Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Tambang Emas Tumpang Pitu, Mimpi Buruk yang akan Menghantui Warga Banyuwangi di Masa Depan

Rino Andreanto oleh Rino Andreanto
18 Desember 2023
A A
Tambang Emas Tumpang Pitu, Mimpi Buruk yang akan Membayangi Warga Banyuwangi di Masa Depan Mojok.co

Tambang Emas Tumpang Pitu, Mimpi Buruk yang akan Membayangi Warga Banyuwangi di Masa Depan (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Alih-alih membawa kemakmuran, tambang emas Tumpang Pitu di Banyuwangi malah diperkirakan akan menjadi mimpi buruk bagi warga sekitar. Proyek tambang emas ini sebenarnya sudah banyak menuai penolakan dari masyarakat. Namun, proyek penambangan masih tetap berlanjut. 

Tambang emas Tumpang Pitu pertama kali ditemukan pada 1997 oleh PT Aneka Tambang (Antam). Gunung yang terletak di sisi selatan Banyuwangi itu kemudian berganti kepemilikan ke PT Bumi Suksesindo (BSI), anak perusahaan PT Merdeka Copper Gold Tbk. Bertahun-tahun ditambang, Tumpang Pitu kian memprihatinkan. 

Bagaimana tidak memprihatinkan kalau masalah lingkungan yang timbul akibat aktivitas penambangan semakin banyak. Sekitar 8 tahun lalu, sungai di sekitar kawasan Tumpang Pitu dipenuhi banjir lumpur. Bahkan, banjirnya mampu mematahkan jembatan peninggalan penjajahan Belanda yang terkenal kokoh. Petani pun terkena getahnya, sawahnya jadi terkena lumpur. Warga kekurangan air bersih karena sumber air terkena lumpur. 

Itu hanya secuil dampak yang tersorot media. Di balik itu, masih banyak kerugian lain yang dialami masyarakat akibat keserakahan mengeruk Tumpang Pitu. Bukan tidak mungkin dampak ke depan akan lebih buruk daripada kejadian 8 tahun silam. Mengingat, Tumpang Pitu kini sudah diperas habis-habisan. 

Tumpang Pitu bakal menjadi beban

Padahal sebelum kawasan ini dieksplorasi, Gunung Tumpang Pitu dan sekitarnya merupakan area yang sangat vital bagi masyarakat. Bagi nelayan yang bermukim di Kecamatan Siliragung (sekitar Tumpang Pitu), Gunung Tumpang Pitu merupakan salah satu tetenger arah bagi mereka ketika berlayar.

Tak hanya itu, Gunung Tumpang Pitu yang dulunya masih berstatus hutan lindung merupakan rumah bagi aneka ragam hewan dan tumbuhan. Beberapa sumber mata air yang ada di sana banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari. Benar-benar banyak makhluk hidup menggantungkan hidup pada keberadaan gunung yang satu ini. 

Kini boro-boro menggantungkan hidup ke Tumpang pitu, kawasan ini justru diprediksi akan menjadi mimpi buruk bagi warga Banyuwangi di masa mendatang. Saya rasa perkiraan itu tidak berlebihan. Eksplorasi yang tidak memperhitungkan dampak lingkungan memungkinkan banjir lumpur kembali terjadi. Limbah yang tidak dikelola bisa mencemari ikan-ikan di laut. Hutan yang gundul dan tanah yang rusak menyulitkan warga mencari air bersih. 

Ujung-ujungnya, warga sekitarlah yang kerepotan. Bahkan, bukan tidak mungkin semakin banyak yang menjadi pengangguran karena pekerjaan mereka yang bergantung pada alam sekitar kian rusak. 

Baca Juga:

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi: Menolong Ribuan Perantau, tapi Menyengsarakan Warga Sendiri

Warga perlu bergerak

Beberapa warga yang menyadari hal ini sempat melakukan unjuk rasa pada 2015 silam. Namun, upaya mereka berakhir dengan tembakan peluru karet oleh aparat. Tak sampai di situ, beberapa upaya kriminalisasi dari pemerintah sudah banyak memakan korban. Salah satunya, yang tak asing di telinga warga Banyuwangi adalah Heri Budiawan atau lebih dikenal Budi Pego. 

Pada 2018, Mahkamah Agung menjatuhi hukuman 4 tahun masa kurungan pada Budi. Budi dianggap menyebarkan paham komunisme dengan membentangkan bendera palu arit ketika unjuk rasa. Anehnya, saat persidangan, bendera palu arit yang seharusnya menjadi barang bukti justru tak pernah nampak sama sekali.

Kegigihan mereka yang mencoba mempertahankan Tumpang Pitu patut diapresiasi. Sayangnya, kini tak banyak anak muda di Banyuwangi peduli terhadap masalah ini. Terlebih mereka yang berada di luar Kecamatan Siliragung dan sekitarnya. Masalah ini seperti angin lalu saja, padahal mimpi buruk Tumpang Pitu di masa mendatang juga bisa berdampak pada mereka. 

Penulis: Rino Andreanto
Editor: Kenia Intan

BACA JUGA Gunung Tumpang Pitu Banyuwangi Dikuras demi Emas: Apa Artinya Kemajuan Ekonomi Jika Alam Hancur Lebur?

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 18 Desember 2023 oleh

Tags: Banyuwangitamabng emas tumpang pitutambang emastumpang pitu
Rino Andreanto

Rino Andreanto

Alumni pondok pesantren yang lahir di Banyuwangi. Hobi membaca, menulis, dan hal-hal berbau komedi.

ArtikelTerkait

4 Rekomendasi Tempat Makan di Sekitar Jalan MH Thamrin Banyuwangi yang Siap Menggoyang Lidah

4 Rekomendasi Tempat Makan di Sekitar Jalan MH Thamrin Banyuwangi yang Siap Menggoyang Lidah

12 Agustus 2023
3 Tempat Wisata di Banyuwangi yang Indah, namun Memiliki Sejarah Kelam

3 Tempat Wisata di Banyuwangi yang Indah, namun Memiliki Sejarah Kelam

21 Oktober 2023
Sudah Saatnya Membangun Jalan Tol Hutan dari Situbondo Sampai Jember (Unsplash)

Sudah Saatnya Membangun Jalan Tol Hutan dari Situbondo Sampai Jember

17 April 2023
Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

25 Desember 2025
Pengalaman 12 Jam Naik Kereta Sri Tanjung Solo-Banyuwangi: Naik Sendiri, Turun Punya Keluarga Baru Mojok.co

Pengalaman 12 Jam Naik Kereta Sri Tanjung Solo-Banyuwangi: Naik Sendiri, Turun Punya Keluarga Baru 

7 Juni 2025
Menebak Alasan Mitos Santet Tumbuh Subur di Banyuwangi

Menebak Alasan Mitos Santet Tumbuh Subur di Banyuwangi

24 September 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

22 Desember 2025
Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi (Unsplash)

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi: Menolong Ribuan Perantau, tapi Menyengsarakan Warga Sendiri

22 Desember 2025
Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

22 Desember 2025
Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

24 Desember 2025
Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

23 Desember 2025
Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

24 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.