Saya pernah mengatakan bahwa Bangkalan Madura sudah saatnya pindah pusat kabupaten. Nah, saya juga menyarankan, Kecamatan Tanah Merah merupakan opsi paling masuk akal jika ide ini akan dilaksanakan. Sebab kecamatan ini sangat strategis. Dibandingkan dengan kecamatan lain, Tanah Merah adalah area dengan paket komplit.
Ah, tapi sayang seribu sayang. Apa yang saya sempat impikan itu, yang terjadi malah sebaliknya. Maksud saya bukan gagal, melainkan Tanah Merah malah makin nggak diperhatikan. Saat ini, wilayahnya jadi kecamatan paling problematik di Bangkalan Madura. Saya sebagai warganya saja sampai bingung, selain masalah yang tak kunjung selesai, kecamatan ini punya apa sih?
Pasar Tanah Merah jadi pasar penuh masalah
Di Bangkalan Madura agaknya tidak ada pasar yang lebih problematik dari pasar Tanah Merah. Asal kalian tahu, di pasar ini sudah dibangun sebuah gedung seharga 25 miliar sejak 2019. Tapi sampai sekarang, gedung tersebut belum juga bisa digunakan. Padahal, pembangunannya sudah lama rampung. Jika terus dibiarkan, keburu jadi pasar hantu nanti, Pak/Bu!
Lagi, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bangkalan Madura pun kerjanya cuma bisa omdo saja pada warga Tanah Merah. Alias, OMONG DOANG! Ya, sudah berkali-kali mereka mengatakan akan segera digunakan di bulan depan, eh ini sampai sekarang belum juga bisa dipakai.
Hmmm, pasar yang awalnya akan jadi kebanggaan warga Tanah Merah Bangkalan ini, kini cuma jadi pajangan.
Jalan rusak di mana-mana
Saat ini, di Bangkalan Madura ramai orang berterima kasih pada Pemkab. Alasannya, banyak jalanan di desa mereka yang rusak bertahun-tahun, kini sudah diperbaiki. Haduh, kasian sekali. Saking jarangnya pemerintah kabupaten ini memperbaiki jalan di desa-desa, jalan yang diperbaiki sampai jadi prestasi. Padahal, itu kan emang kewajiban pemerintah Bangkalan!
Tapi, saya tak mau membahas daerah lain. Saya mau bahas kecamatan saya, Tanah Merah Bangkalan, yang cuma sebagian kecil saja yang diperbaiki. Di kecamatan ini, tetap lebih banyak jalanan yang rusak dan itu sudah lama, bahkan ada yang sampai harus diperbaiki secara swadaya oleh masyarakat.
Misalnya, jalan ke utara Muni yang menghubungkan Tanah Merah dan Geger. Hancur, Gaes! Padahal ini jalan utama jika kalian ingin berwisata ke Bukit Geger, dataran tertinggi di Pulau Madura.
Lalu, jalan di Tanah Merah Laok yang terhubung ke Kwanyar, rusak parah. Berbatu, berlubang, juga berlumpur kalau hujan. Terakhir, jalan ke utara Marjumi yang menuju rumah saya sendiri, saking jenuhnya masyarakat nunggu pemerintah, warganya sampai patungan untuk memperbaikinya. Ya, meski hanya sebagian!
Miris sekali menjadi warga Tanah Merah di kabupaten ini.
Jadi salah satu kecamatan sarang begal
Wahai warga Tanah Merah Bangkalan, tidak perlu kita mungkiri bahwa kecamatan kita ini bisa dibilang adalah salah satu sarang begal di Bangakalan Madura. Buktinya, beberapa kali kasus pencurian motor, bahkan mobil, terdeteksinya ya di kecamatan ini. Kasus kurir di Surabaya yang motornya hilang beberapa bulan lalu, GPS-nya menunjukkan di salah satu desa di Tanah Merah.
Makanya, kita tidak perlu menipu diri, memang banyak begal berkeliaran di kecamatan ini.Â
Tapi, mengakui bukan berarti kita harus memaklumi. Problem ini, ya jelas saja salah pemerintah Bangkalan Madura. Pemerintah gagal memberikan akses pendidikan berkualitas bagi warga Tanah Merah. Bukan cuma pendidikan moral, tapi juga keterampilan sehingga mereka bisa cari penghasilan yang halal.
Ah, susah! Pokoknya kalau ngomongin Tanah Merah Bangkalan isinya cuma masalah. Nggak ada yang bisa dibanggakan. Ya, sebetulnya ini bukan Tanah Merah saja sepertinya. Semua kecamatan di Bangkalan Madura saya yakin tidak jauh berbeda. Tapi tetap saja, Tanah Merah yang paling parah! Hadeh.
Penulis: Abdur Rohman
Editor: Rizky Prasetya
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















