Saya tidak dilahirkan di Surabaya, tapi bapak asli tulen dari sini. Saat akhirnya kami pindah dari Palembang ke Surabaya, barulah saya paham betapa spesialnya kota ini.
Kalau mendengar nama Surabaya, apa yang terbersit di pikiran kalian? Patung Suro dan Boyo yang gagah? Lokalisasi Dolly yang sudah tutup permanen? Tunjungan Plaza yang na’uzubilah gedenya alaihim gambreng? Pohon Tabebuya yang cakep? Atau apa?
Setelah dipimpin oleh Bu Risma, Surabaya jadi identik dengan taman kotanya yang memang indah dan eco-friendly sekali. Tapi apa Surabaya hanya berisi taman kota? No, no. Kita coba ulik satu per satu, yok!
Pusat UMKM di Gang Dolly
Semua orang tahu apa itu Gang Dolly. Dolly terletak di gang sempit di daerah Kupang Gunung Timur, Surabaya. Sebuah tempat lokalisasi yang konon dulunya terbesar di Asia Tenggara, gudangnya para pekerja seks komersial yang dipajang layaknya dalam etalase kaca. Dolly sudah ditutup permanen oleh Bu Risma pada tahun 2014. Apakah kampung ini sudah berubah? Ya. Total.
Gang Dolly berubah menjadi tempat berdirinya usaha-usaha mikro para warga. Mulai dari produksi tempe, berbagai usaha kuliner, sampai beberapa kerajinan tangan. Tidak hanya itu, di gang Dolly bisa kita temukan pula ‘Kampung Inggris’ yang mirip dengan yang ada di daerah Pare, Kediri. Ada juga area Futsal yang dijadikan ajang turnamen untuk mengisi waktu seperti di masa libur Ramadan.
Hutan Kota Pakal
Ini skalanya bukan lagi taman kota, melainkan hutan ya, Gaes! Karena memang luas sekali, kurang lebih sekitar 13 hektar. Suasananya dibangun semirip mungkin dengan hutan alami. Masih rimbun, asri, dan hijau. Bisa untuk swafoto yang instagramable? Ya jelas, dong. Mau senyum tiga jari di depan gazebo, foto ala-ala pencinta tanaman di taman bunga, atau mau jungkir balik meniru gaya ikan di kolam juga boleh. Bebas.
Yang unik, kita juga bisa lihat cara kerja pembangkit yang menggunakan tenaga biogas dari kotoran kambing dan sapi di sini. Lokasinya ada di daerah Surabaya Barat, tepatya di Pakal, Benowo. Sebenarnya hutan kota ini sudah cukup lama didirikan, sudah lebih dari sepuluh tahun tapi memang ternyata belum banyak yang tahu.
Lontong Balap Pak Gendut
Pokoknya jangan berani mengaku sebagai arek Suroboyo kalau belum pernah makan di tempat legendaris ini. Lontong balap adalah salah satu makanan asli dari Surabaya. Isinya adalah lontong, tahu goreng, taoge, lentho, bawang goreng, lalu diberi kuah segar berbumbu dasar bawang putih yang lalu ditambah kecap dan sambal petis. Godaan iman banget. Dari sekian banyaknya lokasi makan Lontong Balap, usaha milik Pak Gendut yang ada di jalan Kranggan bekas bioskop Garuda inilah yang paling beken. Selain karena eksistensi rasa dan harganya yang murah, makan di tempat yang legendaris tentu bisa dijadikan konten media sosial kan?
Rumah Batik Surabaya
Siapa bilang batik Jawa Timur hanya terpusat di Madura? Surabaya juga punya kok. Kalau kalian penasaran seperti apa batik ala Surabaya, datang saja ke jalan Tambak Dukuh. Ada ribuan motif dan jenis batik yang bisa kita lihat di sini. Lokasi wisata edukasi ini juga sudah diakui sebagai rumah batik terbesar di Surabaya lho. Yang namanya wisata kan tidak melulu diisi dengan berfoto-foto di pantai atau gunung, selain dekat dari rumah wisata yang ini juga bisa menambah rasa cinta tanah air di tengah krisis kepercayaan pada pemerintah ini, Gaes.
Patung Buddha Empat Wajah
Surabaya juga punya patung yang memegang rekor MURI sebagai patung tertinggi di Indonesia lho. Patung indah ini bisa ditemui di lokasi wisata Pantai Ria Kenjeran. Patung Buddha dan takhtanya ini masing-masing memiliki tinggi 9 meter. Empat wajah dalam patung Buddha ini mewakili empat sifat yang baik dari Sang Buddha, yaitu pengasih, murahan hati, adil dan meditasi. Patung ini memiliki kemiripan dengan patung Budha di Bangkok, yang terdiri dari: wajah perdamaian dan kesehatan, wajah hubungan baik, wajah keberuntungan dan wajah perlindungan terhadap kejahatan. Bahkan bahan dasar pembuatan patungnya yang berupa emas murni pun juga didatangkan langsung dari Thailand. Instagramable? Ha yo jelas!
Ini hanya beberapa wisata yang bisa kalian datangi di Surabaya selain mall dan taman-tamannya yang cakep ya, teman-teman. Sebenarnya masih banyak lagi. Ditambah masyarakat yang ramah, grapyak, dan mudah bersahabat saya yakin kalian akan betah ada di Surabaya. Yang bilang warga Surabaya itu suka kasar, mungkin kalian hanya melihat dari luarnya saja. Kami memang suka bicara apa adanya, tapi tidak lantas dikit-dikit lalu memaki, kok. Yang bilang kalau Surabaya panas, itu mitos! Sudah tidak mudah ditemukan realitanya! Surabaya sejuk kok. Adem ayem.
BACA JUGA Tidak Perlu Malu Mengakui Tinggal di Sidoarjo yang Sering Disebut Pinggiran Kota Surabaya dan tulisan Dini N. Rizeki lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.