Lebih parah lagi karena ada proyek pembangunan frontage di sepanjang jalanan Gedangan. Ini menjadi hal yang membahagiakan sekaligus menyedihkan bagi saya sebagai akamsi.
Pembangunan frontage besar-besaran yang direncakan bakal rampung di awal April nanti membuat kendaraan besar semakin masif turun ke jalanan. Praktis, ruas jalan Gedangan yang lebarnya agak nanggung itu memaksa pengguna jalan, utamanya yang membawa kendaraan, harus legowo dan mengelus dada karena di banyak titik harus terhalang oleh barrier perbaikan jalan.
Oke, sebagai pengendara, saya harus bisa memaklumi. Sebab, jika pembangunan frontage rampung, saya juga yang akan menikmati hasilnya.
Banyak pengendara yang ugal-ugalan di perempatan Gedangan Sidoarjo
Saya menyadari bahwa nggak semua pengendara menggunakan akal warasnya saat melewati perempatan Gedangan Sidoarjo. Getem-getem rasanya melihat pengendara yang tampak melewati frontage setengah jadi dan sama sekali belum diresmikan.
Meski sebenarnya lampu lalu lintas sudah terpasang, lampu lalu lintas itu kan belum berfungsi karena memang frontage belum benar-benar jadi dan diresmikan. Makanya perempatan Gedangan yang sirkulasi kendaraannya sudah amburadul itu makin ruwet.
Belum lagi banyak pengendara yang hobinya menerobos lampu merah utama perempatan Gedangan Sidoarjo. Coba kalian bayangkan, saat truk-truk kontainer dan trailer berusaha keluar perempatan Gedangan dari kawasan perindustrian, mereka harus berhenti dadakan gara-gara pengendara motor dan mobil yang seenaknya menerobos lampu merah.
Kalau sudah gitu, nggak cuma truk-truk itu yang terdampak, pengendara yang berada di belakang truk ikut kena getahnya. Maju kena, mundur kena. Mau jalan terhalang truk, mau mundur terhalang mobil dan angkutan umum, padahal kan kami sedang terburu-buru berangkat kerja atau sekolah. Oh, indahnya dunia.
Durasi lampu merah di perempatan Gedangan bisa disambi nyeruput kopi di warkop
Selain ruwetnya kondisi jalan dan banyaknya pengendara yang ugal-ugalan, durasi lampu merah di perempatan Gedangan Sidoarjo juga bikin pengendara kayak saya harus banyak-banyak bersabar. Bahkan bukan nggak mungkin kami mampir ke warkop untuk menyeruput kopi sembari menunggu detik demi detik pergantian lampu merah ke lampu hijau.
Sudah biasa rasanya melihat wajah pengendara yang lewat sana ketar-ketir akan terlambat berangkat kerja atau sekolah. Meski begitu, saya berusaha untuk berhusnuzan bahwa durasi lampu merah di perempatan ini memang sengaja diatur biar pengendara mobil dan motor nggak terburu-buru dalam berkendara sehingga mengurangi angka kecelakaan lalu lintas. Siapa tahu, kan?
Husnuzan hanya sebatas cara bagaimana agar tetap waras saat berada di perempatan Gedangan Sidoarjo. Bagi saya, perempatan Gedangan ini jelas ramashok bagi pengguna jalan yang sedang terburu-buru dan nggak memiliki skill sabar level dewa. Sebab, jika kita terburu-buru dan memaksakan diri melintasi perempatan Gedangan Sidoarjo ini, tiada cara lain selain sabar, tabah, dan berhusnuzan.
Penulis: Ade Vika Nanda Yuniwan
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Sidoarjo Ramah untuk Pebisnis, tapi Tidak Ramah untuk Perantau.