Takut Kepencet Like Twitter? Ada 5 Cara Mengatasinya

Takut Kepencet Like Twitter Ada 5 Cara Mengatasinya Terminal Mojok

Di Twitter beberapa hari belakangan ramai tagar yang menyudutkan akun Fadli Zon. Disinyalir, akun dirinya itu (((nggak sengaja))) memencet tombol like di akun yang berisi konten-konten dewasa. Dalam waktu kurang dari semalam, kejadian ini tentu saja langsung membuat ramai dunia maya, apalagi buzzer yang tidak suka sama si Fadli. Wqwqwq.

Sebagaimana netizen pada umumnya, banyak yang punya pendapat akan hal ini, baik yang pro atau kontra. Ada yang menganggap nge-like akun esek-esek adalah hal lumrah, karena yang bersangkutan juga seorang manusia. Tapi, ada yang bilang itu adalah sebuah kemunafikan lantaran beliau pernah berbicara soal pornografi dan terlihat anti. Makanya, banyak yang kesal dan menghujat blio. Sungguh kasihan. Kasihan, oh kasihan.

Terlepas dari perkara kasus yang sedang menyandung Fadli Zon, sebenarnya nggak sengaja memencet tombol like akun esek-esek adalah hal yang cukup umum. Kenapa saya katakan begitu? Sebab, banyak yang berkomentar lucu atas kejadian tersebut, dan juga pernah merasakan hal yang serupa. Malah banyak yang memberi saran pula. Berkat komentar-komentar netizen tersebut, saya berhasil merangkum tips untuk menghindari ketidaksengajaan memencet tombol like di akun esek-esek. Inilah tipsnya yang tipis-tipis~

#1 Gunakan tangan kiri untuk scrolling

Saran yang paling banyak ditemukan, paling dasar, dan paling mudah adalah dengan menggunakan tangan kiri saat sedang melihat lini masa. Memang sih, menggunakan tangan kanan itu yang paling enak saat sedang melihat lini masa Twitter, tapi sayangnya itulah penyebab paling banyak “ketidaksengajaan” memencet tombol like. 

Kalau menggunakan tangan kiri, justru meminimalkan risiko tersebut. Walaupun nggak sengaja kepencet, paling hanya tombol reply saja, bukan like. Memang agak nggak enak pakai tangan kiri, tapi cukup setimpal untuk menghindari hal-hal yang diinginkan. Lagi pula tangan kanannya kan bisa sambil… Sambil apa hayooo?

#2 Buat second account

Kalau mau lebih leluasa, buatlah akun kedua. Semata-mata agar lebih enak bermain medsos loh, ya. Kalau menggunakan akun utama, biasanya isinya penuh dengan orang-orang dekat yang ada di dunia nyata juga, jadi harus tetap jaga image untuk menghindari hal-hal yang kurang mengenakkan.

Punya akun kedua adalah solusi dari itu. Kita bisa bebas berseliweran di medsos, khususnya Twitter, tanpa khawatir aktivitas kita dilihat oleh orang yang dikenal. Kita bebas ngapain saja, mencuit apa pun, bahkan bebas untuk memencet tombol like apa pun. Termasuk like akun yang “anu-anu”. Wqwqwq~

#3 Gembok akun

Baik di Twitter atau media sosial lainnya, kini sudah ada fitur untuk menggembok akun. Fitur tersebut membatasi akun kita agar nggak bisa dilihat oleh orang-orang yang nggak follow, jadi mereka harus follow terlebih dahulu agar bisa melihat aktivitas media sosial kita. Sebuah fitur yang cocok untuk sebuah “ketidaksengajaan” kan?

Memang sih, yang sudah follow akun tetap bisa melihat gerak-gerik di medsos, tapi setidaknya meminimalkan risiko. Lagi-lagi, itu yang penting. Makanya, hati-hati juga dalam mengizinkan orang untuk follow, jika mau menggunakan fitur tersebut. Filter ada di tanganmu sendiri, Bor. Memang sedikit susah sih, tapi namanya usaha nggak ada yang gampang.

#4 Salahkan admin kalau sudah telanjur ketahuan khalayak umum

Cara ini hanya bisa dilakukan oleh akun orang-orang terkenal loh, ya. Kok gitu? Biasanya, orang-orang terkenal dengan jumlah follower yang banyak akan merekrut admin untuk mengelola media sosial miliknya, dan biasanya adminnya nggak cuma satu orang.

Jadi, terkadang kesalahan ada bukan karena pemilik akun asli, melainkan kelalaian dari admin media sosial. Itu pun kalau memang benar-benar salah adminnya. Hahaha. Kalau menggunakan cara ini, kesannya memang sangat cuci tangan sekali. Ya gimana nggak cuci tangan, wong ada “kambing” yang dihitamkan.

Dari banyaknya saran yang diberikan netizen, sebagian besar yang saya rangkum kebanyakan adalah empat di atas. Bahasanya atau cara penyampaian mungkin berbeda-beda setiap orang, tapi tetap saja maksudnya yang saya tangkap hampir mirip tipis-tipis. Wah, sebagai orang Indonesia yang sering kali mengambil hikmah, kejadian macam ini ternyata justru memberikan tips baru yang bisa saya sampaikan kepada kisanak sekalian. Gimana, ada yang mau praktik langsung?

BACA JUGA Mengenal Kalimat-kalimat Template dalam Obrolan Julid dan artikel Nasrulloh Alif Suherman lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform Use Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version