bubuk di atasnya yang banyak sekali.

Kalau orang-orang banyak yang berkomentar mubazir, bagi saya nggak. Saya bisa menyeruput busa yang meleleh-leleh di alas piringnya itu, kok. Kalau ada yang mengeluhkan tangan jadi kotor dan lengket, dah lah, yang komentar sudah pasti nggak pernah coba. Ada sendok kecil dan sedotan panjang, disediakan bersama penyajiannya. Tinggal aduk, seruput. Pegangan gelasnya sendiri bersih, nggak lengket. Kalau mau digeser tinggal pegang saja atau geser alas piringnya. Selesai.

Rasanya tak semanis yang penampakannya yang heboh

Sekarang tinggal mencicipi rasanya. Pertama, saya seruput dulu busa-busa yang melimpah itu. Belum ada rasa. Kemudian saya aduk teh talua itu sampai dirasa sudah benar-benar bercampur.

Pada seruputan pertama, saya bisa merasakan kombinasi rasa teh yang pekat, kental, tapi anehnya, nggak terlalu manis. Saya langsung teringat video liputan di media sosial. Masa sih dengan penggunaan kental manis sebanyak yang ditampilkan itu, hasil manisnya segini saja?

Apakah teh talua yang saya lihat di media sosial itu dibuat hanya untuk kepentingan konten? Atau mungkin pada saat saya mencoba memang kebetulan saja yang membuat pesanan saya adalah orang yang berbeda?

Saya aduk lagi, dan menyeruputnya kembali. Mungkin adukan saya sebelumnya belum sempurna. Seruputan kedua dan selanjutnya, saya bisa merasakan perpaduan rasa khas minuman teh talua yang manis, segar, dan nggak amis sama sekali.

Bedanya dengan teh talua lain yang pernah saya coba, teksturnya jauh lebih kental, buihnya banyak, dan rasa cokelatnya lebih terasa. Enak sekali. Belakangan saya mengetahui bahwa Bang Ucok ini menggunakan Milo, alih-alih cokelat bubuk biasa.

Dan sampai seruput terakhir, minuman khas Bukittinggi ini nggak semanis yang saya bayangkan. Padahal seperti yang saya sampaikan sebelumnya, saya nggak minta less sugar, lho. Dan benak saya sebelumnya sudah terkontaminasi komentar netizen yang menuding minuman ini jadi penyebab diabetes karena merasa manisnya kebangetan.

Tapi bagi saya, teh talua malimpah ini rasa manisnya justru pas. Bahkan beberapa kali saya mencoba teh talua di tempat-tempat lain, banyak yang rasanya jauh lebih manis dari teh talua malimpah ini.

Nggak bakal bikin diabetes asal nggak diminum setiap hari, sih

Dari dulu, cita rasa teh talua yang dipercaya khasiatnya sebagai minuman peningkat stamina ini memang cenderung manis. Kalau merasa bakal diabetes gegara minuman ini, memangnya seberapa sering sih kalian minum teh talua? Nggak tiap hari juga, kan.

Atau kalau kalian kadung gandrung dengan minuman ini tapi merasa waswas bakal berpengaruh ke kadar gula, coba saja minta penjualnya untuk mengurangi manisnya seperti yang saya lakukan. Karena sekalinya kemanisan, minuman khas Bukittinggi ini nggak bisa asal ditambah air putih untuk menetralkan seperti teh manis biasa. Bisa bubar cita rasanya.

Penulis: Dessy Liestiyani
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA 4 Oleh-oleh Bukittinggi yang Bisa Jadi Pilihan Wisatawan.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 15 Juli 2024 oleh

Tags: BukittinggidiabetesKota Bukittinggiminuman khasminuman khas bukittinggisumatera baratsumatra baratteh talua
Dessy Liestiyani

Dessy Liestiyani

Wiraswasta, mantan kru televisi, penikmat musik dan film.

ArtikelTerkait

Dari Jogja Pindah Minang, “Dipaksa” Makan Nasi Padang Tiap Hari (Unsplash)

Nasib Mahasiswa Pertukaran dari Jogja ke Padang ketika Setiap Hari “Dipaksa” Menikmati Sedapnya Nasi Padang

29 Maret 2024
Cukai Gula Nggak Segera Diterapkan, Pemerintah Mau Nunggu Apa? Generasi Diabetes 2030?

Cukai Gula Nggak Segera Diterapkan, Pemerintah Mau Nunggu Apa? Generasi Diabetes 2030?

12 Februari 2024
Melarang Indomaret dan Alfamart Tidak Lantas Bikin UMKM Sumatera Barat Sejahtera

Melarang Indomaret dan Alfamart Tidak Lantas Bikin UMKM Sumatera Barat Sejahtera

28 November 2023
Nasi Kapau vs Nasi Padang Membedah Karakter Konsumen dari Perbedaan Keduanya Terminal Mojok

Nasi Kapau vs Nasi Padang: Membedah Karakter Konsumen dari Perbedaan Keduanya

18 Agustus 2022
Cukai Minuman Berpemanis Ditambah: Kurangi Konsumsi Gula atau Keruk Uang Rakyat?

Cukai Minuman Berpemanis Ditambah: Kurangi Konsumsi Gula atau Keruk Uang Rakyat?

17 Februari 2023
Malapetaka di Balik Promo Jajan Online, Perlu Hati-hati! Mojok.co

Malapetaka di Balik Promo Jajan Online, Perlu Hati-hati!

9 Desember 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

3 Alasan Berkendara di Jalanan Jombang Itu Menyebalkan

3 Alasan Berkendara di Jalanan Jombang Itu Menyebalkan

14 Desember 2025
3 Rekomendasi Brand Es Teh Terbaik yang Harus Kamu Coba! (Pixabay)

3 Rekomendasi Brand Es Teh Terbaik yang Harus Kamu Coba!

18 Desember 2025
Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

16 Desember 2025
Niat Hati Beli Mobil Honda Civic Genio buat Nostalgia, Malah Berujung Sengsara

Kenangan Civic Genio 1992, Mobil Pertama yang Datang di Waktu Tepat, Pergi di Waktu Sulit

15 Desember 2025
Selo, Jalur Favorit Saya untuk Pulang ke Magelang dari Solo Mojok.co

Selo, Jalur Favorit Saya untuk Pulang ke Magelang dari Solo

14 Desember 2025
Lumajang Bikin Sinting. Slow Living? Malah Tambah Pusing (Unsplash)

Lumajang Sangat Tidak Cocok Jadi Tempat Slow Living: Niat Ngilangin Pusing dapatnya Malah Sinting

19 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran
  • UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.