Tukang Bubur Motor, Satu-satunya Hal Baik yang Bisa Dibanggakan dari Tambun Selatan

Tukang Bubur Motor, Satu-satunya Hal Baik yang Bisa Dibanggakan dari Tambun Selatan Mojok.co

Tukang Bubur Motor, Satu-satunya Hal Baik yang Bisa Dibanggakan dari Tambun Selatan (unsplash.com)

Warga Jabodetabek pasti sudah tidak asing dengan tukang bubur yang berjualan menggunakan sepeda motor. Hampir setiap hari kita bisa melihat gerobak bubuk yang di bagian belakang motornya terpasang kota berwarna silver. Nah, mayoritas tukang bubur motor itu berasal dari Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat

Saya benar-benar bangga dengan para tukang bubur itu. Setidaknya ada hal positif yang bisa diceritakan dari Tambun Selatan, tanah kelahiran saya. 

Kampung tukang bubur motor di Tambun 

Bubur di Indonesia ada banyak sekali jenisnya. Bubur ayam saja bermacam-macam asalnya. Ada yang dari Tegal, Cirebon, atau Cianjur. Kalau bubur Tambun ini saya nggak tahu masuk ke klasifikasi daerah mana. Pasalnya, kata “Tambun” di bubur Tambun itu mengarah ke cara berjualannya yang menggunakan gerobak dan sepeda motor. Bukan spesifikasi makanannya.

Secara umum, bubur Tambun adalah bubur ayam. Isinya cukup umum. Selain ayam, ada seledri, daun bawang, kacang, cakwe. Kalau dari beberapa informasi yang saya terima sih katanya bubur semacam ini lebih mengarah kepada bubur Cina atau bubur Bandung. Tapi, para pedagang juga nggak berfokus ke hal itu sih. Kalau misal ada tulisan di gerobaknya pun cuma tulisan “bubur ayam”.

Rumah saya lumayan dekat dari perkampungan tukang bubur itu. Iya, benar ada beberapa perkampungan di Tambun yang mayoritas warganya bekerja sebagai tukang bubur motor. Itu kenapa Tambun Selatan begitu identik dengan tukang bubur motor. 

Tetap mangkal meski punya kendaraan

Para tukang bubur menggunakan sepeda motor untuk berjualan. Itu mengapa, mereka memungkinkan berjualan secara keliling. Tapi, beberapa dari mereka juga berhenti di satu titik tempat cukup lama kok alias mangkal. Dan, tempat mangkalnya sama dari hari ke hari. Sejauh yang pernah saya temukan, mereka bisa berdagang sampai ke Ciputat, Tangerang Selatan. Kalau dari Tambun, itu jaraknya sekitar 50 kilometer.

Dulu, waktu saya masih sekolah, saya sering melihat para tukang bubur motor ini berangkat dari Tambun Selatan. Mereka berangkat secara bersamaan. Kalau dilihat-lihat, memang seperti konvoi geng motor. Memang geng motor ding, motor bubur.

Anehnya, di Tambun saya malah jarang melihat tukang bubur ayam motor berjualan. Kami warga Tambun justru lebih familiar dengan tukang bubur gerobakan. Saya sendiri lebih sering makan bubur Tambun di Jakarta. Unik memang, tapi saya pikir itu wajar-wajar saja. Sebab, para tukang bubur motor itu hanya memaksimalkan fasilitas kendaraan yang ada.

Nggak semua bubur Tambun Selatan rasanya sama dan enak

Mungkin ini soal selera. Maksud saya bukan nggak enak, tapi nggak semua rasanya sama. Yang namanya masakan, mau sepresisi apapun resep yang digunakan, tangan yang masak tetaplah punya pengaruh besar. Bahkan, sesimpel mie instan atau telur ceplok. Apalagi bubur yang komponennya begitu rumit.

Saran saya, kalau sudah punya langganan tukang bubur Tambun, belilah bubur di situ saja. Kalau memang mau coba untuk pindah pedagang, tapi risiko tanggung sendiri. Biasanya, rasanya berbeda atau nggak seenak langganan kalian. 

Saran lain, kalian harus selalu bersiap tukang bubur motor langganan pergi begitu saja. Ini pengalaman nyata yang dialami beberapa teman saya. Tukang bubur Tambun Selatan yang berdagang dan mangkal di suatu tempat bisa tiba-tiba menghilang. Entah mereka pindah ke mana, sulit sekali dilacak keberadaannya.  

Penulis: Muhammad Fariz Akbar
Editor: Kenia Intan

BACA JUGA 3 Varian Rasa Indomie yang Bikin Saya Menyesal Telah Mencicipinya karena Bikin Ketagihan, Eh Malah Sekarang Langka di Pasaran.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version