Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Tangerang Kini Menjadi Adik Tiri Jakarta Barat yang Semakin Mirip: Mulai dari Budaya, Ekonomi, Hingga Kemacetan

Ayu Lestari Sipayung oleh Ayu Lestari Sipayung
2 Mei 2025
A A
Tangerang dan Jakarta Barat Semakin Mirip, Makin Ribet (Unsplash)

Tangerang dan Jakarta Barat Semakin Mirip, Makin Ribet (Unsplash)

Share on FacebookShare on Twitter

Kalau dulu orang membedakan Tangerang dan Jakarta Barat dari suasana kotanya, sekarang itu hampir mustahil. Dua daerah ini kini makin kembar, kayak kakak-adik yang cuma beda umur satu tahun. 

Bedanya tipis, ribetnya ganda. Saking nempelnya, kadang orang baru sadar sudah masuk Tangerang setelah papan jalan berubah warna.

Tangerang, kota dan kabupaten yang berada di barat Jakarta, dulunya menyandang status “pinggiran”. Sekarang? Ia menjelma menjadi pusat pertumbuhan baru yang bikin Jakarta Barat merasa punya kembaran. Mau cari mall? Ada. Mau cari kawasan bisnis? Ada. Mau cari kemacetan? Wah, itu malah bonus tiap hari.

Artikel ini akan membahas betapa sulitnya memisahkan pertumbuhan Tangerang dan Jakarta Barat. Kita akan melihatnya dari segi ekonomi, transportasi, hingga budaya.

Ekonomi: Dari kawasan elite sampai pasar tradisional, semua numpuk

Pertumbuhan ekonomi Tangerang dan Jakarta Barat itu kayak lomba balap motor, saling menyalip. Jakarta Barat, sebagai bagian dari ibu kota, tentu saja sudah dari dulu punya kawasan komersial elite seperti Puri Indah, Daan Mogot, hingga kawasan Kembangan. 

Tapi Tangerang tak mau kalah. BSD City, Gading Serpong, Alam Sutera, hingga Lippo Karawaci. Semua bermunculan kayak jamur di musim hujan.

Dulu orang kalau mau kerja kantoran ya ke Jakarta Barat. Sekarang? Banyak perusahaan teknologi, startup, dan industri kreatif memilih kantor di Tangerang Selatan atau Gading Serpong. Harga sewa lebih murah, infrastruktur mendukung, dan, yang paling penting, image-nya udah keburu keren.

Belum lagi soal industri. Jakarta Barat punya gudang-gudang dan kawasan industri lama. Nah, Tangerang, terutama Kabupaten-nya, menampung pabrik-pabrik baru dari sektor otomotif, elektronik, hingga tekstil. Kawasan industri besar seperti Jatake, Balaraja, dan Cikupa menjadikannya sebagai tulang punggung logistik untuk mendukung Jakarta.

Baca Juga:

Kerja Dekat Monas Jakarta Nggak Selalu Enak, Akses Mudah tapi Sering Ada Demo yang Bikin Lalu Lintas Kacau

Orang dari Kota Besar Stop Berpikir Pindah ke Purwokerto, Kota Ini Belum Tentu Cocok untuk Kalian

Uniknya, banyak karyawan yang kerjanya di Jakarta Barat tinggalnya di Tangerang. Alasannya sederhana. Harga rumah lebih murah, suasana lingkungan lebih adem, dan cicilan KPR masih manusiawi. Akibatnya, dua daerah ini punya hubungan ekonomi yang makin lengket kayak permen karet di sepatu.

Mall-mall juga tumbuh subur di 2 daerah ini. Kalau dulu Grand Indonesia dan Central Park jadi primadona warga Tangerang, sekarang ada AEON BSD, Summarecon Mall Serpong, hingga IKEA Alam Sutera yang sukses menarik belanjaan dan dompet warga Jakarta Barat.

Transportasi dan Budaya: Tangerang dan Jakarta Barat ibaratnya saling menempel dan macet

Kalau mau melihat seberapa “kembar” dan “ribet”-nya hubungan Tangerang dan Jakarta Barat, cukup lihat transportasinya. Tiap pagi dan sore, jalanan di sana selalu padat, lambat, dan penuh drama. Tol Jakarta-Tangerang, jalan arteri Daan Mogot, hingga jalur Cisauk, semua penuh manusia.

KRL Commuter Line jalur Tanah Abang-Serpong, atau Serpong-Maja, makin sesak. Kalau dulu yang naik KRL didominasi orang-orang Tangerang Selatan ke Jakarta, sekarang warga Jakarta Barat pun sering menyusup buat menghindari kemacetan tol. Ironi modern: tinggal di ibu kota, kerja di pinggiran.

Ada juga TransJakarta yang memperluas trayek hingga masuk ke Tangerang Selatan dan sekitarnya. Sayangnya, perluasan ini nggak serta-merta mengurangi macet. Buktinya, jalanan dari Grogol ke Karawaci tetap aja bikin ngelus dada tiap Senin pagi.

Budaya urban di 2 daerah ini pun makin nggak bisa dibedakan. Dulu Jakarta Barat terkenal sebagai basis warga Tionghoa dengan budaya pecinan yang kental. Sekarang, Tangerang, terutama di kawasan seperti Karawaci dan Gading Serpong, punya vibes yang mirip: banyak perumahan elite, banyak kafe, banyak bubble tea.

Gaya hidup milenial dan Gen Z yang nongkrong di coffee shop fancy, work from cafe, hingga hunting street food malam hari sudah menjadi keseharian. Bahkan makanan khasnya pun udah silang budaya. 

Jakarta Barat punya kerak telor dan soto Betawi, Tangerang punya laksa dan sate bandeng. Tapi di mall-mall modern, semua makanan itu disajikan dalam satu food court. Jadi, kadang lupa lagi makan di mana.

Bahkan, event-event budaya dan konser musik sering digelar silang antara Jakarta Barat dan Tangerang. Misalnya, konser besar bisa digelar di ICE BSD, tapi pengunjungnya didominasi anak-anak Jakarta Barat yang bawa motor atau mobil sendiri lewat tol yang macetnya tiada ampun.

Masa Depan: Apakah Tangerang dan Jakarta Barat akan menyatu atau tetap berbagi?

Kalau melihat tren ini, bukan tidak mungkin dalam 10 sampai 20 tahun ke depan, Tangerang dan Jakarta Barat akan terasa kayak satu megapolitan yang seamless. Udah kayak Jakarta–Bekasi atau Jakarta–Depok, tapi versi barat. Banyak rencana infrastruktur seperti MRT Barat dan perluasan LRT Jabodebek yang mengincar konektivitas kedua daerah ini.

Tangerang, terutama Tangsel, kini sudah jadi “Jakarta Selatan 2.0” bagi banyak orang. Mall ada, perkantoran banyak, apartemen mewah menjamur. Sementara Jakarta Barat berusaha menata ulang kawasan-kawasan lama dengan membangun superblock dan gedung pencakar langit baru.

Tapi ya, konsekuensinya, kemacetan, polusi, dan biaya hidup juga ikut naik. Banyak warga lama yang merasa “kehilangan” suasana asli mereka. Perumahan sederhana perlahan tergeser oleh apartemen tinggi, pasar tradisional kalah pamor sama mall-mall baru yang ber-AC.

Bahkan, urusan administrasi pun kadang bikin bingung. Ada kompleks yang plangnya “Jakarta Barat”, tapi alamat resminya “Tangerang”. Ada jalan tol yang setengahnya masuk Jakarta, setengahnya lagi udah masuk Tangerang. Sungguh, kembar yang penuh drama.

Pada akhirnya, Tangerang dan Jakbar adalah contoh nyata betapa batas wilayah administratif nggak lagi relevan kalau sudah bicara soal urbanisasi modern. Dua daerah ini sudah terlalu erat, terlalu saling bergantung. Mau macet bareng, belanja bareng, bahkan galau bareng.

Jadi, kalau kamu merasa makin sulit membedakan apakah lagi di Tangerang atau Jakarta Barat, tenang saja. Kamu nggak sendirian. Kita semua sudah terjebak di labirin megapolitan yang makin kembar, makin ribet, tapi ya tetap kita cintai—dengan segenap rasa sabar dan doa supaya besok macetnya nggak separah hari ini.

Penulis: Ayu Lestari Sipayung

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Kerasnya Grogol Jakarta Barat, Perantau Jogja Tinggal di Kos Kumuh dan Andalkan Makanan Kadaluarsa buat Bertahan Hidup

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 2 Mei 2025 oleh

Tags: cisaukdaan mogotICE BSDJakartaJakarta Baratjakarta pusatJakarta TimurKabupaten Tangerangtangerangtengerang selatan
Ayu Lestari Sipayung

Ayu Lestari Sipayung

Menulis adalah hobi.

ArtikelTerkait

Kota Tua Jakarta: Telah Direvitalisasi, Kini Kembali ke Setelan Pabrik

Kota Tua Jakarta: Telah Direvitalisasi, Kini Kembali ke Setelan Pabrik

9 September 2024
Pekerja Tanpa Skill Terjebak Pinjol di Tangerang demi Bayar Calo (Unsplash)

Rela Pinjol demi Bayar Yayasan Penyalur Kerja di Tangerang. Sial, Kerjanya Cuma Sebulan

17 April 2024
Tim Mendang-Mending_ Surabaya-Jakarta PP Mending Naik Bus Atau Kereta Api_ terminal mojok

Tim Mendang-Mending: Surabaya-Jakarta PP Mending Naik Bus Atau Kereta Api?

6 Oktober 2021
Ciputat Timur, Tempat Tinggal Terbaik bagi Pekerja Rantau Jakarta yang Memilih Hidup Pas-pasan

Ciputat Timur, Tempat Tinggal Terbaik bagi Pekerja Rantau Jakarta yang Memilih Hidup Pas-pasan

15 April 2024
7 Rekomendasi Kuliner Maknyus di Kawasan BSD, Harganya Nggak Lebih dari 30 Ribu

7 Rekomendasi Kuliner Maknyus di Kawasan BSD, Harganya Nggak Lebih dari 30 Ribu

4 November 2023
Jalan TB Simatupang Layak Mendapat Predikat Jalan Paling Memuakkan di Jakarta

Jalan TB Simatupang Layak Mendapat Predikat Jalan Paling Memuakkan di Jakarta

18 Oktober 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

18 Desember 2025
Air Terjun Tumpak Sewu Lumajang, Tempat Terbaik bagi Saya Menghilangkan Kesedihan

4 Aturan Tak Tertulis agar Liburan di Lumajang Menjadi Bahagia

17 Desember 2025
Dosen Bukan Dewa, tapi Cuma di Indonesia Mereka Disembah

4 Hal yang Perlu Kalian Ketahui Sebelum Bercita-cita Menjadi Dosen (dan Menyesal)

17 Desember 2025
Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

15 Desember 2025
4 Rekomendasi Film India Penuh Plot Twist Sambil Nunggu 3 Idiots 2 Tayang

4 Rekomendasi Film India Penuh Plot Twist Sambil Nunggu 3 Idiots 2 Tayang

18 Desember 2025
3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

16 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik
  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.