Sumowono Semarang di Mata Orang Demak: Kecamatan yang Indah, tapi Nggak Bikin Iri

Sumowono Semarang di Mata Orang Demak: Kecamatan yang Indah, tapi Nggak Bikin Iri Mojok.co

Sumowono Semarang di Mata Orang Demak: Kecamatan yang Indah, tapi Nggak Bikin Iri (wikipedia.org)

Nggak semua orang cocok tinggal di Sumowono Semarang, terutama orang Demak. 

Bagi yang belum tahu, Sumowono merupakan nama dari sebuah kecamatan yang berlokasi di Kabupaten Semarang. Secara geografis, kecamatan yang menghimpun sekitar enam belas desa tersebut berbatasan langsung dengan Kabupaten Kendal di sebelah utaranya, Kecamatan Bandungan dan Jambu di sebelah timurnya, serta Kabupaten Temanggung di sebelah selatan dan baratnya.

Sebagai seseorang yang pernah KKN di salah satu desa di Sumowono, jujur, saya sangat kagum dengan apa yang ada di sana. Mulai dari keramahan para warganya, keindahan alamnya hingga limpah ruah sumber mata air-nya, semuanya istimewa. Dalam benak saya, Sumowono itu ibarat daerah yang berasal dari tetesan surga. Ya, tidak lain karena kecamatan tersebut memang secantik itu.

Akan tetapi, meski dari segala sudut Sumowono punya pemandangan yang indah, kalau dipikir-pikir, tidak semua orang bisa cocok tinggal di daerah paling utara dari Kabupaten Semarang tersebut, apalagi orang Demak. Hipotesis ini tentu bukan omong kosong belaka, saya punya alasan-alasannya.  

Orang Demak nggak akan iri dengan warga Sumowono yang tinggal di daerah dingin

Saat dulu KKN di Sumowono, setidaknya ada sekitar 14 orang dari kelompok kami yang berasal dari Demak. Saya adalah salah satunya. Tanpa janjian, kami sama-sama mengeluhkan soal hawa dingin Sumowono Semarang. Asal tahu saja, Kecamatan Sumowono memang berada di kawasan pegunungan yang punya hawa cukup sejuk dan dingin. Bahkan, sempat beberapa kali saat saya KKN suhu di sana berada di bawah 10 derajat celcius. 

Orang-orang Demak seperti kami, yang notabene merupakan masyarakat pesisir, tentu kurang sreg dengan kondisi tersebut. Kami jadi jarang mandi. Jangankan mandi, menyentuh air saja sudah menggigil. Badan kami pun memberi tanda ketidakcocokan dengan sering flu dan pilek di minggu-minggu awal.  

Akses jalan yang naik turun membuat orang Demak kerepotan

Sama halnya dengan wilayah pegunungan pada umumnya, Sumowono Semarang memiliki akses jalan yang naik turun yang merepotkan warga Demak. Ini bukan berarti kondisi jalan di Demak lebih baik ya. Hanya saja, saya rasa, motor-motor orang Demak sejak awal memang didesain kokoh di bagian velg-nya saja. Motor kami memang kuat saat melewati jalan rusak, lubang-lubang hingga bagian aspal yang sempal. Namun, jalanan menanjak seperti di Sumowono Semarang, sepertinya mesin motor orang Demak terlalu cupu.

Pernah ada kejadian yang cukup sedih sekaligus menggelikan terkait jalan dan motor orang Demak. Kronologinya, saat itu kami sedang lewat jalur Boja-Sumowono. Jalan tersebut memang terkenal punya beragam tanjakan yang mematikan. Nah, di tanjakan terakhir sebelum masuk Desa Kemawi, motor teman saya tiba-tiba nyendal-nyendal seakan nggak kuat nanjak. Untung saja waktu itu dia nggak memaksakan motornya dan menyuruh temannya yang membonceng untuk jalan kaki sejenak. Kalau nggak, bisa-bisa malah mundur ke belakang tuh waktu nanjak.

Mata pencaharian yang berbeda

Sebenarnya, dengan melihat letak geografis saja, kita bakal ngerti kalau ternyata orang Demak memang nggak cocok tinggal di Sumowono. Orang di daerah pesisir seperti Demak punya mata pencaharian yang berbeda dengan orang Sumowono yang tinggal di daerah pegunungan. Kami lebih lihai menjaring ikan daripada bertani atau berkebun.

Memang segala sesuatu bisa dipelajari, termasuk bertani. Namun, saya rasa agak sulit bagi mereka yang sudah lama tinggal di Demak dan terbiasa dengan tanah yang bertekstur halus. Tanah seperti ini kaya akan kandungan organik dan nilai ruang pori total yang tinggi, sehingga lebih cocok untuk ditanami padi atau jagung. Sementara, untuk tanah di Sumowono teksturnya cenderung kering sehingga lebih cocok ditanami cabai, tomat, daun bawang. 

Di atas beberapa hal yang membuat orang Demak mungkin nggak akan iri dengan warga yang tinggal di Sumowono Semarang. Sekalipun pemandangannya indah, kecamatan yang berjarak 24 km dari Kota Semarang itu terlalu berbeda dengan keseharian orang Demak. Kalau orang Kota Wali pindah ke sana, bakal banyak sekali penyesuaian yang harus dilakukan.

Penulis: Ahmad Nadlif
Editor: Kenia Intan 

BACA JUGA Pantai Indah Kemangi Kendal, Tempat Wisata yang Nggak Salah Urus karena Pemdes Waras dan Kreatif Soal Anggaran

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version