Saya menebak, garangan yang menyakiti Bernadya adalah orang Lamongan, wis, percaya
Kemarin sempet ramai di X, tentang teori konspirasi yang menyatakan kalau yang menyakiti Bernadya adalah Jerome Polin, si paling matematika itu.
Kurang lebih cocokloginya begini, “Kubaca sampai tuntas semua buku yang paling kau suka, mungkin suatu saat kau anggapku cerdas”. Lirik tersebut dihubungkan dengan buku matematika. Kemudian, lirik “11.000 kilometer kutempuh sendirian”. Ini dianggap sebagai jarak ke Jepang, yang mana si Jerome ini kuliah di sana.
Jan, nggak mashok akal. Saya sampai geleng-geleng sama kemampuan netizen ini. Meski tentu saja, netizen lain menampik. Sebab, jarak 11 ribu kilometer ini adalah jarak Indonesia ke Jerman, bukan Jepang.
Meski demikian, sebenarnya, tebak-tebakan ini sudah ada sejak lama. Penyebabnya tentu saja karena Bernadya bisa membuat lirik yang level sedihnya ugal-ugalan itu. Memangnya siapa yang menyakitimu, Ber? Satu Indonesia sampai galau gara-gara dengerin lagumu, lho ini.
Dari sana, sebagai orang yang playlist tetapnya adalah lagu Bernadya, saya juga mencoba ikut tebak-tebakan tersebut. Dan tebakan saya, yang menyakiti Bernadya adalah orang Lamongan. Tenang ini bukan tanpa alasan. Saya punya beberapa argumentasinya.
Daftar Isi
Lirik pakai sabuk pengaman artinya daerahnya jalannya jelek
Iya, mungkin banyak yang mengira kalau salah satu penggalan lirik di lagu “Satu Bulan”, “Yang s’lalu ingatkan untuk pakai sabuk pengamanmu” adalah bentuk perhatian karena si cowok mau taat peraturan.
Hey, memangnya orang taat peraturan mana yang suka nyakitin? Kalau taat peraturan, setidaknya nggak bakal mblenjani, Mas. Dasar garangan.
Karena itu, saya merasa lirik yang mengingatkan pakai sabuk pengaman itu ditujukan karena jalan yang akan dilalui itu bergeronjal. Nah, ini adalah clue pertama. Si Cowok tinggal di daerah yang jalannya jelek. Dan di Lamongan, hampir semua jalan tidak ada yang mulus. Oke, cocok.
“Ah, kan jalan jelek bukan cuma di Lamongan?” Betul. Itu baru clue pertama. Lanjut clue kedua.
Bernadya menjalin LDR
Selanjutnya masih di lagu “Satu Bulan”. Kurang lebih ada lirik begini, “Sudah ada kah yang gantikanku? Yang kau antar jemput setiap Sabtu?” Pertanyaannya adalah, kenapa hari Sabtu saja ketemunya?
Kerja? Kuliah? Ikut wajib militer? Tentu saja tidak. Alasan paling masuk akal adalah karena LDR. Dan kalau masih bisa ketemu tiap hari Sabtu, artinya jarak LDR-nya tidak terlalu jauh, juga tidak terlalu dekat.
FYI aja, Bernadya ini sebelum pindah mengejar kariernya di Jakarta, ia tinggal di Surabaya. Jarak Surabaya dan Lamongan ini nggak terlalu jauh dan nggak terlalu dekat untuk ketemu seminggu sekali. Cocok, bukan?
Baca halaman selanjutnya
Baju hitam di Lamongan itu cukup menjamur
Lanjut clue ketiga, “Baju hitamku tak pernah kusentuh lagi sejak hari itu. Kau bilang warna gelap membosankan”. Iya, salah satu penggalan lirik di lagu “Kata Mereka Ini Berlebihan”, yang cukup popular ini adalah clue selanjutnya.
Buat yang belum tahu, di Lamongan, pemakai baju hitam ini sudah sangat jamak. Saya tidak paham demikian. Tapi jumlahnya memang cukup menjamur. Kalau ada sekumpulan orang, 85% pasti pakai baju hitam.
Amati saja konser koplo, mas-mas pengguna knalpot brong, bapak-bapak penggemar sound horeg, pemuda pencak silat, anak punk, dan beragam komunitas lainnya, mereka suka sekali pakai baju hitam.
Dari sana tentu saja cowok yang menyakiti Bernadya ini bosan kalau pacarnya juga memakai baju hitam. Ia perlu variasi visual. Itu cukup logis. Ibaratny, sudah hampir tiap hari makan ayam, tentu besoknya pengin coba menu yang lain, kan?
Lantas apakah orang Lamongan suka nyakitin? Sampai ada penggalan lirik, “Masih jauh dari sembuh. Sudah gila meski tak separah itu”.
Sebenarnya tergantung. Nggak semuanya suka nyakitin. Kadang malah orang Lamongan yang jadi korban. Misal, para nelayan yang tak pernah dikasih solusi akan harga ikan yang begini-begini saja oleh pemerintah, tsahhh.
Intinya tebakan saya, yang menyakiti Bernadya adalah orang Lamongan. Tolong, disebarkan, ya! Dan untuk Bernadya, ditunggu klarifikasinya! Dan untuk mas-mas garangan yang menyakiti Bernadya, mohon untuk kontemplasi diri. Anda yang polah, satu Indonesia yang resah.
Penulis: M. Afiqul Adib
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Meromantisisasi Lamongan Adalah Hal yang Mustahil, Kota Ini Tercipta untuk Dicintai Apa Adanya